W20 di Banjarmasin Dorong Pemberdayaan Perempuan dan Kesetaraan Jender
Pertemuan Women20 Presidensi Indonesia di Banjarmasin, Kalimantan Selatan, berfokus pada upaya memperjuangkan pemberdayaan perempuan dan kesetaraan jender. Kedua isu tersebut harus menjadi pusat diskusi global.
Oleh
JUMARTO YULIANUS
·3 menit baca
BANJARMASIN, KOMPAS — Pertemuan Women20 atau W20, bagian dari G20 Presidensi Indonesia, di Banjarmasin, Kalimantan Selatan, berfokus pada upaya memperjuangkan pemberdayaan perempuan dan kesetaraan jender. Jajaran pemerintah hingga pimpinan negara diharapkan mampu menempatkan isu pemberdayaan perempuan dan kesetaraan jender sebagai pusat diskusi global.
Kota Banjarmasin dipilih sebagai lokasi ketiga pleno W20 Presidensi Indonesia tahun ini. Kegiatan W20 di Banjarmasin berlangsung 23-24 Maret 2022. Sebelumnya, pleno pertama W20 berlangsung di Likupang, Sulawesi Utara, 15-16 Februari 2022, dan kegiatan kedua berlangsung di Batu, Jawa Timur, 8-9 Maret 2022.
Chair Women20 Indonesia Hadriani Uli Silalahi menjelaskan, W20 merupakan engagement group G20 yang membentuk jaringan pemberdayaan perempuan untuk mendorong pengadopsian komitmen G20 dalam isu perempuan. Tujuan utama W20 adalah untuk mempromosikan pemberdayaan ekonomi perempuan sebagai bagian integral dari proses G20.
Uli sangat mengapresiasi komitmen dari sejumlah negara dalam rangka mendukung perempuan mencapai potensi mereka sebagai bagian dari pengentasan berbagai isu global yang terus berkembang hingga saat ini. Salah satunya terkait kesehatan.
”Kami percaya aksi nyata dapat mendorong pemberdayaan perempuan dan kesetaraan jender untuk berevolusi secara global,” katanya lewat siaran pers di Banjarmasin, Kamis (24/3/2022).
Pertemuan W20 di Banjarmasin digelar secara hibrida dan dihadiri sekitar 150 orang peserta, termasuk perwakilan dari para negara anggota G20, yaitu Amerika Serikat, Argentina, Brasil, Australia, Kanada, Meksiko, Turki, Indonesia, Korea Selatan, Jepang, China, Jerman, Inggris, India, Arab Saudi, Afrika Selatan, Italia, Perancis, Rusia, ditambah Uni Eropa.
Kami percaya aksi nyata dapat mendorong pemberdayaan perempuan dan kesetaraan jender untuk berevolusi secara global. (Hadriani Silalahi)
Menurut Uli, W20 Presidensi Indonesia ingin mendorong komitmen para pemimpin negara atau pemerintahan untuk menempatkan kesetaraan jender dan pemberdayaan perempuan sebagai pusat diskusi global terkait pemulihan ekonomi pasca-Covid-19. Selain itu, diperlukan juga komitmen untuk mengurangi diskriminasi terhadap perempuan untuk berpartisipasi aktif dalam pemulihan masa pandemi Covid-19.
Co-chair W20 Presidensi Indonesia Dian Siswarini menyatakan, dari sudut pandang diplomasi global, dengan memegang presidensi G20 dan W20, berarti Indonesia menempatkan diri sebagai sentral diplomasi di antara 20 negara ekonomi terbesar dengan berpegang pada penyelesaian empat isu prioritas dari W20.
”Engagement group W20 ini juga diharapkan mampu mengaktifkan gerakan dan pemikirin baru dari perempuan, bukan hanya di ranah global, melainkan juga di dalam negara anggota G20 sendiri dengan didukung praktik terbaik (best practices) sebagai katalis,” ujar Dian.
Isu prioritas
Untuk mencapai tujuan tersebut, lanjut Dian, agenda W20 Presidensi Indonesia selama setahun ini akan mengangkat empat isu prioritas. Pertama, mendorong kesetaraan, keamanan, dan kesejahteraan dengan menghapus diskriminasi yang menghambat partisipasi perempuan dalam perekonomian.
Kedua, mencapai inklusi ekonomi dengan mendukung UMKM yang dimiliki dan dikelola oleh perempuan. Ketiga, mengatasi kerentanan untuk meningkatkan ketahanan dengan fokus pada perempuan penyandang disabilitas dan perempuan perdesaan. Keempat, tanggapan kesehatan yang setara jender.
Gubernur Kalsel Sahbirin Noor mengatakan, komitmen untuk mengedepankan pengarusutamaan jender di Kalsel akan semakin diperkuat setelah Kalsel dipercaya sebagai tuan rumah penyelenggara W20 di Banjarmasin. Pemerintah provinsi beserta pemerintah kabupaten/kota berkomitmen agar pengarusutamaan jender menjadi prioritas dalam pembangunan di Kalsel.
”Kami tidak hanya berkomitmen untuk menuangkan dalam dokumen perencanaan, tetapi juga telah melakukan berbagai program yang mendukung perempuan agar dapat berpartisipasi aktif dalam pembangunan,” ujarnya.
Menurut Sahbirin, perempuan Kalsel berperan besar dalam mendukung perekonomian keluarga, mulai dari bertani, menjadi perajin anyaman, menyadap karet, pedagang di pasar terapung, hingga bekerja di sektor swasta dan pemerintah.
”Sejak dulu, kultur masyarakat Kalsel memberikan ruang bagi perempuan untuk berperan di berbagai sektor kehidupan,” katanya.