Keanekaragaman Hasil Pertanian Dukung Pemenuhan Kebutuhan Pangan
Indonesia memiliki puluhan jenis karbohidrat, protein, dan kacang-kacangan serta ratusan jenis sayur dan buah. Keanekaragaman hasil pertanian ini dapat mendukung pemenuhan kebutuhan pangan.
Oleh
PRADIPTA PANDU
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Indonesia memiliki puluhan jenis karbohidrat, protein, dan kacang-kacangan serta ratusan jenis sayur dan buah-buahan. Keanekaragaman hasil pertanian dari berbagai pulau di Indonesia ini diyakini dapat mendukung pemenuhan kebutuhan pangan di setiap wilayah.
Peneliti Ekonomi Lingkungan World Resources Institute (WRI) Indonesia Romauli Panggabean mengemukakan, sejumlah daerah yang tidak bergantung terhadap beras, seperti Kalimantan, Sulawesi, Papua, dan Maluku, selama ini bisa memenuhi kebutuhan pangannya sendiri. Sebab, daerah tersebut memiliki keanekaragaman hasil pertanian.
Badan Ketahanan Pangan mencatat, Indonesia memiliki sedikitnya 77 jenis karbohidrat, 75 pangan sumber protein, 26 kacang-kacangan, 228 sayuran, dan 389 buah-buahan. Semua jenis pangan tersebut berasal dari daerah yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia.
”Jika di setiap pulau dibuat sistem pangan yang baik dan memenuhi kebutuhan secara maksimal, kita bisa memutus rantai pasok sehingga harga bisa lebih berkurang. Jadi, Indonesia sangat berpotensi mengatasi masalah pangan ini,” ujarnya dalam diskusi daring terkait kualitas dan kuantitas pangan, Selasa (26/7/2022).
Separuh dari energi yang kita makan juga harus dari biji-bijian kompleks. (Rina Agustina)
Menurut Romauli, desentralisasi fiskal dan otonomi daerah memudahkan pemerintah daerah untuk mengimplementasikan regionalisasi atau pewilayahan sistem pangan. Hal ini dimungkinkan mengingat tujuan desentralisasi ialah meningkatkan kesejahteraan dan mengurangi kemiskinan dengan fokus pembangunan di daerah tertinggal.
Salah satu contoh desentralisasi untuk sistem pangan telah diterapkan Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB). Pemprov NTB merancang aturan manajemen dan praktik pengelolaan sektor perikanan berdasarkan kearifan, kebutuhan lokal, dan pengetahuan adat demi keberlanjutan produk perikanan daerahnya.
Romauli menyebut sekarang sudah banyak program pemerintah yang dapat menjadi sumber pendanaan bagi regionalisasi sistem pangan. Program tersebut mulai dari dana desa, keluarga harapan, hingga investasi hijau. Transfer dari program keluarga harapan dapat diarahkan untuk pemenuhan pangan sehat dibandingkan pangan kemasan.
Pemenuhan pangan yang sehat dan beragam pada akhirnya akan mendukung penyelesaian sejumlah permasalahan di Indonesia, seperti tengkes (stunting), diabetes, dan mikronutrien defisit. Beberapa permasalahan tersebut terjadi salah satunya akibat sistem pangan di Indonesia yang belum optimal dan merata.
Keragaman pangan ini juga perlu ditingkatkan karena menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), mayoritas masyarakat Indonesia masih bergantung pada satu jenis pangan. Konsumsi masyarakat Indonesia ialah makanan atau minuman jadi dan padi-padian dengan rata-rata konsumsi sekitar 2.143 kalori per hari.
”Sistem pangan kita perlu transformasi karena sepertiga produksi pangan Indonesia terbuang setiap tahunnya dan hal ini berkontribusi pada total emisi. Upaya mengurangi limbah pangan juga sebenarnya bisa meningkatkan produksi pangan,” kata Romauli.
Perubahan perilaku
Kepala Pusat Penelitian Nutrisi Manusia-Indonesian Medical Education and Research Institute (HNRC-IMERI) Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Rina Agustina menyatakan, hasil studi yang dilakukan HNRC menunjukkan bahwa hampir semua wilayah di Indonesia mengalami masalah kesehatan dan pola makan yang tidak berkelanjutan.
”Indonesia sebenarnya memiliki pangan yang sangat beragam, tetapi mayoritas masyarakat hanya fokus pada konsumsi nasi. Sementara konsumi sayur dan buah-buahan sangat kurang. Semua ini berkontribusi membuat nilai pola makan memburuk,” ucapnya.
Berkaca dari kondisi tersebut, Rina menegaskan, saat ini perlu upaya transformasi sistem pangan global untuk mengurangi dampak dari permasalahan kesehatan maupun lingkungan. Transformasi dapat mulai dilakukan dengan perubahan perilaku makan, mengurangi limbah dan sisa makanan, serta meningkatkan produksi pertanian.
”Kita juga perlu makan makanan yang beragam atau bervariasi. Ini bisa dilakukan dengan mengubah separuh dari makanan kita itu harus berasal dari sayur dan buah-buahan. Separuh dari energi yang kita makan juga harus dari biji-bijian kompleks,” tambahnya.