Guru Diajak Belajar Mandiri Melaksanakan Kurikulum Merdeka
Transformasi pendidikan nasional yang berfokus pada mutu membutuhkan guru-guru yang selalu siap belajar. Dukungan pelatihan teknis dan nonteknis untuk menerapkan Kurikulum Merdeka disiapkan lewat belajar daring/vitual.
Oleh
ESTER LINCE NAPITUPULU
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Para guru dituntut siap belajar mandiri agar mampu menerapkan Kurikukulum Merdeka untuk melaksanakan transformasi pendidikan. Karena itu, kompetensi guru secara teknis dan nonteknis perlu ditingkatkan agar mampu melaksanakan pembelajaran berpusat pada anak dan menerapkan prinsip Kurikulum Merdeka melalui materi dan dukungan komunitas virtual.
Direktur Guru Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Masyarakat Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Santi Ambarukmi menyampaikan hal itu dalam acara peluncuran Seri Semangat Guru 2: Kompetensi Nonteknis Pendukung Implementasi Kurikulum Merdeka, Senin (25/7/2022), di Jakarta.
Terobosan baru untuk meningkatkan kemerdekaan belajar demi kemajuan pendidikan salah satunya dilakukan dengan mengimplementasikan Kurikulum Merdeka. Ada perubahan mendasar yang harus dikuasai guru untuk mampu menjalankan pendidikan yang berpusat pada anak.
Menurut Santi, dukungan untuk guru menerapkan Kurikulum Merdeka juga dilakukan dengan memperkuat softskill atau nonteknis melalui webinar untuk sejumlah kompetensi nonteknis yang penting, pembelajaran dari guru, kuis, dan latihan. Peserta akan didampingi kelompok di grup Telegram untuk mengerjakan tugas pelatihan serta bertanya tentang kesulitan yang dialami dan mengikuti program interaktif secara berkala.
Materi yang diberikan para trainer atau pelatih di Semangat Guru 2 terkait dengan motivasi dan merdeka belajar (motivasi intrinsik dan pengelolaan belajar mandiri); berpikir kritis dan penyelesaian masalah; kreatif dan inovatif; empati dan perencanaan materi pembelajaran; serta pembinaan dan komunikasi.
”Guru menjadi terbiasa menggunakan teknologi dalam pembelajaran. Berbagai learning management system dan platform Merdeka Mengajar mendorong guru untuk makin mandiri dan kreatif meningkatkan kompetensi,” ujar Santi.
Sementara Direktur Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan Kemendikbudristek Iwan Syahril menyambut baik kolaborasi Kemendikbudristek dan HP untuk memberi dukungan bagi peningkatan kompetensi guru.
Dalam program Semangat Guru satu tahun lalu, sekitar 160.000 guru mendapatkan kesempatan pengembangan diri untuk memperkuat pembelajaran abad ke-21. Guru menjadi mampu menghadirkan pembelajaran transformatif abad ke-21 yang mengajar dengan cara modern dan efektif untuk memperkuat kompetensi siswa dalam kolaborasi, compassion, komunikasi, berpikir kritis, kreatif, dan logika komputasi.
Guru menjadi terbiasa menggunakan teknologi dalam pembelajaran. Berbagai learning management system dan platform Merdeka Mengajar mendorong guru untuk makin mandiri dan kreatif meningkatkan kompetensi.
Salah satu pengajar yang juga Ketua Yayasan Guru Belajar, Bukik Setiawan, mengatakan, kemampuan guru untuk mengenali dan mengelola motivasi sangat penting sehingga mereka dapat mempertahankan ritme kerja dalam pembelajaran.
”Di awal biasanya guru bersemangat dan lama-lama semangat mengendur serta kehilangan fokus karena belum ada pengenalan dan pengelolaan motivasi. Guru bisa mendapatkan pelatihan untuk bisa mempraktikkan sejumlah strategi mengelola motivasi,” kata Bukik.
Pemahaman beragam
Terkait dengan implementasi Kurikulum Merdeka, Guru Penggerak Angkatan 3, SMP Negeri 1 Prambanan, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah, Yenni Puspandari, mengatakan, implementasi Kurikulum Merdeka merupakan pembelajaran yang mengadopsi dari falsafah Ki Hajar Dewantara untuk melayani kebutuhan siswa. ”Pemahaman para guru tentang implementasi Kurikulum Merdeka beragam,” katanya.
Menurut Yenni, dengan melihat berbagai pandangan tentang implementasi Kurikulum Merdeka ketika awal mulai dikenalkan timbul berbagai miskonsepsi. Namun, seiring berjalannya waktu, pandangan tersebut dapat diluruskan berdasarkan proses belajar di komunitas-komunitas tingkat daerah.
Para guru selama ini memahami siswa dalam satu kelas mempunyai kebutuhan belajar yang sama. Kenyataannya, setiap siswa unik dan mempunyai karakter, kebutuhan, serta cara belajar yang berbeda sehingga guru tidak boleh memperlakukan hal yang sama.
Terkait dengan administrasi pembelajaran, diakui Yenni, para guru masih bingung dengan format modul ajar dan lainnya. Padahal, Kemendikbudristek sudah memfasilitasi dengan aplikasi Merdeka Mengajar. Dari aplikasi tersebut bisa berselancar, membaca, dan menggali referensi terkait modul ajar. ”Formatnya tidak perlu sama, disesuaikan dengan kebutuhan di lapangan, konteks isi disesuaikan dengan kurikulum yang diterapkan,” jelas Yenni.
Kebingungan juga terjadi saat menerapkan pembelajaran proyek lintas mata pelajaran berorientasi pada hasil produknya saja. ”Produk yang baik menjadi kebanggaan bagi satuan pendidikan atau siswa, tetapi ada yang tidak boleh dilupakan, yaitu proses yang terjadi, bagaimana siswa berinteraksi, berkomunikasi, dan mengembangkan Profil Pelajar Pancasila. Proses ini yang harus dikuatkan. Dengan melakukan hal itu, kita bersinergi dan sejalan dengan pemerintah untuk mempercepat pengembangan Profil Pelajar Pancasila,” kata Yenni.
Penerapan mandiri
Untuk mendukung implementasi Kurikulum Merdeka, Kemendikbudristek menggelar rangkaian agenda kunjungan kerja ke daerah untuk membangun sinergi dan kolaborasi. Kunjungan tersebut sekaligus untuk meninjau pelaksanaan pembelajaran di satuan pendidikan yang menerapkan Kurikulum Merdeka jalur mandiri, khususnya mandiri berbagi dan mandiri berubah.
Salah satunya di Kabupaten Jombang, Jawa Timur, saat ini terdapat 877 satuan pendidikan yang mendaftar untuk dapat mengimplementasikan Kurikulum Merdeka jalur mandiri. Sebanyak 104 sekolah memilih jalur mandiri belajar (menerapkan beberapa bagian dan prinsip Kurikulum Merdeka tanpa mengganti kurikulum), 767 sekolah memilih jalur mandiri berubah (menggunakan perangkat ajar sesuai Kurikulum Merdeka), dan enam sekolah memilih jalur mandiri berbagi (mengembangkan sendiri berbagai perangkat ajar).
Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Jombang Senen mengatakan, dinas pendidikan melakukan berbagai upaya untuk membantu para pendidik melaksanakan Kurikulum Merdeka. Para fasilitator program Sekolah Penggerak angkatan kedua Kabupaten Jombang yang terdiri atas unsur pengawas sekolah diminta untuk memberikan penguatan kepada para kepala sekolah dan guru yang menerapkan Kurikulum Merdeka jalur mandiri.