Peningkatan kasus Covid-19 kembali terjadi. Langkah antisipasi perlu dilakukan, termasuk dengan meningkatkan pemeriksaan dan pelacakan kasus di masyarakat. Ini perlu dilakukan di seluruh wilayah Indonesia.
Oleh
DEONISIA ARLINTA
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Puncak kasus penularan Covid-19 varian Omicron diprediksi akan terjadi pada Februari hingga Maret 2022. Antisipasi pun harus ditingkatkan yang disertai dengan upaya pencegahan untuk menekan potensi lonjakan kasus. Langkah ini diharapkan dilakukan di seluruh wilayah Indonesia.
Pengajar Departemen Biostatistik, Epidemiologi, dan Kesehatan Populasi Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan Universitas Gadjah Mada, Bayu Satria Wiratama, mengatakan, lonjakan kasus Covid-19 akibat varian Omicron tidak bisa dimungkiri jika melihat sifat varian virus tersebut yang dapat menular begitu cepat.
Selain itu, mobilitas masyarakat serta protokol kesehatan kini mengendur. ”Peningkatan kasus sudah terjadi di beberapa daerah, bahkan tidak hanya di DKI Jakarta. Perluasan penularan Covid-19, termasuk varian Omicron, tidak tertutup kemungkinan sudah terjadi di banyak daerah karena mobilitas masyarakat tinggi,” katanya dalam acara Covid Talk bertajuk ”Antisipasi Puncak Omicron dan Kebijakan Pembelajaran Tatap Muka” yang diikuti dari Jakarta, Rabu (19/1/2022).
Kementerian Kesehatan per 19 Januari 2022 mencatat, jumlah kasus Omicron yang dilaporkan di Indonesia mencapai 882 kasus yang meliputi 649 kasus dari pelaku perjalanan luar negeri dan 174 kasus merupakan transmisi lokal. Kasus dari pelaku perjalanan luar negeri paling banyak ditemukan pada pelaku perjalanan dari Arab Saudi (113 kasus), Turki (107 kasus), AS (72 kasus), Malaysia (57 kasus), dan Uni Emirat Arab (47 kasus). Sementara itu, penyebaran kasus varian Omicron diidentifikasi di DKI Jakarta (148 kasus), Banten (11 kasus), Jawa Timur (9 kasus), dan Jawa Barat (6 kasus).
Menurut Bayu, penularan varian Omicron bisa saja sudah terjadi di daerah lain, tetapi belum ditemukan karena minimnya pemeriksaan. Karena itu, upaya 3T, yakni tes, lacak, dan isolasi, harus lebih ditingkatkan di seluruh wilayah.
Peningkatan kasus sudah terjadi di beberapa daerah, bahkan tidak hanya di DKI Jakarta. Perluasan penularan Covid-19, termasuk varian Omicron, tidak tertutup kemungkinan sudah terjadi di banyak daerah karena mobilitas masyarakat yang tinggi.
Gejala dari penularan varian Omicron yang tidak spesifik juga perlu menjadi perhatian. Berbeda dengan gejala dari varian Delta, gejala anosmia atau penurunan kemampuan indera penciuman pada penularan varian Omicron tidak terlalu banyak terjadi.
Gejala yang umum ditemui seperti demam, batuk, pilek, dan diare. Masyarakat yang mengalami gejala tersebut, terutama yang baru bepergian dari wilayah dengan kasus penularan Covid-19 tinggi, diharapkan bisa segera menjalani pemeriksaan. Semakin cepat kasus Covid-19 teridentifikasi, rantai penularan pun bisa segera diputus.
Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung Kementerian Kesehatan Siti Nadia Tarmizi saat dihubungi secara terpisah mengatakan, kasus Covid-19 yang kembali meningkat menjadi peringatan bagi masyarakat dan pemerintah, termasuk pemerintah daerah. Peningkatan kasus paling banyak dilaporkan di wilayah Jawa dan Bali.
Pada 19 Januari 2022, Kementerian Kesehatan melaporkan ada 1.745 kasus baru Covid-19. Angka tersebut merupakan yang tertinggi setelah pertengahan Oktober 2021. Dari jumlah itu, 1.012 kasus dilaporkan di DKI Jakarta, 324 kasus di Jawa Barat, 208 kasus di Banten, 49 kasus di Jawa Timur, 29 kasus di Jawa Tengah, 21 kasus di Bali, dan 19 kasus di Kalimantan Timur.
Nadia mengatakan, kewaspadaan akan lonjakan kasus Covid-19 akan diperkuat di seluruh daerah. Upaya pemeriksaan pun akan ditingkatkan ke seluruh wilayah Indonesia. Pembatasan mobilitas akan kembali diperketat, termasuk membatasi jumlah pekerja yang bekerja di kantor.
”Kita akan menambah dan menyebarkan reagen PCR (reaksi berantai polimerase) yang bisa mendeteksi probable Omicron buatan Biofarma. Dengan begitu, kita bisa lebih mendeteksi dengan cepat kasus di masyarakat,” ucapnya.
Dokter sukarelawan di Kalimantan Timur yang juga anggota Muhammadiyah Covid-19 Command Center (MCCC) Paser, Corina Primanda Rahman, mengatakan, peningkatan kasus Covid-19 sudah terjadi di Kalimantan Timur. Meski begitu, dari kasus yang dilaporkan, belum ditemukan adanya penularan varian Omicron.
Ia berpendapat, belum ditemukannya varian Omicron di Kalimantan Timur bukan berarti tidak ada kasus dari varian tersebut. Pemeriksaan menyeluruh dengan sekuensing genom belum banyak dilakukan sehingga kasus tidak teridentifikasi dengan optimal.
Oleh karena itu, antisipasi mutlak dilakukan. Kesiapan fasilitas kesehatan serta sumber daya kesehatan lainnya perlu dipastikan. Selain itu, upaya pencegahan dengan protokol kesehatan harus kembali diperkuat. Itu disertai dengan perluasan cakupan vaksinasi Covid-19.
”Masih banyak warga enggan divaksin. Padahal, vaksinasi jadi salah satu kunci untuk mengendalikan pandemi. Kesadaran dan pemahaman masyarakat perlu ditingkatkan melalui informasi dan edukasi yang masif,” tutur Corina.