Meningkatkan Minat Baca Buku melalui Bacaan Inspiratif
Salah satu upaya para penulis dan pengarang agar karyanya dibaca adalah dengan membuat bacaan ringan, inspiratif, dan motivatif terkait kehidupan sehari-hari.
Oleh
RIVALDO ARNOLD BELEKUBUN
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Tingkat keterbacaan buku di Indonesia masih rendah akibat minat baca yang minim. Hal ini membuat para pengarang dan penulis berjuang menyajikan buku menarik yang dapat menggaet banyak pembaca. Salah satunya dengan menulis bacaan ringan yang fokus pada inspirasi dan motivasi terkait kehidupan sehari-hari.
Menurut hasil studi Programme for International Student Assessment (PISA) pada tahun 2018, tingkat literasi siswa di Indonesia sangat rendah, dengan rata-rata skor kemampuan membaca mereka yang berada di level satu atau di bawah kompentensi minimum. Dalam peringkat skor PISA, kemampuan membaca siswa Indonesia menempati posisi ke-74 dari 79 negara. Kompentesi siswa di level tersebut hanya mampu memahami informasi dari teks tunggal, tetapi lemah dalam memahami informasi dari banyak teks (Kompas.id, 16/09/2021).
Dosen Asia University, Owin Jamasy Jamaluddin, mengungkapkan, tingkat membaca buku di Indonesia masih sangat rendah. Beberapa survei di dunia menunjukan, tingkat literasi di Indonesia menempati posisi ke-10 terbawah dibandingkan dengan negara-negara lain. Menurut dia, hal ini terjadi karena informasi lebih mudah diakses melalui internet yang tersedia di gawai-gawai mutakhir dibandingkan dengan buku. Padahal, buku menawarkan pemahaman yang lebih komprehensif dan menambah wawasan yang lebih luas dibandingkan informasi di internet yang bisa saja tidak benar.
Owin mengatakan, penulis dan pengarang buku harus jadi pendorong tingkat literasi buku di Indonesia. Salah satu caranya adalah membuat buku menjadi mudah dibaca serta membahas tentang inspirasi dan motivasi kehidupan sehari-hari. Buku dapat berdampak apabila dibaca oleh banyak orang. Maka dari itu, penulis harus dapat membuat bukunya menjadi subyek dialektika, di mana terjadi pembahasan dan pembedahan buku oleh para pembacanya. Hal ini dapat terwujud apabila informasi dan ilmu dalam buku dapat berkesan dan menginspirasi pembaca.
”Buku bukan hanya untuk dibaca, tetapi juga harus bisa didialogkan oleh para pembaca. Buku yang dapat memberikan inspirasi dan motivasi adalah buku yang mudah untuk diperbincangkan oleh para pembaca. Perbincangan tentang buku dapat menunjang keberlangsungan buku itu,” tutur Owin dalam acara peluncuran buku Cahaya, Seni, dan Kehidupan yang diadakan Gerakan Semangat Literasi Nasional di Gramedia Matraman, Jakarta Timur, Minggu (6/11/2022).
Ketua Ikatan Bimbingan dan Konseling Sekolah (IBKS) Tuti Sukarni mengatakan, buku seharusnya menjadi sumber inspirasi bagi kaum muda. Masalahnya, di era informasi ini, teknologi gawai menyebabkan anak muda cenderung meninggalkan buku dan jarang melakukan diskusi buku. Padahal, membaca buku meningkatkan tingkat literasi dan dapat mendorong kemampuan dialektika serta kedewasaan emosional seseorang. Menurut dia, membaca buku bukan hanya jendela penambah informasi, melainkan juga jendela untuk meningkatkan kedewasaan diri secara mental dan emosional.
Membaca buku adalah bagian dari pembangunan ilmu dan pendewasaan diri. Maka dari itu, pembacaan tentang pengembangan diri sangat diperlukan oleh anak muda.
Hal senada disampaikan Pendiri Hanida Foundation Sri Suparni Bahlil. Ia mengatakan, buku yang bergenre pengembangan diri perlu dibaca oleh anak muda. Belajar tentang kehidupan dari orang yang berpengalaman merupakan cara terbaik untuk mengembangkan dan mendewasakan diri. Buku seperti ini lebih berhubungan dengan kehidupan sehari-hari anak muda sehingga mendapat perhatian lebih dari pembaca muda. ”Membaca buku adalah bagian dari pembangunan ilmu dan pendewasaan diri. Maka dari itu, pembacaan tentang pengembangan diri sangat diperlukan oleh anak muda,” ujarnya.
Rina Maruti, penulis buku Cahaya, Seni, dan Kehidupan, mengatakan, buku dengan genre pengembangan diri sangat berarti baginya. Misalnya, dari buku yang ia tulis, banyak sekali kisah inspiratif yang dapat dijadikan ilmu untuk menghadapi kehidupan. Beberapa kisah menarik inspiratif tersebut dekat dengan kehidupan sehari-hari semua orang sehingga dapat dijadikan pembelajaran. Ia berharap buku kembali menjadi referensi utama seseorang untuk mengembangkan dirinya.
Abdul Latif Syarifuddin atau yang disapa Aladdin, yang juga penulis dari buku Cahaya, Seni, dan Kehidupan, mengatakan, buku ini merupakan bagian dari gerakan semangat literasi nasional. Wujud nyata dari gerakan ini adalah roadshow keliling Indonesia di banyak sekolah, komunitas, dan lembaga guna menyebarkan semangat membaca terutama buku-buku pengembangan diri.