Wapres Amin Ajak Jadikan Pancasila Selayaknya Bintang Penerang
Wakil Presiden Ma’ruf Amin mengajak menjadikan Pancasila ibaratnya bintang penerang dalam mewujudkan kemajuan dan kemandirian bangsa. Hal ini diperlukan di tengah kemajemukan bangsa Indonesia.
Oleh
CYPRIANUS ANTO SAPTOWALYONO
·3 menit baca
JOMBANG, KOMPAS — Indonesia sebagai bangsa majemuk memiliki tantangan besar dalam mempertahankan persatuan dan kesatuan masyarakatnya yang terdiri dari berbagai etnis, suku, budaya, dan agama. Kemajemukan bangsa Indonesia dewasa ini juga makin diuji dengan timbulnya riak-riak dari aksi segelintir kelompok dengan menyebarkan paham-paham yang dapat merusak tatanan kehidupan bangsa yang berlandaskan Pancasila.
”Untuk itu, mari kita jadikan Pancasila layaknya bintang penerang sehingga kita akan mampu melalui berbagai tantangan dan ujian di tengah cita-cita mewujudkan kemajuan dan kemandirian bangsa ini,” kata Wakil Presiden Ma’ruf Amin saat meresmikan gedung baru Universitas KH A Wahab Hasbullah (Unwaha) di Jalan Garuda Nomor 09, Tambakberas, Kabupaten Jombang, Jawa Timur, Sabtu (4/6/2022).
Mari kita jadikan Pancasila layaknya bintang penerang sehingga kita akan mampu melalui berbagai tantangan dan ujian di tengah cita-cita mewujudkan kemajuan dan kemandirian bangsa ini.
Pada kesempatan tersebut, Wapres Amin menuturkan, Universitas KH A Wahab Hasbullah, sebagai perguruan tinggi berbasis keagamaan, dapat menjadi pusat pendidikan Islam yang moderat dan toleran sehingga mampu melahirkan cendekiawan muslim yang unggul dalam merekatkan persatuan bangsa.
”Unwaha turut serta menjadikan Indonesia sebagai episentrum pendidikan Islam yang moderat dan toleran, dengan mencetak insan teladan bagi generasi Muslim global, yakni generasi muda yang tidak hanya cakap secara akademis, tetapi juga mampu menebarkan toleransi dan berperan aktif dalam kehidupan sosial,” kata Wapres Amin.
Sebagai tempat berkumpulnya intelektual-intelektual Islam, Wapres Amin menuturkan, Unwaha harus mampu mengambil peranan yang lebih besar dalam mengedukasi masyarakat, khususnya umat yang awam ilmu agama dan mudah terpengaruh pada ajakan-ajakan yang mengarah pada rusaknya ikatan kita sebagai bangsa dalam kerangka NKRI.
Menurut Wapres Amin, masih ada pihak-pihak yang mencoba mempertentangkan antara Islam kafah (menyeluruh) dengan kebangsaan. Ada pihak yang lebih menekankan penerapan ajaran Islam secara kafah sehingga menolak kebangsaan, dan, sebaliknya, ada juga pihak yang lebih menekankan kebangsaan sehingga menolak ajaran Islam.
”Saya kira sesuai dengan ajaran para ulama, termasuk KH Abdul Wahab Hasbullah, bahwasanya Muslim kafah tidak harus kehilangan kebangsaan. Dan, orang yang berpegang pada kebangsaan tidak berarti tidak boleh menjadi Muslim kafah,” kata Wapres Amin.
Terkait dengan hal itu, pada kesempatan tersebut Wapres Amin meminta Unwaha terus mencetak generasi Muslim yang tidak hanya mampu menerapkan ajaran Islam secara kafah, tetapi juga menghargai kesepakatan kebangsaan. ”(Hal) Yang saya harapkan adalah kita melahirkan Muslim kaffah ma’al mitsaq, artinya dia Islam-nya kafah, tapi juga memiliki mitsaq, yakni menjaga kesepakatan-kesepakatan nasional atau yang disebut al mitsaqul wathoni,yaitu kesepakatan nasional tentang pendirian republik ini dengan didasari Pancasila dan juga UUD 1945,” kata Wapres Amin.
Wapres Amin pun menuturkan bahwa Kiai Wahab merupakan tokoh yang begitu cinta Tanah Air. Kiai Wahab menciptakan lagu mars NU ”Yaa Lal Wathon” yang isinya menekankan bahwa cinta Tanah Air merupakan bagian dari iman. ”Bahkan dalam syairnya terdapat kalimat ’siapa datang mengancammu, kan binasa di bawah durimu’, yang artinya Kiai Wahab sudah menyandangkan siapa pun yang akan merusak NKRI, maka akan berhadapan dengan umat Islam ahlussunah wal jamaah,” kata Wapres Amin.
Sebagai informasi, Presiden Joko Widodo pada 7 November 2014 lalu menobatkan KH Abdul Wahab Hasbullah sebagai Pahlawan Nasional Indonesia. Kiai Wahab pun aktif dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia, khususnya pada masa penjajahan Jepang.
Kiai Wahab adalah salah satu pendiri Nahdlatul Ulama (NU) dan pendiri Pondok Pesantren Tambak Beras Jombang. Kiai Wahab juga merupakan salah satu pelopor dalam membuka diskusi antarulama, baik dari lingkungan NU, Muhammadiyah, maupun organisasi Islam lainnya. Kini, nama KH Wahab Hasbullah diabadikan sebagai nama universitas NU di Jombang.
Ciri khas Unwaha adalah mengajarkan, menanamkan ajaran Islam ’ahlussunnah wal jamaah al nahdliyah’ kepada semua sivitas akademika, terutama kepada para mahasiswa, serta menanamkan nilai-nilai luhur Pancasila, UUD 1945, Bhinneka Tunggal Ika, dan NKRI.
Sebelumnya, Ketua Yayasan Pendidikan Tinggi Bahrul Ulum Chisbiyyah Wahab menuturkan, Unwaha merupakan perguruan tinggi di lingkungan Pondok Pesantren Bahrul Ulum Tambakberas, Jombang. Unwaha memiliki ciri khas tersendiri jika dibandingkan dengan perguruan tinggi lain.
”Ciri khas Unwaha adalah mengajarkan, menanamkan ajaran Islam ahlussunnah wal jamaah al nahdliyah kepada semua sivitas akademika, terutama kepada para mahasiswa serta menanamkan nilai-nilai luhur Pancasila, UUD 1945, Bhinneka Tunggal Ika, dan NKRI,” kata Chisbiyyah Wahab.