Tiga Subvarian Baru Covid-19 Ditemukan di Indonesia
Tren kasus Covid-19 menunjukkan peningkatan selama awal November ini. Menurunnya persepsi risiko masyarakat akan meningkatkan penularan virus.
Oleh
DEONISIA ARLINTA, Ayu Nurfaizah
·5 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Kasus penularan Covid-19 di Indonesia dilaporkan kembali melonjak. Lonjakan yang diperkirakan akan terjadi hingga Desember 2022 sampai Januari 2023 ini dipicu oleh adanya subvarian baru Omicron yang sudah masuk ke Indonesia.
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengatakan, terdapat tiga subvarian baru Omicron yang sudah teridentifikasi di Indonesia, yakni subvarian BA.2.75 yang banyak ditemukan di India, subvarian XBB dan XBB.1 yang banyak di Singapura, dan subvarian BQ.1 yang banyak teridentifikasi di sejumlah negara di Eropa dan Amerika. Ketiga subvarian tersebut sudah ditemukan di Indonesia.
”Kenaikan (kasus) terjadi saat ini? Betul. Karena apa? Karena adanya varian baru. (Kasus) Covid-19 itu naik, berdasarkan pengalaman kita bukan karena pergerakan, melainkan karena varian baru. Dan, ada tiga varian baru yang sudah masuk ke Indonesia yang menyebabkan (kasus) ini naik,” ujarnya di sela-sela kunjungannya ke Redaksi Kompas, di Jakarta, Jumat (4/11/2022).
Budi menuturkan, subvarian baru ini memiliki risiko penularan cukup tinggi, tetapi dengan tingkat kesembuhan yang lebih cepat. Selain itu, tingkat kematian dari subvarian baru ini tidak terlalu tinggi. Setidaknya tingkat fatalitas dari subvarian ini hampir serupa dengan subvarian Omicron sebelumnya, yakni subvarian BA.4 dan BA.5 yang sempat mendominasi di Indonesia pada Agustus 2022.
Meski begitu, ia tetap mengimbau masyarakat untuk meningkatkan kewaspadaan akan penularan dari subvarian baru ini. Risiko penularan tetap bisa terjadi. Begitu pula dengan risiko kematian, terutama pada kelompok rentan, seperti warga lansia dan orang dengan komorbid.
”Usahakan tetap pakai masker, terutama di ruang tertutup. Cepat pula lakukan (vaksinasi) booster, terutama orang tua dan komorbid. Saat ini, (cakupan) booster kita baru 62 juta dosis. Risiko untuk masuk ke rumah sakit itu akan jauh lebih kecil kalau kita sudah divaksin sampai booster,” kata Budi.
Ia menuturkan, stok vaksin untuk vaksinasi dosis penguat (booster) masih tersedia. Pemerintah juga telah mendorong agar industri farmasi dalam negeri, yakni PT Bio Farma dan PT Biotis Pharmaceutical Indonesia, bisa segera memproduksi vaksin Covid-19 untuk vaksinasi dosis penguat.
Tembus 5.000 kasus
Angka kasus Covid-19 menyentuh angka 5.303 kasus sehari. Peningkatan ini terjadi karena menurunnya persepsi masyarakat terhadap risiko bahaya Covid-19. Indonesia mengalami peningkatan kasus dan kematian akibat Covid-19. Data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) pada Jumat (4/11/2022), 5.303 orang positif Covid-19, angka ini naik dari 4.951 kasus pada hari sebelumnya. Angka positivity rate juga naik menjadi 17,74 persen dari 15,98 persen sehari sebelumnya.
Angka kematian juga bertambah menjadi 31 orang. Tiga provinsi dengan kasus tertinggi di Indonesia adalah DKI Jakarta, Jawa Barat, dan Jawa Tengah. Ketiganya berturut-turut dengan 11.339, 6.455, dan 2.923 kasus aktif.
Juru Bicara Kementerian Kesehatan, Mohammad Syahril, dalam konferensi pers secara daring, Jumat (4/11/2022), mengakui selama seminggu terakhir terjadi peningkatan kasus. Peningkatan kasus ini ditengarai karena masuknya subvarian baru dan pelonggaran protokol kesehatan,
Mohammad menambahkan, laporan yang masuk ke pemerintah per 3 November 2022, terdapat 12 kasus positif Covid-19 subvarian XBB dan XBB.1. Laporan ini didapatkan dari sekuensi genom di beberapa rumah sakit di Sumatera Utara, DKI Jakarta, dan Jawa Timur. Dari jumlah ini, hanya dua orang yang melakukan perjalanan ke luar negeri, sisanya merupakan transmisi lokal.
”Kita semua harus tetap menaati protokol kesehatan. Angka ini memang bukan lonjakan, tetapi kita tetap harus waspada,” tuturnya.
Epidemiolog Universitas Gadjah Mada, Riris Andono Ahmad, secara terpisah, menjelaskan, sifat subvarian Covid-19 yang baru memiliki kemampuan menembus imunitas yang ada. Hal ini menyebabkan efektivitas vaksin menjadi berkurang. ”Tanggap memantau pola mutasi varian baru Covid-19 merupakan kunci untuk merespons kebijakan dan intervensi dengan cepat,” tuturnya.
Riris mengakui, saat ini masyarakat memiliki kekebalan komunitas yang lebih baik sehingga risiko transmisinya bisa lebih rendah. Hal ini ia dasarkan pada pengalaman sebelumnya menghadapi varian Delta dan Omicron. Selain itu, ia mengakui tingkat vaksinasi Covid-19 pertama dan kedua yang dilakukan di Indonesia sudah lebih baik walau vaksinasi ketiganya masih perlu ditingkatkan.
Peningkatan angka kasus Covid-19 ini linier dengan penurunan persepsi risiko. Riris menuturkan, hal ini terjadi karena masyarakat sudah menurunkan kewaspadaan terhadap Covid-19. Persepsi risiko yang berkurang menyebabkan perilakunya juga akan mengikuti, seperti pelonggaran protokol kesehatan.
Dampaknya, pemerintah akan lebih sulit mengimbau masyarakat untuk kembali mengetatkan protokol masyarakat. Penularan virus juga akan semakin mudah dengan peningkatan mobilitas dan acara berkerumun. Masyarakat juga semakin enggan memeriksakan diri ke fasilitas layanan kesehatan karena merasa gejala yang dialami menjadi lebih ringan.
”Padahal, yang perlu diantisipasi adalah mengurangi keparahan atau perawatan di rumah sakit dan kematian akibat kasus Covid-19. Maka dari itu, perlu perhatian khusus bagi kelompok rentan, seperti warga lansia dan orang dengan komorbid. Mereka punya risiko tertinggi untuk tertular,” ucapnya.
Tanggap memantau pola mutasi varian baru Covid-19 merupakan kunci untuk merespons kebijakan dan intervensi dengan cepat dan tepat.
Sebelumnya, Mohammad menyebutkan, saat ini fasilitas kesehatan di rumah sakit dan puskesmas sudah siap untuk menghadapi subvarian Covid-19 yang baru. Belajar dari gelombang kasus sebelumnya, rumah sakit sudah memiliki standar ruangan isolasi khusus untuk Covid-19.
”Tidak boleh ada rumah sakit yang tidak memiliki ruangan isolasi ini sehingga apabila ada kenaikan atau lonjakan kasus sekalipun, fasilitas seperti kasur bisa ditambah dengan cepat,” sebutnya.
Mohammad juga meminta semua rumah sakit dan puskesmas untuk selalu siaga. Beberapa di antaranya dengan pencegahan dan pengendalian infeksi, menggunakan alat pelindung diri, penyiapan ruangan rawat inap dan Intensive Care Unit (ICU). ”Indonesia menarget 50 persen populasi sasaran dapat vaksinasi Covid-19 ketiga pada 2022. Saat ini sedang diupayakan supaya mencapai antibodi yang optimal,” jelasnya.