JAKARTA, KOMPAS — Gempa berkekuatan M 5,7 melanda Bolaang Mongondow Selatan, Sulawesi Utara, pada Selasa (7/6/2022) pukul 20.24 WIB dan esoknya, Rabu pukul 13.25 WIB, Mamuju, Sulawesi Barat, diguncang gempa M 5,8. Kedua gempa yang berpusat di laut ini tidak memicu tsunami, tetapi guncangan di Mamuju memicu kerusakan bangunan.
Kepala Pusat Gempabumi dan Tsunami Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Bambang Setiyo Prayitno mengatakan, gempa yang mengguncang Mamuju berpusat di koordinat 2,77 derajat Lintang Selatan (LS) dan 118,56 derajat Bujur Timur (BT), tepatnya di laut pada jarak 26 kilometer (km) arah barat Tapalang Barat, Kota Mamuju, dengan kedalaman 10 km.
”Dengan memperhatikan lokasi episenter dan kedalaman hiposenternya, gempa bumi yang terjadi merupakan jenis dangkal akibat aktivitas sesar aktif di lepas pantai Mamuju. Hasil analisis mekanisme sumber menunjukkan bahwa gempa bumi memiliki mekanisme pergerakan geser (strike-slip),” katanya.
Sementara itu, gempa yang melanda Bolaang Mongondow Selatan berpusat di koordinat 0,15 derajat Lintang Utara dan 123,71 derajat BT atau di laut pada jarak 39 km arah barat daya Bolaang Uki, Bolaang Mongondow Selatan, pada kedalaman 137 km.
Gempa pada 2021 berpusat di darat dan sesar naik Mamuju. Sementara gempa kali ini bersumber dari sesar geser ( strike-slip) yang belum terpetakan sebelumnya.
Menurut Bambang, gempa di Bolaang Mongondow Selatan in terjadi akibat adanya deformasi pada subduksi Sangihe. ”Hasil analisis mekanisme sumber menunjukkan bahwa gempa bumi memiliki mekanisme pergerakan naik (thrust fault),” katanya.
Koordinator Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Daryono mengatakan, sebelumnya pada Selasa pukul 08.27 WIB juga terjadi gempa di wilayah Palu, Sulawesi Tengah, dengan kekuatan M 2,7. Pusat gempa ini terletak pada koordinat 0,84 LS dan 119.94 BT atau tepatnya berlokasi di darat, 10 km arah timur laut Palu dengan kedalaman 4 km. Gempa dangkal ini disebabkan aktivitassesar lokal.
Daryono menambahkan, rentetan gempa bumi di Sulawesi ini tidak saling berkaitan. Baik sumber maupun mekanisme gempa ini berbeda. Sulawesi diketahui memiliki sumber sesar aktif paling banyak di Indonesia, baik di daratan maupun laut.
Pada 14 Januari 2021, wilayah Mamuju dan sekitarnya juga pernah diguncang gempa bumi dengan kekuatan M 5,9 yang kemudian disusul gempa M 6,2. Gempa saat itu menimbulkan banyak kerusakan dan korban jiwa hingga lebih dari 100 orang.
Daryono mengatakan, gempa di Mamuju kali ini berasal dari sumber dan mekanisme yang berbeda dengan gempa pada 2021. ”Gempa pada 2021 berpusat di darat dan sesar naik Mamuju. Sementara gempa kali ini bersumber dari sesar geser (strike-slip) yang belum terpetakan sebelumnya,” katanya.
Baca juga: Gempa Bermagnitudo 5,8 Guncang Mamuju, Dilaporkan Ada Kerusakan Bangunan dan Korban Luka
Menurut Daryono, kawasan pesisir Sulawesi Barat termasuk sangat rentan gempa bumi dan sebagian diikuti tsunami. Sejumlah gempa bumi merusak yang pernah terjadi di kawasan ini di antaranya pada 23 Desember 1915, 11 April 1967 dengan kekuatan M 6,3 dan diikuti tsunami, pada 23 Februari 1969 dengan kekuatan M 6,9 dan diikuti tsunami, serta 6 Sepember 1972 berkekuatan M 5,8 juga diikuti tsunami. Berikutnya pada 8 Januari 1984 terjadi gempa berkekuatan M 6,7, pada 7 November 2020 gempa berkekuatan M 5,3, dan pada 14 Januari 2021 gempa M 5,9.
Kerusakan bangunan
Pelaksana Tugas Kepala Pusat Data, Informasi, dan Komunikasi Kebencanaan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Abdul Muhari mengatakan, selain dirasakan di Mamuju, gempa berkekuatan M 5,8 juga dirasakan di Kabupaten Majene dan Kabupaten Polewali Mandar sehingga memicu kepanikan warga.
”Guncangan gempa mengakibatkan atap Gedung Serba Guna PKK Kantor Gubernur Provinsi Sulawesi Barat roboh. Laporan visual yang diterima BNPB terlihat beberapa kursi berserakan akibat tertimpa atap,” kata Muhari.
Meski demikian, skala kerusakan dan korban akibat gempa ini belum bisa diketahui. Menurut Muhari, hingga saat ini Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) setempat masih melakukan kajian cepat dan pendataan kerusakan pascagempa tersebut.
Baca juga: Warga Mamasa Tetap Siaga Pascagempa M 5,3