Perubahan pola kehidupan sosial masyarakat, adanya reformasi pendidikan, dan terjadinya era disrupsi menuntut pesantren untuk terus melakukan penyesuaian dan perubahan dengan tetap menjaga citra eksistensinya.
Oleh
Mawar Kusuma Wulan
·4 menit baca
JAKARTA,KOMPAS — Persepsi masyarakat terhadap pesantren telah berubah sehingga pesantren tak lagi dilihat sebatas pusat pendidikan keagamaan atau belajar kitab. Pesantren pun tidak hanya sekedar tempat untuk mendalami agama, tetapi telah bertransformasi menjadi agen pemberdayaan. Pesantren mampu menggerakkan perekonomian di lingkungan pesantren sendiri dan perekonomian masyarakat di sekitarnya.
Dalam webinar internasional secara virtual yang diselenggarakan Rabithah Ma’ahid Islamiyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (RMI-PBNU) dalam rangka peringatan Hari Santri 2021, Wakil Presiden Ma’ruf Amin menekankan tentang pentingnya transformasi peran pesantren.
”Kebangkitan perekonomian pesantren harus dimulai dari para santri,” ujar Wapres Amin pada Rabu (20/10/2021). Hari Santri diperingati setiap 22 Oktober.
Transformasi peran pesantren tersebut telah dikukuhkan dalam Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2019 tentang Pesantren. Undang-undang tersebut menyebut tiga fungsi utama pesantren, yaitu sebagai pusat pengaderan pemikir-pemikir agama (center of excellence) atau sebagai pusat penyiapan ahli agama (i’dadul mutafaqqihina fid-din), sebagai lembaga yang mencetak sumber daya manusia (human resources), dan sebagai lembaga yang melakukan pemberdayaan masyarakat (agent of development).
Pesantren di Indonesia terus tumbuh dan berkembang dengan pesat sehingga kini berjumlah lebih dari 34.000 pesantren. ’Perubahan pola kehidupan sosial masyarakat, adanya reformasi pendidikan, dan terjadinya era disrupsi telah menuntut pesantren untuk terus melakukan penyesuaian dan perubahan dengan tetap menjaga citra eksistensinya,” ucap Wapres Amin.
Menurut Wapres Amin, pemerintah telah membuat beberapa program untuk mendorong perkembangan perekonomian pesantren, antara lain adalah program Santripreneur dan Petani Muda yang diluncurkan pada 2018. ”Program ini membentuk wirausaha-wirausaha baru di pondok pesantren, termasuk regenerasi petani, dan mengembangkan potensi lahan nonproduktif di pesantren,” kata Wapres.
Untuk mendukung program santripreneur dan menggerakan perekonomian pesantren, pemerintah juga memberikan dukungan berupa kredit usaha rakyat syariah (KUR syariah) dan membentuk Bank Wakaf Mikro (BWM) untuk meningkatkan akses permodalan usaha di lingkungan pesantren.
”Untuk itu, pesantren harus mampu memastikan kualitas produknya sesuai dengan selera pasar sehingga memiliki nilai jual yang kompetitif,” ujarnya.
Selain meningkatkan pemberdayaan ekonomi, Wapres juga berpesan kepada para santri agar dapat beradaptasi dengan perkembangan zaman yang serba digital. ”Jika pesantren tidak dapat beradaptasi dan bertransformasi sejalan dengan perubahan zaman, eksistensi pesantren dapat terancam dan lulusannya pun akan menjadi orang asing di zamannya,” ujar Wapres.
Masa depan santri
Wapres Amin menilai, webinar dengan tema ”Santri Membangun Negeri: dari Sudut Pandang Politik, Ekonomi, Budaya dan Revolusi Teknologi” sangat relevan dengan kondisi Indonesia saat ini yang sedang berupaya memulihkan kembali perekonomian nasional. Pemerintah juga terus melakukan transformasi ekonomi untuk menggerakkan semua sektor perekonomian dengan melibatkan partisipasi masyarakat.
Dalam kesempatan tersebut, Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas mengajak para santri serta semua bagian dari pesantren untuk merayakan peringatan Hari Santri Nasional tahun ini dengan mempersiapkan diri menghadapi tantangan dan juga menyambut peluang di depan. ”Saya membayangkan bagaimana masa depan santri ini akan gilang gemilang, yang penting adalah bagaimana kita bisa melakukan komunikasi dan koordinasi serta mempersiapkan diri,” ujar Yaqut.
Yaqut meyakini, pesantren sebagai lembaga yang identik dengan nilai keislaman serta nilai keindonesiaan memiliki potensi besar untuk melahirkan generasi beradab dan mampu berkompetisi di tengah perkembangan zaman. ”Jadi, tidak hanya imajinasi saja karena kita sudah punya contoh. Jika suatu saat nanti santri-santri akan menjadi presiden atau wakil presiden, itu mungkin. Santri mampu jadi pemenang kalau kita mampu mempersiapkan diri,” ujar Yaqut.
Ketua Penyelenggara Kegiatan Hari Santri 2021 Abdul Ghofar Rozin mengungkapkan, penetapan Hari Santri Nasional oleh pemerintah merupakan pengakuan pemerintah atas peran dan kontribusi santri serta ulama dalam sejarah perjuangan kemerdekaan Indonesia. Para santri diminta dapat mempertahankan, bahkan meningkatkan eksistensi dan kontribusinya dalam pembangunan.
”Setiap tahun harus ada capaian yang didapatkan, baik di level daerah maupun di level nasional,” ujarnya.
Abdul mengatakan, tahun ini ada serangkaian kegiatan yang diselenggarakan oleh RMI-PBNU dalam rangka memperingati Hari Santri Nasional. Selain webinar internasional yang mengumpulkan diaspora santri di beberapa negara untuk memotivasi para santri yang sedang menuntut ilmu di Indonesia, RMI-PBNU juga menyelenggarakan Malam 1.000 Khotmil Quran dan berencana meluncurkan program Pesantren Asuh.
Wapres Amin menambahkan, kemerdekaan yang diraih Indonesia sejak 76 tahun yang lalu tidak terlepas dari peran pesantren. Para ulama dan santri pada masa perjuangan telah membangun jaringan di tingkat lokal maupun internasional. ”Semoga acara ini dapat menjadi motivasi dan penyemangat bagi para santri untuk berlomba-lomba berkreasi dan berinovasi untuk masa depan yang lebih baik,” kata Wapres Amin.
Hari Santri Nasional yang ditetapkan oleh Pemerintah Indonesia merupakan momentum bagi para santri, ulama, dan juga pemimpin bangsa Indonesia untuk kembali memupuk semangat nasionalisme.
”Dengan memupuk semangat kebangsaan dan cinta Tanah Air (Hubbul Wathan), berarti akan menumbuhkan semangat persatuan dan memikannimal tumbuhnya eksklusivisme, intoleransi, dan radikalisme di Indonesia,” ucap Wapres.