Wapres Ma’ruf Amin saat kunjungan ke Pondok Pesantren Salafiyah Syafi’iyah di Situbondo, Jawa Timur, menekankan, Indonesia Emas 2045 harus diupayakan. Salah satu yang penting, pengembangan sumber daya manusia.
Oleh
Mawar Kusuma Wulan
·3 menit baca
SITUBONDO, KOMPAS — Mengunjungi salah satu pesantren tertua di Tanah Air yang berlokasi di Situbondo, Jawa Timur, Wakil Presiden Ma’ruf Amin menekankan tentang pentingnya inovasi di pondok pesantren. Kunci kemajuan Indonesia terletak pada pembangunan sumber daya manusia atau SDM unggul yang terus menjadi agenda prioritas pemerintah.
”Pondok pesantren yang tertua di Tanah Air didirikan pada tahun 1904, lebih dari satu abad yang lalu, yang hingga saat ini alhamdulillah masih tetap istikamah, konsisten pada komitmennya untuk memajukan pendidikan,” ujar Wapres Amin dalam orasi ilmiah saat acara wisuda XXX sekaligus pencanangan pembangunan Kampus Universitas Ibrahimy di bawah asuhan Pondok Pesantren Salafiyah Syafi’iyah di Situbondo, Kamis (21/10/2021).
Wapres menjelaskan, komitmen pemerintah pun tak surut untuk perkembangan SDM. Itu, antara lain, terlihat dari alokasi anggaran pembangunan dengan porsi terbesar atau 20 persen dari APBN. Alokasi anggaran ini akan ditingkatkan hingga lebih dari Rp 500 triliun untuk mendukung penyediaan sarana dan prasarana, perekrutan dan pelatihan tenaga pendidik, bantuan operasional sekolah, beasiswa, dan hampir semua kebutuhan pendidikan lainnya.
”Namun, besarnya anggaran tidak akan memberikan dampak dan hasil yang optimal apabila kita tidak mampu membelanjakan dan memanfaatkannya secara tepat sasaran sesuai dengan peruntukan dan tujuannya,” ujar Wapres Amin.
Untuk membangun pendidikan yang berkualitas, pemerintah perlu dibantu dengan partisipasi dan dukungan dari masyarakat. Dukungan ini, antara lain, berupa peran serta kontribusi penting lembaga pendidikan non-pemerintah, seperti pesantren, madrasah, dan perguruan tinggi swasta, misalnya Universitas Ibrahimy.
”Indonesia Emas tahun 2045, yakni Indonesia yang maju, sejahtera, dan mandiri, bukanlah sesuatu yang given atau anugerah dari langit, tetapi harus kita upayakan dan persiapkan dengan sungguh-sungguh,” kata Wapres Amin.
Kunci kemajuan Indonesia terletak pada kehadiran SDM yang sehat, kreatif, inovatif, kompetitif, produktif, menguasai iptek, dan RIN, berjiwa entrepreneur, berakhlak mulia, dan berwawasan kebangsaan. Perguruan tinggi merupakan pemegang amanah yang sangat menentukan kualitas dari kunci SDM unggul.
Pengasuh Ponpes Salafiyah Syafi’iyah, KH Azaim Ibrahimy, mengatakan, Universitas Ibrahimy memiliki 25 program studi dan sedang menyelesaikan pembangunan pondok pesantren senilai Rp 90 miliar. Azaim juga menyatakan dukungan santri terhadap upaya pemerintah dalam mencetak generasi emas tahun 2045. Santri ditegaskan tidak hanya jadi cadangan pesantren, tetapi juga menjadi cadangan pemerintah dalam mewujudkan Indonesia yang lebih baik.
Eksistensi pesantren
Azaim menambahkan, fungsi pesantren tidak hanya pengaderan untuk tujuan dakwah. Sebagai sebuah institusi, pesantren juga berperan melakukan transformasi sosial bagi masyarakat di sekitarnya. Peran nyata dalm proses pembentukan bangsa ini telah dilakukan oleh Ponpes Salafiyah Syafi’iyah sejak masa perjuangan kemerdekaan.
Salah satu momentum bersejarah di Ponpes Salafiyah Syafi’iyah adalah penyelenggaraan Muhtamar Nahdatul Ulama ke-27 pada 1994. ”Eksistensi pesantren senantiasi bersikap kritis dalam merespons denyut perkembangan zaman, pemikiran sangat dinamis dan kontekstual. Dari pengajian menjadi perguruan tinggi,” ujar Azaim.
Inti dari semua proses pendidikan di Ponpes, menurut Azaim, terletak pada pendidikan moral atau pembentukan kepribadian yang baik. ”Kecerdasan intelektual harus didukung pendidikan moral. Kita lebih memadukan etika budi pekerti dibandingkan dengan ilmu banyak, tetapi tidak beradab. Pesantren telah akan selalu siap dengan kebudayaan mana pun. Selalu menjadi pintu masuk pemikiran,” ucapnya.
Sejalan perkembangan era digital atau era industri 4.0, perguruan tinggi harus memastikan bahwa SDM Indonesia menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek), riset dan inovasi (RIN) dan memiliki jiwa wirausaha. Menurut Wapres Amin, Al Quran memberikan perintah untuk memakmurkan bumi. Untuk memakmurkan bumi diperlukan berbagai kunci yang harus dikuasai oleh manusia, yakni penguasaan iptek, RIN, dan kewirausahaan.
Oleh karena itu, penguasaan iptek, RIN, dan kewirausahaan merupakan suatu keniscayaan. Untuk itu, diperlukan upaya-upaya oleh manusia melalui pendidikan dan pelatihan.
”Makna iqra juga tidak hanya membaca secara harafiah, tetapi juga melakukan penelitian dan riset (an nazhru wat tathallu’). Dengan demikian, iptek, RIN, dan kewirausahaan merupakan perintah agama (amrun diniyyun syar’iyyun ta’miriyyun lil ardhi),” ucapnya.