Dunia usaha terus berupaya mendukung percepatan target penurunan emisi Indonesia. Berbagai upaya yang dilakukan mulai dari penggunaan energi baru, pengurangan konsumsi energi, hingga melakukan program konservasi.
Oleh
PRADIPTA PANDU
·3 menit baca
KRISTIAN OKA PRASETYADI
Petugas meninjau pipa-pipa uap di situs Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) Lahendong Unit 5 dan 6 yang dikelola PT Pertamina Geothermal Energy (PGE) di Tompaso, Minahasa, Sulawesi Utara, Jumat (30/7/2021).
JAKARTA, KOMPAS — Penurunan emisi dari berbagai bidang usaha, baik perkebunan, pertambangan, hingga makanan dan minuman, telah menjadi kesadaran sekaligus tuntutan yang harus direalisasikan. Dukungan dari dunia usaha atau pihak swasta ini akan mempercepat target penurunan emisi Indonesia.
Corporate Secretary PT Pertamina Brahmantya Poewardi menyampaikan, dalam mendukung target penurunan emisi Indonesia, Pertamina telah mengembangkan strategi secara holistik. Strategi tersebut dikembangkan dalam dua pilar utama, yakni untuk mendekarbonisasi emisi dan membangun bisnis baru yang lebih berkelanjutan.
”Pertamina fokus untuk mengembangkan energi baru terbarukan. Bisnis baru yang dibangun ini juga akan mengurangi pemakaian dari energi fosil,” ujarnya dalam webinar bertajuk Indonesia Scenario to Achieve Net Zero, Kamis (29/9/2022).
Pada tahun 2020, Pertamina telah memberikan kontribusi dalam penurunan emisi sebesar 27,08 dibandingkan dengan target nasional sebesar 26. Pencapaian penurunan emisi tersebut, antara lain, diperoleh dari pemanfaatan di sektor hulu dan pengolahan serta pemanfaatan kembali limbah panas di hulu dan kilang.
Pembangunan rendah karbon (PRK) dan berketahanan iklim menjadi tulang punggung dalam transformasi ekonomi Indonesia menuju ekonomi hijau.
Selain dari aspek teknis, Pertamina juga melakukan program tanggung jawab sosial dan lingkungan, yakni Program Hutan serta Program Desa Energi Berdikari. Program Hutan Pertamina fokus pada upaya rehabilitasi mangrove, sedangkan Program Desa Energi Berdikari bertujuan untuk meningkatkan akses publik terhadap energi ramah lingkungan.
KOMPAS/RENY SRI AYU ARMAN
Pengunjung menikmati pemandangan kincir angin di PLTB Tolo, Jeneponto, Sulawesi Selatan, Sabtu (23/4/2022). Sejak beroperasi, kawasan pembangkit listrik ini jadi tujuan wisata bagi warga.
Lebih dari 4 juta mangrove telah ditanam dalam Program Hutan serta dapat mengurangi emisi hingga 120 ton setara karbondioksida (CO2e) per tahun. Sementara total penurunan emisi Program Desa Energi Berdikari mencapai lebih dari 530.000 CO2e per tahun.
Upaya penurunan emisi dari sektor swasta juga dilakukan Asia Pulp and Paper. Beberapa upaya yang dilakukan, di antaranya, ialah mengoptimalkan efisiensi peralatan untuk mengurangi konsumsi energi, peralihan ke bahan bakar biomassa dan energi terbarukan lainnya, serta mengeksplorasi berbagai strategi investasi baru yang ramah lingkungan.
Chief Sustainability Officer Asia Pulp and Paper Elim Sritaba mengatakan, pihaknya juga terus berupaya meningkatkan penyerapan karbon di sektor kehutanan. Adapun upaya yang dilakukan ialah meningkatkan aktivitas konservasi, mengurangi munculnya titik api di area konsesi, dan mengimplementasikan praktik terbaik pengelolaan lahan gambut.
Meski demikian, Elim mengakui bahwa upaya penurunan emisi yang dilakukan Asia Pulp and Paper masih menemui sejumlah tantangan. Hal itu seperti pada aspek mesin produksi, pembangkit listrik, dan penggunaan energi terbarukan.
Penggunaan energi dari mesin produksi tersebut diakui kurang efisien karena kondisi beberapa mesin pulp dan kertas sudah terlalu tua. Sementara mengganti semua mesin membutuhkan investasi yang sangat tinggi. Kemudian sumber energi terbarukan yang digunakan, yakni biomassa, juga masih sangat terbatas.
Direktur Lingkungan Hidup Kementerian Perencanaan dan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan dan Pembangunan Nasional (PPN/Bappenas) Medrilzam mengatakan, dukungan swasta ini akan mempercepat target penurunan emisi. Di sisi lain, pembangunan rendah karbon (PRK) dan berketahanan iklim menjadi tulang punggung dalam transformasi ekonomi Indonesia menuju ekonomi hijau.
Menurut Medrilzam, ekonomi hijau telah ditempatkan sebagai salah satu upaya dalam mengubah atau mentransformasikan ekonomi konvensional yang cenderung tidak ramah lingkungan.Hasil kajian Bappenas membuktikan kebijakan PRK sebagai tulang punggung ekonomi hijau mampu membawa Indonesia mencapai nol emisi (NZE).
”Dari simulasi yang dilakukan Bappenas, penerapan ekonomi hijau akan memberikan keuntungan seperti pertumbuhan produk domestik bruto dengan rata-rata sebesar 6,1 sampai 6,5 persen setiap tahun hingga 2050. Ini juga membuka lapangan pekerjaan hijau untuk 1,8 juta orang pada 2030,” ucapnya.