Program Muhibah Budaya Jalur Rempah akan dilanjutkan ke Ternate-Tidore. Para peserta yang terdiri atas kaum muda perwakilan dari semua provinsi akan belajar kekayaan sejarah pala dan cengkeh.
Oleh
SEKAR GANDHAWANGI
·3 menit baca
TERNATE, KOMPAS — Sebanyak 37 anggota Laskar Rempah yang tergabung dalam program Muhibah Budaya Jalur Rempah dijadwalkan tiba di Ternate, Maluku Utara, pada Selasa (14/6/2022). Dari Ternate, mereka akan bertolak ke Tidore dengan misi menggali sejarah dan potensi rempah Nusantara.
Ternate menjadi titik keempat program napak tilas jalur rempah tersebut. Sebelumnya, rombongan berlayar dari titik pertama, yakni Surabaya, menuju Makassar. Perjalanan dilanjutkan ke Baubau, kemudian singgah ke Buton. Setelahnya, rombongan menuju Ternate.
Rombongan terdiri atas pemuda-pemudi berusia 18-25 tahun perwakilan semua provinsi yang disebut Laskar Rempah. Pelayaran ini turut melibatkan TNI Angkatan Laut dan mentor. Pelayaran dengan Kapal Republik Indonesia (KRI) Dewaruci ini dimulai sejak tanggal 1 Juni 2022 dan direncanakan rampung pada 2 Juli 2022.
Ada enam titik yang dikunjungi selama pelayaran, yaitu Surabaya, Makassar, Baubau-Buton, Ternate-Tidore, Banda, dan Kupang. Anggota rombongan akan berganti di tiap titik. Jumlah Laskar Rempah yang berlayar dari Baubau-Buton ke Ternate 37 orang, sama dengan rombongan baru yang akan berangkat dari Ternate ke Tidore.
Laskar Rempah diberi pembekalan sebelum berlayar pada Senin (13/6/2022) malam. Mereka diajari cara hidup di KRI Dewaruci. Perwira Staf Korps Maluku Utara Ternate Mayor Laut (P) Achmad Yani mengatakan, kegiatan semua awak kapal mesti mengikuti aturan karena KRI Dewaruci adalah kapal perang, berbeda dengan kapal biasa.
Selain itu, Laskar Rempah dibekali dengan pengetahuan tentang keselamatan pelayaran. Saat berlayar nanti, Laskar Rempah akan diberi pengetahuan maritim lain, seperti menentukan lokasi kapal dengan kompas baring. Lokasi kapal juga bisa ditentukan dengan membaca posisi bintang di langit.
”Mereka juga akan diajari cara menghitung kecepatan kapal. Pengetahuan maritim ini penting sekali karena nenek moyang kita pelaut. Anak-anak mesti dididik untuk mencintai laut karena laut kita begitu luas dengan masa depan menjanjikan,” tambah Achmad di Ternate.
Sebelumnya, Komandan KRI Dewaruci Mayor Laut (P) Sugeng Hariyanto mengatakan, nenek moyang Indonesia menggunakan cara konvensional untuk menentukan navigasi kapal. Mereka membaca lokasi gunung, daratan, tanjung, serta suar, kemudian dijadikan titik koordinat. Cara tersebut kini jarang digunakan karena perkembangan teknologi.
Mereka akan diajari cara menghitung kecepatan kapal. Pengetahuan maritim ini penting sekali karena nenek moyang kita pelaut. Anak-anak mesti dididik untuk mencintai laut karena laut kita begitu luas dengan masa depan menjanjikan.
”Bagaimanapun, kita harus tahu bagaimana seandainya alat modern tidak berfungsi. Kita kembali ke zaman dahulu saat ilmu-ilmu dasar navigasi sangat penting. Di laut ada istilah navigasi datar dan navigasi astronomi. Navigasi astronomi tidak kami ajarkan ke Laskar Rempah. Tapi, kami tunjukkan bahwa di tengah laut ada bintang di langit yang bisa digunakan untuk menentukan posisi,” ujar Sugeng (Kompas.id, 4/6/2022).
Ternate dan Tidore sejak dulu dikenal sebagai penghasil pala dan cengkeh. Kedua tempat ini pun berperan sebagai salah satu simpul penting perdagangan rempah Nusantara. Pala dan cengkeh hanya bisa ditemukan di kepulauan Maluku bagian utara dan Banda hingga awal abad ke-17 Masehi.
Penyebaran pala dan cengkeh didorong oleh perdagangan rempah di Nusantara. Sebelum bangsa Eropa masuk ke Maluku bagian utara pada abad ke-16, perdagangan rempah dikuasai oleh pedagang Jawa, Melayu, Arab, China, dan India. Pedagang Arab dan China bahkan merahasiakan keberadaan pulau penghasil rempah ini selama berabad-abad.
Johar, Ketua Komunitas Cengkeh Afo di Ternate, menuturkan, salah satu kisah penyebaran cengkeh terjadi pada tahun 1770. Saat itu, ada seorang Perancis yang berhasil mengambil bibit dari satu-satunya pohon cengkeh yang selamat setelah VOC memusnahkan semua pohon cengkeh di Ternate. Bibit itu lantas dibawa ke Zanzibar yang kini menjadi salah satu negara produsen cengkeh.