Platform Kedaireka Perkuat ”Perjodohan” Perguruan Tinggi dan Industri
Kolaborasi inovasi perguruan tinggi dan mitra industri terus diperkuat dengan dukungan ”perjodohan” lewat platform Kedaireka. Kolaborasi diharapkan berkelanjutan untuk memperkuat ekonomi berbasis ilmu pengetahuan.
Oleh
ESTER LINCE NAPITUPULU
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Kolaborasi perguruan tinggi dan dunia usaha untuk menghasilkan inovasi terus didorong dengan dukungan dana padanan atau matching fund yang dapat diakses melalui platform Kedaireka. Guna membangun inovasi dan kolaborasi yang berkelanjutan, ekosistem Kedaireka diperkuat agar optimal memfasilitasi perguruan tinggi dan dunia industri.
Kedaireka adalah platform Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi untuk menjodohkan kolaborasi antara perguruan tinggi dengan dunia usaha dan dunia industri (DUDI). Tahun ini, pengguna platform Kedaireka meningkat signifikan dibandingkan tahun 2021. Dari perguruan tinggi terjadi kenaikan sebesar 81 persen, sedangkan dari mitra industri naik 425 persen.
Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset dan Teknologi, melalui Kedaireka, telah meluncurkan tujuh program Ekosistem Kedaireka 2022 yang mengambil tema ”Inovasi dan Kolaborasi untuk Masa Depan yang Berkelanjutan” yang diluncurkan akhir September 2022. Ketujuh program ini diharapkan menjadi wadah penerapan ekonomi berbasis ilmu pengetahuan agar dapat melanjutkan kolaborasi inovasi antara perguruan tinggi dengan dunia industri setelah sebelumnya diwujudkan dengan program Matching Fund di tahun 2021 dan 2022.
Pelaksana Tugas Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset dan Teknologi, Kemendikbudristek Nizam, Senin (3/10/2022), mengatakan, kolaborasi inovasi antar-perguruan tinggi dan DUDI diharapkan berkelanjutan dan tidak berhenti hanya sampai di program Matching Fund. Penguatan platform Kedaireka dengan diluncurkannya tujuh program Ekosistem Kedaireka diharapkan menjadi bagian dari hulu-hilir akselerasi kolaborasi inovasi antara perguruan tinggi dan DUDI yang berkelanjutan.
”Kami mengharapkan dukungan serta partisipasi aktif dari pimpinan perguruan tinggi, dosen, dan tentunya mitra-mitra industri untuk bersama-sama mendukung keberlangsungan ekosistem inovasi di Indonesia demi kemajuan bangsa,” ujar Nizam.
Pada tahun 2021, total dana kolaborasi yang terkumpul sekitar Rp 2,67 triliun dan meningkat menjadi sekitar Rp 11,2 triliun.
Ketujuh program Ekosistem Kedaireka yang diluncurkan meliputi Kedaireka Academy pelatihan digital oleh praktisi DUDI untuk berbagi perkembangan terkini dunia industri); RekaTalks (gelar wicara yang menghadirkan kisah-kisah inspiratif penerima manfaat program Matching Fund); Match Making Innovation Forum (program networking dan ”perjodohan” cepat antar-perguruan tinggi dan industri); serta RekaPitch (kolaborasi berbasiskan kasus bisnis atau business case yang dikurasi langsung oleh perwakilan DUDI yang sudah memiliki modal finansial mandiri).
Selain itu, ada CEO Mentorship (sesi berbagi intensif oleh pimpinan DUDI untuk meningkatkan pertukaran gagasan dan pengembangan diri insan perguruan tinggi); RekaPreneur (menghadirkan narasumber dari praktisi dan akademisi untuk meningkatkan pemahaman insan perguruan tinggi dalam tata cara pitching ide, penyusunan proposal, dan negosiasi); dan RekaPods (podcast yang menghadirkan penerima bantuan matching fund untuk berbagi kisah sukses).
Secara terpisah, Pelaksana Tugas Sekretaris Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi, Kemendikbudristek Tjitjik Srie Tjahjandarie mengatakan, hingga September lalu, sejak pembukaan pendaftaraan, Kedaireka berhasil mengumpulkan 5.407 proposal reka cipta dari 509 perguruan tinggi, 27.184 dosen, serta 143.683 mahasiswa. Pada penyelenggaraan Matching Fund Kedaireka tahun ini, jumlah dana kolaborasi pendidikan tinggi dan mitra DUDI meningkat sebesar 420 persen dari tahun 2021. Pada tahun 2021, total dana kolaborasi yang terkumpul sekitar Rp 2,67 triliun dan meningkat menjadi sekitar Rp 11,2 triliun.
Pada tahun 2022, matching fund difokuskan untuk riset dan inovasi di bidang ekonomi hijau (pertanian berkelanjutan, konservasi sumber daya, dan energi terbarukan); ekonomi biru (budidaya dan pengelolaan sumber daya laut dan pengembangan teknologi pengelolaan sumber daya laut); serta ekonomi digital (pengembangan industri gim dan animasi, pembuatan dan pengembangan layanan berbasis teknologi untuk usaha mikro, kecil, dan menengah/UMKM).
Ada juga bidang kemandirian kesehatan (pembuatan dan pengembangan alat kesehatan, pembuatan dan pengembangan obat herbal dan nonherbal, serta penanganan permasalahan stunting). Sementara riset dan inovasi di bidang pariwisata mencakup pengembangan dukungan program wisata di lima destinasi superprioritas dan pengembangan platform serta database untuk melakukan kurasi budaya.