Konsumsi makanan ultraproses berpengaruh ke timbulnya gejala gangguan kesehatan mental, seperti depresi ringan dan kecemasan.
Oleh
SEKAR GANDHAWANGI
·3 menit baca
Para ahli selama ini menganjurkan agar publik membatasi konsumsi makanan ultraproses atau ultra-processed food. Bila dikonsumsi terus-menerus, makanan ultraproses dapat meningkatkan risiko berbagai penyakit, seperti diabetes, kanker, jantung, dan menyebabkan obesitas. Penelitian terbaru menunjukkan bahwa makanan tersebut berdampak ke kesehatan mental.
Makanan ultraproses berupa makanan atau minuman kemasan yang siap saji atau siap makan. Makanan ini umumnya diolah dengan sejumlah bahan tambahan tidak alami, seperti pemanis, pewarna, pengawet, dan penstabil. Contohnya adalah mi instan, nugget, dan minuman dalam kemasan.
Makanan ini kerap dikonsumsi karena murah, cepat saji, mudah dikonsumsi, dan mudah dijumpai di toko. Walau demikian, mengonsumsi makanan ultraproses dapat berpengaruh ke timbulnya gejala gangguan kesehatan mental.
Hal ini berdasarkan penelitian dari Schmidt College of Medicine, Florida Atlantic University (FAU), Florida, Amerika Serikat. Penelitian dilakukan terhadap 10.359 orang dewasa berusia minimal 18 tahun yang tidak pernah mengonsumsi kokain, heroin, dan metamfetamin. Penelitian dilakukan melalui Survei Pemeriksaan Kesehatan dan Nutrisi AS.
Para peneliti mengukur depresi ringan, jumlah hari cemas, dan jumlah hari ketika responden tidak sehat mental. Hasil penelitian dipublikasikan di Public Health Nutrition pada Kamis (28/7/2022).
Mengonsumsi makanan ultraproses dapat berpengaruh ke timbulnya gejala gangguan kesehatan mental.
Penelitian menunjukkan bahwa orang yang mengonsumsi banyak makanan ultraproses dibandingkan dengan orang yang sedikit mengonsumsinya mengalami peningkatan gejala depresi ringan. Mereka juga lebih berisiko mengalami hari ketika mereka merasa cemas dan tidak sehat mental.
”Makanan yang diproses secara ultra kehabisan nilai nutrisinya, serta jumlah kalorinya meningkat karena makanan ultraproses umumnya mengandung banyak gula tambahan, lemak jenuh, dan garam. Sementara itu, kandungan protein, serat, vitamin, mineral, dan fitokomia rendah,” kata Associate Professor dari Schmidt College of Medicine FAU, Eric Hecht, seperti dikutip dari laman FAU, Sabtu (3/9/2022).
Pola makan yang buruk dapat berdampak bagi kesehatan mental. Penelitian terhadap binatang menunjukkan, pola makan buruk membuat insulin di otak tidak teratur. Ini berpengaruh ke suasana hati, menurunkan tingkat serotonin dan dopamin, serta meningkatkan peradangan saraf.
Hecht menilai hal ini perlu menjadi perhatian. Sebab, lebih dari 70 persen makanan kemasan di AS termasuk makanan ultraproses. Adapun 60 persen kalori yang dikonsumsi warga AS berasal dari makanan ultraproses.
”Mengingat besarnya paparan dan efek dari konsumsi makanan ultraproses, penelitian kami memiliki implikasi klinis dan kesehatan masyarakat yang signifikan,” ucap Hecht.
Sementara itu, salah satu penulis penelitian sekaligus penasihat akademik senior Schmidt College of Medicine, FAU, Charles H Hennekens, mengatakan, penelitian ini menambah informasi penting bagi dampak konsumsi makanan ultraproses. Ini karena dampak makanan ultraproses bagi kesehatan mental belum banyak dikaji.
”Penelitian epidemiologi analitik diperlukan untuk menguji hipotesis-hipotesis dari data deskriptif ini,” ujarnya.
Menurut dokumen Bahaya Terselubung dari Ultra-Processed Food oleh Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia (AIMI), makanan ultraproses juga umum dikonsumsi di Indonesia sejak usia muda. Makanan ultraproses pada kelompok usia 0-6 bulan adalah susu formula.
Pada kelompok usia 6 bulan-3 tahun, contoh makanan ultraproses yang kerap dikonsumsi adalah sereal instan, es krim, biskuit, dan kudapan lain. Kelompok usia 3-8 tahun biasanya mengonsumsi makanan beku, minuman bersoda, dan mi instan. Sementara itu, usia 8 tahun ke atas mengonsumsi antara lain burger dan alkohol.
Publik dianjurkan makan makanan asli karena lebih kaya nutrisi dibandingkan dengan makanan ultraproses. Makanan asli yang dimaksud adalah yang tidak diproses atau diproses minimal, misalnya buah, sayur, kacang-kacangan, sup, dan sushi.