Gerakan peduli lingkungan tidak bisa dilakukan sendiri-sendiri. Namun, belum semua orang paham isu lingkungan hidup. Seni dapat menjadi media memahami isu itu.
Oleh
SEKAR GANDHAWANGI
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Seni dapat dimanfaatkan untuk kampanye peduli lingkungan hidup. Karya seni, baik instalasi, gambar, maupun lagu, diyakini dapat menyampaikan pesan tentang pentingnya menjaga lingkungan kepada publik secara sederhana dan menyenangkan.
Ilustrator dari komunitas Timore Art Graffiti, Obby Tukan, mengatakan, ia dan komunitasnya membuat mural di ruang publik untuk menyuarakan keresahan atau pemikiran mereka terhadap sejumlah isu. Misalnya, isu perempuan dan lingkungan. Kegiatan yang semula hanya hobi berubah serius setelah mereka sadar bahwa karya tersebut dilirik publik.
”Kami sadar bahwa dengan seni, kita bisa mengubah pola pikir orang lain walau sekecil apa pun,” kata Obby pada diskusi daring Kampanye Lingkungan Melalui Karya Seni, Sabtu (18/6/2022), oleh Terasmitra.
Obby dan komunitasnya pernah membuat mural di area yang dijadikan tempat pembuangan sampah oleh warga sekitar di Kupang, Nusa Tenggara Timur. Setelah mural selesai dibuat, kata Obby, jumlah sampah yang dibuang sembarangan di sana oleh warga berkurang, bahkan kini tidak ada lagi yang membuang sampah.
”Lingkungan itu milik bersama, bukan perorangan sehingga mesti dijaga. Cara menjaganya kembali ke diri masing-masing. Ini bisa dimulai dari hal kecil di sekitar kita, tidak perlu muluk-muluk,” ucapnya.
Menurut Ali Hanafi, perwakilan Sikola Kampo (kelompok berbagi pengetahuan di Tomia), ada banyak sampah di daerah asalnya di Tomia, Wakatobi, Sulawesi Tenggara. Namun, ia menilai bahwa masyarakat belum terlalu memikirkan dampak sampah terhadap lingkungan.
Ia pun mengumpulkan sampah-sampah di area pantai untuk diolah menjadi instalasi seni. Sampah yang ia manfaatkan antara lain botol plastik, tali, sandal, sisir, serta papan kayu bekas. Beberapa instalasi yang ia dan Sikola Kampo buat bisa ditemukan di pantai di Tomia.
Kami sadar bahwa dengan seni, kita bisa mengubah pola pikir orang lain walau sekecil apa pun.
Karya seni yang mereka hasilkan masih dalam skala kecil. Ali berharap ada dukungan pihak lain untuk memfasilitasi mereka, baik dalam bentuk pembangunan galeri seni ataupun mesin pencacah plastik untuk daur ulang sampah.
Indonesia disebut sebagai negara pengirim limbah plastik ke laut nomor dua terbesar di dunia. Menurut penelitian Plastic Waste Inputs from Land into the Ocean, pada 2010 dan proyeksi 2025, Indonesia berkontribusi terhadap 10 persen sampah plastik di laut sedunia.
Timbulan sampah plastik di laut merupakan dampak dari pengelolaan sampah yang belum baik. Tingkat daur ulang sampah di Indonesia masih rendah, yakni 10 persen dari total sampah plastik yang mencapai 6,8 juta ton (Kompas, 7/12/2021).
”Mencintai lingkungan tidak perlu menunggu momen dan orang lain. Kita bisa mulai dari diri sendiri. Gunakan apa yang ada di sekitar kita,” kata Ali.
Gambar dan teks
Menurut seniman rekam grafis Riri Royanto, paduan gambar dan teks dapat jadi salah satu media kampanye soal lingkungan. Ia menilai, tidak semua orang akrab dengan isu lingkungan. Beberapa orang menilai itu isu yang sulit dipahami. Gambar dan teks bisa digunakan untuk mengemas isu lingkungan secara singkat, sederhana, dan komunikatif.
”Kami sebagai graphic recording artist biasanya membantu memvisualisasikan suatu isu agar menarik (disimak) dengan teks dan gambar. Ini membantu publik memahami konten walau topiknya sulit,” ujarnya.
Sementara itu, pengajar pendidikan musik Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta, Fortunata Tyasrinestu, menilai bahwa kampanye bisa pula dilakukan melalui lagu. ”Refrain dalam lagu itu penting karena sering diulang dan biasanya paling diingat. Untuk itu, lirik harus sederhana, mudah diingat, dan mudah diucapkan,” katanya.