Liburan Akhir Tahun di Padang, Lidah Wajib ”Digoyang” Ragam Gulai
Lontong gulai dan gulai kepala ikan bisa jadi pilihan saat berwisata kuliner di Kota Padang saat libur Natal dan Tahun Baru.
Kota Padang, Sumatera Barat, bisa jadi pilihan menarik untuk dikunjungi saat libur Natal dan Tahun Baru. Jangan lupa memasukkan lontong gulai dan gulai kepala ikan dalam daftar menu yang wajib dicoba.
Lontong gulai cocok menjadi menu sarapan untuk memulai hari mengeksplorasi Padang. Selain nikmat dan harganya terjangkau, seporsi lontong gulai saat sarapan cukup menambah energi dengan tetap memberi ruang untuk menikmati menu makan siang.
Sesuai namanya, lontong gulai, berarti lontong atau ketupat yang disajikan bersama gulai sayur. Umumnya ada tiga gulai yang bisa dipilih, yaitu gulai paku (pakis), gulai cubadak (nangka), dan gulai taoco (buncis dengan taoco).
Salah satu tempat yang pas untuk menikmati menu tersebut adalah di warung Lontong Gulai Ajo Ponggo. Lokasinya di Jalan Purus III, Padang Barat, sekitar 300 meter dari obyek wisata Pantai Padang. Ketiga varian lontong gulai tersedia di warung ini.
Lontong yang digunakan di tempat ini berupa ketupat. Teksturnya relatif pas, tidak terlalu padat dan tidak pula terlalu lunak. Potongan lontong disiram dengan gulai sayur paku, cubadak, atau taoco. Di atasnya ditaburi bawang goreng dan kerupuk merah.
Selain porsi standar, pengunjung bisa meminta tambahan telur dan mi kuning goreng di atas lontong gulai. Di pertengahan makan, tambahan bakwan atau keripik singkong semakin menambah kenikmatan.
”Bumbu gulainya dari giling tangan, tidak pakai blender. Dengan giling tangan, aromanya lebih harum,” kata Ariyani, salah satu dari tiga pemilik Lontong Gulai Ajo Ponggo, Minggu (11/12/2023).
Perempuan yang karib disapa Rani ini bercerita, usaha Lontong Gulai Ajo Ponggo dirintis sejak 1995. Ia bersama kakak dan kakak iparnya, Nana dan Armidin Ponggo, mulai menjual lontong dengan gerobak kaki lima.
Dagangan kian laris, pelanggan pun bertambah. Mereka kemudian mendirikan warung permanen di tempat sekarang sejak 2018. Kapasitas warung mencapai 100 orang.
Warung Lontong Gulai Ajo Ponggo buka setiap hari pukul 06.00-12.00. Jam ramai warung pukul 07.30-10.00. Minggu kemarin pukul 09.00-10.00, misalnya, pengunjung datang silih berganti, tempat pun penuh, pada pukul 11.00 semua menu ludes terjual.
”Lumayan sering saya ke sini, dalam seminggu empat kali. Lontongnya enak, banyak, dan murah,” kata Agung (38), yang berlangganan lontong ini sejak 2009. Biasanya ia sarapan pagi di sini menjelang berangkat kerja atau setelah olahraga pagi saat libur.
Sepiring lontong gulai di warung tersebut Rp 8.000. Jika ditambah mi atau telur, Rp 11.000 seporsi. Kalau ditambah mi dan telur, harganya Rp 13.000. Tambahan lainnya, seperti bakwan dan keripik singkong, masing-masing Rp 2.000 dan Rp 1.000.
Selain lontong gulai, warung Lontong Gulai Ajo Ponggo juga menyediakan menu lain, mulai dari lontong pical, nasi sup, mi kuning goreng, bubur kampiun, bubur kacang padi/hijau plus ketan, hingga Indomie goreng/rebus.
Menurut Rani, harga terjangkau memang jadi kunci untuk menggaet pelanggan setia. Meskipun usahanya semakin besar dan tempatnya semakin bagus, ia dan pemilik lainnya tak mau menaikkan harga, kecuali ada kenaikan harga bahan baku.
Baca juga: Padang dan Minang Luluh dalam Rasa
Setiap hari kerja, Senin-Jumat, warung Lontong Gulai Ajo Ponggo bisa menjual 500 porsi lontong gulai—belum termasuk menu lainnya. Sementara itu, saat akhir pekan atau libur, penjualan lontongnya meningkat 50 persen.
Selain faktor harga, kata Rani, hal lain yang membuat pelanggan tetap setia adalah rasa dan kualitas masakan yang terjaga. Selain bumbu giling tangan, santan yang digunakan adalah santan murni.
Untuk gulai cubadak dan taoco, ia masing-masing menggunakan stengkel dan ikan laut agar gulai terasa nikmat. Untuk gulai paku, ia menggunakan irisan pala muda. ”Pala muda membuat gulai wangi dan segar,” kata perempuan asal X Koto Singkarak, Kabupaten Solok, itu.
Gulai kepala ikan
Untuk makan siang, jika bosan makan rendang dan ayam pop, gulai kepala ikan adalah menu yang patut dicoba. Olahan hasil laut ini mudah dijumpai di warung-warung kawasan pesisir Kota Padang.
Salah satu tempat yang nyaman untuk menikmati gulai kepala ikan adalah di Lapau Nasi Mak Apuak. Lokasinya di kawasan obyek wisata Pantai Pasir Jambak, Kelurahan Pasie Nan Tigo, Koto Tangah. Jaraknya sekitar 4 kilometer dari obyek wisata Pantai Padang.
Lapau Nasi Mak Apuak menyediakan beraneka olahan makanan laut (seafood), dari ikan, cumi, hingga udang. Walakin, menu spesifiknya adalah ikan pukek (pukat) dan ikan karang (kerapu, kakap, gabua/kuwe), termasuk gulai kepala ikan.
Jenis gulai di Lapau Nasi Mak Apuak adalah gulai kuning atau pangek masin. Gulai kuning ini cenderung ditemukan di lapau-lapau nasi di sekitar Pantai Pasir Jambak.
Menu gulai kepala ikan dimakan dengan nasi hangat, cabai hijau, dan sayur anyang (urap). Ada pula terung goreng, gulai jengkol, kerupuk jengkol, dan perkedel kentang.
Gulai kepala kakap yang dihidangkan Lapau Nasi Mak Apuak, Minggu siang, terasa nikmat. Daging ikannya terasa lembut dan tidak amis. Penggunaan asam membuat gulai terasa segar. Daun ruku-ruku menambah aroma wangi. Perlu diingat bahwa selalu ada sedikit rasa pedas di gulainya.
”Kami tidak pakai vetsin. Bumbunya alami dan giling tangan. Santan kelapanya juga kami parut dan remas sendiri,” kata Wetri Maini (40), pemilik Lapau Nasi Mak Apuak generasi ketiga.
Menurut Wetri, lapau (warung) nasi ini dirintis nenek-kakeknya sejak 1980-an, kemudian diteruskan ke anak-cucunya. Usaha ini naik daun sejak dikelola generasi kedua, Mak Apuak, ayah Wetri, tahun 2000-an.
Lapau Nasi Mak Apuak buka pukul 07.00-17.00. Semua menu mulai terhidang semua pukul 09.00 dengan waktu ramai pukul 11.00-15.00. Kapasitas warung mencapai 300 orang, baik di kursi maupun lesehan.
Harga seporsi gulai kepala ikan beragam dari Rp 30.000 hingga Rp 85.000 tergantung ukuran ditambah nasi Rp 10.000. Selain dihidang, pengunjung juga bisa memesan nasi yang di ramas. Satu porsi nasi dengan sepotong lauk harganya Rp 25.000.
Setiap hari rata-rata gulai kepala ikan yang tersedia sekitar 50 porsi saja. ”Kadang orang hendak kembali ke Jakarta, sebelum ke bandara, sengaja singgah di sini untuk membawa pulang gulai kepala ikan,” kata Wetri.
Selain rasanya yang nikmat, suasana lingkungan Lapau Nasi Mak Apuak juga menambah nafsu makan. Tempatnya tak jauh dari pantai.
Sembari makan, angin laut berembus membuat nyiur melambai dengan suara ombak yang mengempas di tepi pantai. Dari kejauhan, terlihat kapal-kapal bagan penangkap ikan. Ditambah kelapa muda, sempurna sudah santap siang itu.
Nurlaini (65), pelanggan, sengaja datang dari daerah Siteba, sekitar 11 kilometer, bersama suaminya, Zamzami (67), untuk makan siang di Lapau Nasi Mak Apuak, Minggu siang. Ia mengaku datang ke sini untuk membangkitkan kembali selera makan karena sedang tidak enak badan.
”Dalam seminggu ini, sudah dua kali ke sini. Kadang makan di tepi laut berangin-angin begini, bisa terbuka selera,” kata Nurlaini yang sudah berlangganan di Lapau Nasi Mak Apuak sejak tahun 2000-an.
Baca juga: Aneka Masakan Padang