Penyakit stroke merupakan salah satu penyebab kematian terbesar di Indonesia. Angka prevalensi untuk orang terkena penyakit stroke juga cukup tinggi. Untuk itu, semua orang perlu mengetahui faktor risiko dan gejalanya.
Oleh
RIVALDO ARNOLD BELEKUBUN
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Setiap orang berisiko terkena penyakit stroke, baik karena faktor risiko bawaan maupun karena gaya hidup yang tidak sehat. Meskipun stroke cenderung menyerang orang berusia lanjut, anak mudah tidak lepas dari risiko terkena stroke. Untuk itu, perlu untuk mengetahui gejala serta faktor risiko stroke sejak dini untuk mencegahnya sejak sekarang hingga di kemudian hari.
Kepala Dinas Kesehatan Provisi DI Yogyakarta Pembajun Setyanigastutie mengatakan, setiap tahun, stroke merupakan penyebab kematian nomor satu di dunia. Dalam hal ini, stroke tergolong sebagai penyakit katastropik karena berdampak luas secara ekonomi dan sosial. Di Indonesia, stroke menempati urutan ketiga penyebab kematian setelah penyakit jantung dan kanker. Setiap tahun, 550.000 orang Indonesia menderita penyakit stroke.
”Meskipun stroke cenderung terjadi pada lanjut usia, saat ini stroke di Indonesia paling banyak dialami oleh kaum muda akibat gaya hidup melalui pola makan yang tidak disiplin, jarang olahraga, dan kebiasaan merokok. Hal ini tentu memengaruhi produktivitas masyarakat dan negara,” ujarnya dalam acara Jambore Stroke Indonesia bertajuk ”Mari Gelorakan Perang Semesta Melawan Stroke” di Yogyakarta, memperingati Hari Stroke Sedunia pada Sabtu (29/10/2022) yang diikuti secara daring.
Pada kegiatan yang sama, Ketua Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia Mohammad Adib Khumaidi menyampaikan, secara umum, stroke merupakan penyebab kecacatan nomor tiga dan penyebab kematian nomor dua di dunia. Di Indonesia, satu dari empat orang punya risiko yang tinggi terkena stroke.
Hal ini menjadi alasan permasalahan stroke perlu menjadi prioritas untuk segera diselesaikan. Menurut dia, masyarakat perlu menyadari bahwa stroke merupakan penyakit yang harus dicegah sejak dini, baik dengan menjaga gaya dan pola hidup yang sehat maupun dengan menambah pengetahuan mengenai stroke.
Masyarakat perlu menyadari bahwa stroke merupakan penyakit yang harus dicegah sejak dini, baik dengan menjaga gaya dan pola hidup yang sehat maupun dengan menambah pengetahuan mengenai stroke.
Senada dengan hal tersebut, Ketua Umum Yayasan Stroke Indonesia Teguh AS Ranakusuma menambahkan, masalah utama yang dihadapi dalam penanganan stroke berkaitan dengan anggaran kesehatan masih sedikit. Ini karena masalah kesehatan seringkali tidak mendapatkan perhatian dan komitmen dari pemerintah.
Pemerintah perlu memberi perhatian khusus, baik bagi penyakit stroke maupun penyakit dengan risiko kematian tinggi lainnya. Hal itu membutuhkan political will dari para pengambil kebijakan agar memberi perhatian pada anggaran untuk stroke dan mendorong strategi penanganan penyakit stroke yang lebih mutakhir.
Kesadaran memeriksakan diri
Dokter spesialis bedah vaskular, Rasjid Soeparwata, mengatakan, jika dibandingkan dengan Jerman, Indonesia masih belum memiliki kesadaran yang tinggi akan penyakit stroke. Di Jerman, setiap tahunnya ada 20.000 orang yang memeriksakan diri ke dokter saraf untuk pencegahan dini stroke, sedangkan di Indonesia, hal yang serupa masih sangat sedikit.
Dari pengalaman Rasjid, selama lima belas tahun menjalankan praktik medisnya, ia hanya melihat 55 orang yang memeriksakan diri sebagai langkah mencegah dini penyakit stroke. Menurut dia, ini menunjukkan kesadaran masyarakat yang minim akan faktor risiko penyakit stroke. Padahal, semua orang, baik muda maupun lajut usia, berisiko terkena penyakit stroke.
Rasyid menjelaskan, sebaiknya perhatikan gejala stroke ringan, beberapa di antaranya ialah perubahan pada indra, seperti pendengaran dan sentuhan secara tiba-tiba, terjadi masalah otot seperti kesulitan berdiri dan bergerak, kehilangan keseimbangan, sulit mengontrol kandung kemih, dan terjadi masalah saraf, seperti kesemutan pada area tubuh tertentu. Jika mengalami gejala-gejala tersebut, segera periksakan diri ke fasilitas layanan kesehatan atau mengonsultasikan diri ke dokter saraf.
Anggota Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia Paryono menyampaikan, butuh persiapan dan bekal yang cukup untuk bisa memerangi stroke. Awal untuk menangani dan mencegah stroke dilakukan dengan mengenal faktor risiko penyakit ini.
Ia menjelaskan, ada faktor risiko yang dapat diubah sejak dini dan ada faktor yang tidak dapat diubah sama sekali. Faktor yang tidak dapat diubah berkaitan dengan usia, jenis kelamin, dan genetik. Sementara faktor yang dapat diubah berkaitan dengan pola makan tidak sehat, stres, merokok, meminum alkohol, penyalahgunaan obat, berat badan belebih, stres berlebih, dan kurangnya aktivitas fisik.
Menurut Paryono, faktor yang dapat diubah perlu menjadi perhatian semua orang, khususnya yang masih berusia muda karena bisa dilakukan sebagai langkah pencegahan stroke di kemudian hari. Ia menyarankan, salah satu hal yang mudah diterapkan untuk mencegah stroke adalah mengendalikan tekanan darah tinggi dengan mengendalikan emosi dan menurunkan risiko yang dapat terjadi karena stres. Olahraga yang teratur serta menjaga pola asupan gizi seimbang juga menjadi hal yang perlu dilakukan sejak dini.