Peningkatan Kapasitas Penelitian dan Manufaktur Butuh Dukungan Global
Negara-negara anggota G20 sepakat untuk meningkatkan kapasitas penelitian dan manufaktur kesehatan di tingkat global. Kerja sama semua pihak di seluruh dunia beserta organisasi internasional pun dibutuhkan.
Oleh
DEONISIA ARLINTA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Peningkatan kapasitas penelitian dan manufaktur dibutuhkan oleh seluruh dunia untuk menghadapi kemungkinan terjadi pandemi pada masa depan. Kerja sama di tingkat global serta dukungan dari organisasi internasional pun diperlukan.
Direktur Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan Kementerian Kesehatan Rizka Andalusia dalam konferensi pers terkait dengan Pertemuan Kelompok Kerja Kesehatan (HWG) Ketiga G20 Presidensi Indonesia di Bali mengatakan, sebagian besar delegasi yang hadir dalam pertemuan tersebut sepakat bahwa dukungan organisasi internasional amat penting untuk meningkatkan kapasitas penelitian dan manufaktur di tingkat global. Potensi kerja sama antarnegara pun telah diidentifikasi dalam mendukung peningkatan kapasitas tersebut.
”Beberapa potensi kerja sama yang telah teridentifikasi dalam pertemuan G20, seperti pusat pelatihan biomanufaktur global, upaya penelitian kolaboratif, mekanisme berbagi data, kemitraan publik-swasta, penelitian, dan ekosistem manufaktur,” katanya dalam siaran pers yang diterima di Jakarta, Rabu (23/8/2022).
Rizka menuturkan, sejumlah negara telah siap untuk mendukung ekosistem penelitian dan manufaktur global, antara lain Argentina, Brasil, India, Afrika Selatan, Arab Saudi, Turki, dan Indonesia. Negara-negara anggota G20 lain serta organisasi internasional pun diharapkan bisa turut bergabung dan berpartisipasi aktif dalam kemitraan itu.
Salah satu dukungan internasional yang dibutuhkan ialah untuk mewujudkan misi 100 hari kesiapsiagaan vaksin. Kesiapsiagaan tersebut meliputi pendanaan serta transfer teknologi antarnegara. Keberlanjutan dari misi tersebut pun dibutuhkan.
”Tidak hanya kesiapsiagaan vaksin yang harus dilakukan, tetapi juga kesiapsiagaan yang mencakup alat diagnostik, tindakan terapeutik, dan menghubungkannya dengan One Health,” ucap Rizka.
Selain itu, ia menuturkan, dibutuhkan pula kemitraan antara sektor publik dan swasta dalam transfer teknologi. Negara-negara berpenghasilan menengah ke bawah didorong untuk secara proaktif berkontribusi dalam upaya tersebut.
Beberapa potensi kerja sama yang telah teridentifikasi dalam pertemuan G20, seperti pusat pelatihan biomanufaktur global, upaya penelitian kolaboratif, mekanisme berbagi data, kemitraan publik-swasta, penelitian, dan ekosistem manufaktur.
Rizka mengatakan, upaya lain yang juga memerlukan dukungan organisasi internasional ialah terkait dengan perluasan manufaktur dan penelitian global untuk vaksin, terapeutik atau obat-obatan, serta alat diagnostik. Saat ini, organisasi internasional sudah menetapkan platform dan jaringan yang memungkinkan akses vaksin, terapeutik, dan diagnostik yang lebih cepat untuk penanganan pandemi.
Peningkatan investasi serta koordinasi antarbidang keuangan dan kesehatan pun diperlukan untuk mendukung pengembangan tersebut. ”Beberapa delegasi dari pertemuan HWG ketiga ini juga menyoroti pentingnya penyelarasan regulasi untuk mendukung peningkatan penelitian dan produksi. Persetujuan dan peraturan harus dipercepat,” ujar Rizka.
Secara terpisah, Wakil Menteri Kesehatan Dante Saksono Harbuwono menuturkan, inovasi di bidang kefarmasian dan alat kesehatan dalam negeri juga harus terus didorong. Inovasi tersebut, baik terkait inovasi produk kesehatan, teknologi ataupun sistem informasi kesehatan, maupun kebijakan kesehatan.
Kementerian Kesehatan pun telah berkomitmen untuk melakukan transformasi di bidang kesehatan, termasuk transformasi pada sistem ketahanan kesehatan dan transformasi teknologi kesehatan. Berbagai kerja sama dalam penelitian dan pengembangan sediaan farmasi dan alat kesehatan pun semakin ditingkatkan.
Rizka menambahkan, pandemi Covid-19 telah menunjukkan pentingnya kemandirian dalam bidang kefarmasian dan alat kesehatan di dalam negeri. Kelangkaan obat, alat kesehatan, dan vaksin terjadi pada awal pandemi karena sebagian besar kebutuhan tersebut didapatkan dari produk impor.
”Dengan demikian, kemandirian sediaan farmasi dan alat kesehatan sangat dibutuhkan untuk membangun ketahanan dalam menghadapi masa sulit, seperti pandemi Covid-19,” katanya.