Waspadai Potensi Cuaca Ekstrem di Periode Peralihan Musim di NTB
Curah hujan di NTB yang semakin berkurang menandai berakhirnya musim hujan di daerah tersebut. Meski demikian, masyarakat diimbau mewaspadai potensi cuaca ekstrem yang bisa memicu bencana alam.
Oleh
ISMAIL ZAKARIA
·4 menit baca
MATARAM, KOMPAS — Nusa Tenggara Barat saat ini sedang berada dalam periode peralihan dari musim hujan ke musim kemarau. Meski potensi hujan mulai berkurang, masyarakat diimbau untuk mewaspadai potensi cuaca ekstrem yang berpotensi memicu terjadi bencana alam.
Menurut data Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Stasiun Klimatologi Lombok Barat, curah hujan di wilayah NTB pada dasarian (sepuluh hari) pertama April umumnya berada pada kategori rendah hingga menengah.
”Kecuali di sebagian wilayah Kabupaten Lombok Utara, sebagian wilayah Sumbawa Barat, sebagian wilayah Sumbawa, dan sebagian wilayah Dompu berada pada kategori tinggi,” kata prakirawan BMKG Stasiun Klimatologi Lombok Barat, Angga Permana, dalam keterangan resminya, Minggu (10/4/2022).
Menurut Angga, curah Hujan tertinggi terjadi di wilayah Sambik Bangkol, Kabupaten Lombok Utara dengan jumlah curah hujan sebesar 190 milimeter per dasarian.
Angga menjelaskan, sifat hujan pada dasarian pertama April 2022 di wilayah NTB bervariasi dari bawah normal hingga atas normal. Sifat hujan atas normal terjadi di sebagian wilayah Lombok Timur bagian barat, Lombok Tengah bagian selatan, sebagian wilayah Kabupaten Sumbawa, serta sebagian wilayah Kabupaten Dompu dan Bima.
Sementara sifat hujan bawah normal umumnya terjadi di wilayah Kabupaten Lombok Barat, pesisir timur Kabupaten Lombok Timur, sebagian wilayah Kabupaten Sumbawa, sebagian wilayah Kabupaten Dompu, dan wilayah Kota Bima.
Angga menambahkan, pemantauan hari tanpa hujan (HTH) berturut-turut di NTB umumnya dalam kategori sangat pendek, yakni satu hingga lima hari, sehingga asih ada hujan yang terjadi hampir merata di seluruh NTB. Meski demikian, tetap ada wilayah dengan HTH terpanjang, yakni 12 hari, seperti di Monta dan Tambora, Kabupaten Bima.
Dikatakan Angga, pada dasarian kedua April, hujan dengan intensitas di atas 20 milimeter per dasarian diperkirakan masih berpeluang terjadi di seluruh wilayah NTB. Peluangnya 30-80 persen. Begitu juga hujan dengan intensitas dia tas 50 milimeter per dasarian, tetapi peluangnya relatif kecil, yakni kurang dari 30 persen.
”Semakin berkurangnya curah hujan di NTB, pertanda akan berakhirnya musim hujan di wilayah NTB,” kata Angga.
Meski demikian, menurut Angga, masyarakat perlu tetap mewaspadai adanya potensi cuaca ekstrem seperti hujan lebat, angin kencang, banjir, serta potensi longsor pada periode peralihan musim.
Pantauan Kompas, dalam dua hari terakhir, hujan lebat disertai angin kencang melanda Kota Mataram. Pada Minggu siang, kondisi tersebut mengakibatkan dua pohon besar tumbang di Jalan Pejanggik yang merupakan jalur utama kota tersebut.
Kejadian itu tidak mengakibatkan korban jiwa, tetapi membuat polisi mengalihkan arus lalu lintas hingga pohon besar tersebut dibersihkan oleh petugas dibantu warga setempat.
Gangguan kelistrikan
Cuaca ekstrem yang terjadi di Pulau Sumbawa pada Sabtu (9/4/2022) sore juga mengakibatkan kerusakan beberapa jaringan listrik milik PLN. Akibatnya, 39.106 pelanggan mengalami pemadaman. Upaya perbaikan hingga saat ini masih terus berlangsung.
General Manager PLN Nusa Tenggara Barat Sudjarwo Minggu siang mengatakan, cuaca ekstrem mengakibatkan enam tiang PLN rusak dan delapan tiang miring. Selain itu, sepuluh tiang mengalami kerusakan komponen dan tujuh gardu rusak.
Menurut Djarwo, dampak kerusakan tersebut, sebagian pelanggan di wilayah kerja Pulau Sumbawa, yakni 39.106 pelanggan, terdampak. Pascakejadian, PLN langsung bergerak cepat memperbaiki kerusakan agar pasokan listrik ke pelanggan segera kembali normal.
Djarwo menjelaskan, hingga Minggu pagi, 550 pelanggan yang berlokasi di Desa Madakando, Kota Bima, dan Desa Bajo, Kabupaten Bima, masih padam.
”Di kedua lokasi tersebut tiangnya roboh. Maka, kami perlu mendirikan tiang listrik baru. Kami sudah koordinasikan untuk pembangunan tiang yang baru. Semoga bisa segera selesai secepatnya,” kata Djarwo.
Djarwo menjelaskan, salah satu kendala yang dihadapi adalah akses jalan menuju lokasi gangguan yang ekstrem. Lokasi gangguan pun tersebar dari wilayah kerja PLN Unit Pelaksana Pelayanan Pelanggan (UP3) Sumbawa hingga PLN UP3 Bima, mulai dari Lenangguar, Mpunda, Jatiwangi, Jatibaru, Bajo, Mataiyang dan beberapa lokasi yang lain.
”Salah satu akses ke lokasi yang cukup ekstrim adalah gangguan di Lenangguar. Kami menurunkan petugas dari Kantor Jaga di Klawis untuk membantu proses penormalan di Lenangguar,” jelas Djarwo.
Djarwo menambahkan, tidak hanya akses jalan, cuaca di lokasi gangguan yang hingga saat ini masih gerimis juga menghambat proses perbaikan.
H Abdullah, salah satu warga Desa Bajo, yang turut terdampak gangguan tersebut. Abdullah berharap, listrik yang padam pascacuaca ekstrem bisa segera normal. Dengan begitu, ia bisa beraktivitas normal apalagi sedang dalam bulan Ramadhan.
”Kami mengapresiasi upaya petugas yang sejak kemarin bekerja keras untuk mempercepat pemulihan kelistrikan di Desa Bajo,” kata Abdullah.
Untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan, Djarwo mengimbau masyarakat untuk tetap berhati-hati dan waspada. Ia juga meminta partisipasi dari masyarakat untuk melapor lewat aplikasi PLN Mobile apabila ada jaringan listrik PLN yang berpotensi menimbulkan bahaya.