Perguruan Tinggi Diminta Sediakan Program Kampus Merdeka Mandiri
Program Kampus Merdeka di tingkat nasional diminati mahasiswa. Mahasiswa dari kampus besar sampai kampus kecil di pelosok negeri dapat mengikuti berbagai program ini.
Oleh
ESTER LINCE NAPITUPULU
·5 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Perguruan diminta mulai menjalankan berbagai program Kampus Merdeka secara mandiri dan menjaga keberlanjutannya sebagai program unggulan di institusi masing-masing. Saat ini, program Kampus Merdeka masih mengandalkan berbagai program unggulan dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi.
Program Kampus Merdeka memberikan hak bagi mahasiswa belajar selama tiga semester di luar kampus atau program studi. Lebih dari 700.000 mahasiswa dan 2.600 mitra dunia usaha dan industri telah mendaftar untuk mengikuti program Kampus Merdeka.
Saat ini, jumlah mahasiswa aktif dalam program-program Kampus Merdeka mencapai lebih dari 100.000 mahasiswa yang berasal dari 2.600 perguruan tinggi di 35 provinsi. Lebih dari 500 perusahaan serta 117 perguruan tinggi luar negeri bergabung sebagai mitra.
Dunia industri pun harus terbuka untuk menjadi mitra bagi kementerian dan perguruan tinggi, menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari upaya mentransformasi sistem pendidikan Indonesia.
Pelaksana Tugas Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi Kemendikbudristek, Nizam, Senin (10/10/2022), mengatakan, Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) dilaksanakan secara nasional untuk memberi peluang yang sama dan terbuka bagi generasi penerus negeri dari Sabang sampai Merauke. ”Mahasiswa dari kampus besar sampai kampus kecil di pelosok negeri dapat mengikuti berbagai program MBKM, mulai dari mengajar di pelosok negeri, magang di perusahaan bergengsi, hingga bertukar belajar antarprovinsi ataupun antarnegara,” katanya.
Guna mendukung ekosistem MBKM yang dapat terus menjangkau pelosok negeri, Ditjen Diktiristek menggelar Kampus Merdeka Fair di kurun Oktober-November 2022. Kegiatan ini ditargetkan untuk memberi wawasan kepada lebih banyak perguruan tinggi agar optimal menerapkan program-program MBKM. Dengan demikian, kolaborasi antarseluruh pemangku kepentingan, seperti lintas fakultas, lintas perguruan tinggi, serta dengan perusahaan-perusahaan dan pemerintah, dapat tercapai lebih optimal.
Kampus Merdeka Fair perdana dilakukan di Universitas Negeri Padang. Selanjutnya Kampus Merdeka Fair ini sebagai rangkaian acara Road to Festival Kampus Merdeka 2022 di Yogyakarta, Pontianak, Jakarta, Malang, dan Singaraja-Bali.
Kegiatan Kampus Merdeka Fair antara lain diisi dengan sesi berbagi terkait program-program Kampus Merdeka dan implementasi Kampus Merdeka mandiri; collaborative insights atau lokakarya perencanaan program dan keterserapan serta implementasi Kampus Merdeka Mandiri; informasi tentang Kampus Merdeka Hub sebagai sebuah platform untuk seluruh penerima manfaat program MBKM; serta gala dinner yang dihadiri perwakilan perguruan tinggi dan mitra.
Ada pula program training dan coaching clinic dari mahasiswa alumni program unggulan MBKM nasional bagi mahasiswa yang tertarik untuk kepesertaan pada 2023. Demikian pula, ada kesempatan untuk menjajaki kerja sama antarperguruan tinggi serta antara perguruan tinggi dan industri.
”Kampus Merdeka Fair adalah momentum yang tepat bagi kita semua untuk terus memacu peningkatan kuantitas dan kualitas Kampus Merdeka, dan mewujudkan program Kampus Merdeka mandiri,” kata Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Nadiem Anwar Makarim saat pembukaan Kampus Merdeka Fair pada Sabtu pekan lalu.
Nadiem meminta perguruan tinggi menerapkan kebijakan-kebijakan baru. Para dosen harus menyesuaikan pembelajaran di ruang kuliah sehingga mahasiswa dapat berubah pola pikir atau mindset-nya tentang belajar di perguruan tinggi. Dunia industri pun harus terbuka untuk menjadi mitra bagi kementerian dan perguruan tinggi, menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari upaya mentransformasi sistem pendidikan Indonesia.
”Berubah memang bukanlah hal mudah, melainkan kita perlu ingat juga bahwa tidak ada hasil yang mungkin mengkhianati upaya. Kampus Merdeka mendorong otonomi dan fleksibilitas pendidikan tinggi dalam menjalankan proses pembelajaran yang fleksibel agar lulusan relevan dengan dunia usaha dan industri. Kita telah buktikan itu dengan implementasi MBKM,” kata Nadiem.
Program mandiri
Program Kampus mandiri salah satunya dapat dijalankan Universitas Gajah Mada (UGM) lewat pemagangan mahasiswa di industri. Kerja sama dilakukan UGM dan Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) di Yogyakarta, pekan lalu.
Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Hariyadi B Sukamdani menyampaikan bahwa kebutuhan dunia usaha dengan kampus sangatlah erat. Sejumlah upaya mendekatkan dunia usaha dan industri dengan dunia pendidikan, termasuk pendidikan tinggi telah dilakukan. Salah satunya adalah melalui program link and match kampus dengan dunia usaha dan industri. Kendati begitu program tersebut belum sepenuhnya berjalan optimal.
Rektor UGM Ova Emilia mengatakan kerja sama dengan Apindo ini menjadi angin segar dan harapan bagi dunia pendidikan tinggi Indonesia. Program pemagangan dapat membuka cakrawala baru bagaimana dunia pendidikan dan dunia usaha digabungkan supaya bisa memberikan bekal, kompetensi terbaik bagi anak didik, dan menjadikan kampus sebagai ”menara air”.
”Terima kasih kepada para mitra yang telah menyediakan ruang belajar untuk mengenal dunia industri. Mohon saran dan masukan ke depannya sehingga nantinya bisa berjalan beriringan dan bermanfaat bagi bangsa,” kata Ova.
Ketua Umum Apindo Hariyadi B Sukamdani memaparkan tenaga kerja di Indonesia masih didominasi pekerja berkeahlian rendah. Berdasarkan data Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) 2018, pekerja di sektor pertanian dan industri sebagian besar berkeahlian rendah.
Dari total pekerja sebanyak 121,02 juta orang, sekitar 99,41 persen pekerja di sektor pertanian di kategori berkeahlian rendah, 0,47 persen berkeahlian menengah, dan hanya 0,13 persen berkeahlian tinggi. Kondisi tersebut tak jauh berbeda di sektor manufaktur, 90,45 persen berkeahlian rendah, 6,52 persen berkeahlian menengah, dan 3,03 berkeahlian tinggi. Demikian pula di sektor jasa dan lainnya yang cenderung membutuhkan keahlian menengah dan tinggi, tetapi kenyataannya 14,36 saja berkeahlian tinggi, 52,74 persen berkeahlian menengah, dan 32,90 berkeahlian berkeahlian rendah.
”Pekerja formal sektor industri cenderung berkeahlian rendah. Rendahnya kualitas pekerja ini salah satunya disebabkan keterbatasan angkatan kerja memperoleh pelatihan. Program pemagangan mahasiwa ini harapannya menjadi program bersama jangka panjang, jadi bisnis model dunia usaha, menjadi milestone yang menjadikan dunia usaha dan dunia pendidikan berjalan beriringan menjadikan Indonesia lebih baik di masa depan,” kata Hariyadi.
Secara terpisah, Ketua Konsorsium Perguruan Tinggi Swasta Indonesia Maskuri mengatakan, terkait dengan MBKM dalam tataran ide atau konsep memang baik dan didukung guna meningkatkan mutu SDM lulusan perguruan tinggi. Namun, dalam pelaksanaannya masih butuh kejelasan lebih lanjut dan juga dukungan berbagai hal agar perguruan tinggi kecil dan di daerah pun mampu untuk menyiapkan diri memenuhi tuntutan kebijakan pemerintah agar MBKM dilaksanakan di kampus.