Melalui pembelajaran berdiferensiasi, guru diharapkan menerapkan berbagai metode pendekatan yang sesuai dengan kebutuhan siswa. Sistem ini sebagai implementasi Kurikulum Merdeka Belajar.
Oleh
TATANG MULYANA SINAGA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Setiap siswa mempunyai potensi yang berbeda. Hal ini membuat kebutuhan pembelajaran mereka juga berbeda sehingga menuntut kreativitas guru dalam mengembangkan kemampuan peserta didik. Pembelajaran diferensiasi yang berdasarkan pada minat dan bakat serta profil belajar siswa bisa menjadi solusi mengoptimalkan keberagaman potensi itu.
Analis Kebijakan Ahli Madya Direktorat Sekolah Dasar Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi(Kemendikbudristek) Kurniawan mengatakan, setiap anak lahir dengan karakteristik dan keunikan masing-masing. Jadi, meski siswa belajar di kelas secara bersama-sama, mereka memerlukan pendekatan berbeda dalam menyerap materi pelajaran.
Menurut Kurniawan, melalui pembelajaran berdiferensiasi, guru diharapkan menerapkan berbagai metode pendekatan yang sesuai dengan kebutuhan siswa. Sistem ini sebagai implementasi dari Kurikulum Merdeka Belajar.
”Pembelajaran berdiferensiasi berakar pada pemenuhan kebutuhan peserta didik, baik kesiapan belajar, minat, atau profil belajarnya. Setelah itu, bagaimana guru merespons keperluan murid tersebut,” ujarnya dalam webinar Kiat Sukses Pembelajaran Berdiferensiasi, Jumat (1/7/2022).
Kurniawan menuturkan, pembelajaran berdiferensiasi memberikan banyak manfaat, terutama karena siswa lebih dihargai dengan karakter masing-masing dan berkeadilan dalam mengakses pembelajaran. Dengan begitu, diharapkan bisa mengoptimalkan capaian hasil belajar.
”Hal ini juga sejalan dengan filosofi tokoh pendidikan Indonesia, Ki Hadjar Dewantara, tentang sistem among, yaitu guru harus menuntun peserta didik untuk berkembang sesuai potensinya,” katanya.
Koordinator Substansi Pembelajaran Pusat Kurikulum dan Pembelajaran (Puskurjar) Kemendikbudristek Farah Arriani mengatakan, untuk menerapkan pembelajaran yang relevan, guru perlu merancangnya sesuai kebutuhan siswa. Jadi, setiap siswa mempunyai tingkatan perkembangan berbeda sehingga capaian hasilnya tidak boleh disamakan.
”Pembelajaran berdiferensiasi merupakan proses di mana peserta didik belajar sesuai dengan kemampuan, apa yang disukai, dan kebutuhan masing-masing sehingga tidak frustrasi dan merasa gagal. Dengan begitu, tujuan belajarnya pun beragam,” tuturnya.
Untuk menerapkan pembelajaran yang relevan, guru perlu merancangnya sesuai kebutuhan siswa. Jadi, setiap siswa mempunyai tingkatan perkembangan berbeda sehingga capaian hasilnya tidak boleh disamakan.
Dengan metode kreatif, pembelajaran dapat berorientasi pada masa depan berkelanjutan. Caranya, guru mengintegrasikan nilai-nilai kepedulian terhadap lingkungan, seperti menanamkan kebiasaan siswa untuk hemat listrik dan air. Hal ini untuk menumbuhkan tanggung jawab siswa dan memupuk kebiasaan baik sejak dini.
Farah berujar, pembelajaran berdiferensiasi dapat dilihat melalui perspektif guru dan murid. Dalam perspektif guru, selain menyesuaikan pelajaran dengan minat siswa, guru juga perlu memotivasi siswa agar percaya diri dengan kemampuan masing-masing.
Sementara dalam perspektif murid, keterampilan siswa sangat menentukan dalam mencapai tujuan pembelajaran. Pendekatan gaya belajar juga tidak kalah penting dengan mengetahui cara yang paling mereka senangi untuk memahami pelajaran.
”Seorang anak mungkin punya kemampuan bagus dalam berhitung dan membaca, tetapi siswa lainnya belum tentu. Jadi, prosesnya tidak bisa dipukul rata. Dibutuhkan berbagai strategi untuk mendukung mereka,” ucapnya.
Kepala Sekolah Dasar Islam Al-Alaq, Kota Bekasi, Jawa Barat, Zulfa Maulida mengatakan, pihaknya memakai sejumlah cara dalam menerapkan pembelajaran berdiferensiasi. Siswa diberikan pilihan untuk menentukan metode yang disukai.
Dalam pelajaran mengenal bilangan, misalnya, sekolah menyediakan beragam media, seperti material gim berupa bekel, ludo, dan ular tangga. Akan tetapi, ada juga siswa yang lebih tertarik menggunakan laptop dengan penggunaan terbatas.
Kepala SD Negeri Tungkaran, Martapura, Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan, Yayuk Hartini mengatakan, dalam konsep pembelajaran berdiferensiasi, peserta didik dengan gaya belajar visual dikondisikan membuat produk identifikasi unsur intrinsik lewat gambar bercerita atau menguraikan cerita dalam bagan. ”Jangan paksa mereka menuliskan cerita dalam banyak paragraf karena itu pasti sangat menyulitkan,” ucapnya.