Walau pendapatan masyarakat turun saat pandemi Covid-19, penjualan ponsel dengan harga terjangkau tetap menarik minat konsumen demi menunjang aktivitas harian. Ponsel kelas pemula pun berlomba dalam performa.
Oleh
SEKAR GANDHAWANGI
·4 menit baca
Meski daya beli masyarakat menurun karena pandemi Covid-19, penjualan ponsel segmen low-end diperkirakan masih akan menarik minat konsumen tahun ini. Produsen tidak sekadar menawarkan harga murah, tetapi juga melengkapi ponsel dengan inovasi dan performa yang mumpuni.
Potensi pasar ponsel low-end atau entry-level dengan harga di bawah Rp 3 juta layak dikulik. Di Indonesia, kebijakan pembelajaran jarak jauh dan bekerja dari rumah membuat ponsel pintar jadi kebutuhan. Walau pendapatan masyarakat turun saat pandemi, ponsel dengan harga terjangkau tetap menarik minat konsumen demi menunjang aktivitas harian.
Strategi pemasaran ponsel pintar tidak hanya mengandalkan harga terjangkau. Produsen juga menyiapkan ponsel dengan inovasi dan fitur baru. Strategi pemasaran ini diperkirakan berlanjut hingga 2021 (Kompas, 12/1/2021).
Salah satu ponsel low-end yang baru diluncurkan adalah Redmi 9T produksi Xiaomi. Country Director Xiaomi Indonesia Alvin Tse mengatakan, dibandingkan seri sebelumnya (yakni Redmi 9), fitur-fitur Redmi 9T telah ditingkatkan. Contohnya, jika Redmi 9 dibekali kamera utama 13 megapiksel, maka Redmi 9T punya kamera 48 megapiksel dengan fitur time-lapse dan color focus.
”Beberapa bulan lalu kami meluncurkan Redmi 9. Kami telah melakukan upgrade dalam hal performa dan gaya untuk ponsel Redmi 9T,” kata Alvin pada peluncuran Redmi 9T secara daring, Senin (22/2/2021).
Ada dua tipe Redmi 9T yang dijual. Tipe pertama dengan RAM 4 gigabita dan memori 64 gigabita dijual seharga Rp 1,899 juta. Tipe lainnya dengan RAM 6 gigabita dan memori 128 gigabita dijual Rp 2,299 juta. Memori eksternal bisa ditingkatkan hingga 512 gigabita.
Walau pendapatan masyarakat turun saat pandemi, ponsel dengan harga terjangkau tetap menarik minat konsumen demi menunjang aktivitas harian.
Ponsel ini dilengkapi quad camera atau empat kamera di bagian belakang. Selain kamera utama 48 megapiksel, ada pula lensa ultra-wide, sensor depth, dan lensa makro. Bagian depan ponsel terdapat kamera 8 megapiksel.
Bagian dalam ponsel disisipkan cipset Qualcom Snapdragon 662. Cipset keluaran awal tahun 2020 ini menjanjikan performa yang bertenaga, tetapi hemat dalam hal konsumsi daya baterai. Hal ini didukung dengan kapasitas baterai Redmi 9T sebesar 6.000 mAh, lebih besar dibandingkan rata-rata ponsel lain.
Dengan baterai 6.000 mAh, ini, ponsel bisa berada di mode stand-by selama 28 hari. Pengguna pun dapat memainkan musik selama 195 jam, menelepon 56 jam, dan memutar video 17 jam.
Besarnya kapasitas baterai disertai dengan alat pengisi daya sebesar 22,5 watt. Dengan ini, pengguna bisa mengisi daya ponsel dengan cepat. Xiaomi juga menjanjikan performa baterai tidak turun setidaknya hingga empat tahun pertama pemakaian. ”Kapasitas baterai itu jadi semakin penting di segmen ponsel entry-level. Selain menggunakan high cycle battery, bobot ponsel perlu diperhatikan. Ponsel dengan kapasitas baterai besar biasanya berat, rata-rata 210 gram. Ponsel kami lebih ringan, yakni 198 gram,” ujar Alvin.
Performa
Selain Redmi 9T, ada Realme C3 yang meluncur ke pasar Indonesia pada awal 2020. Ponsel tersebut juga menjanjikan performa baik untuk segmen ponsel entry-level. Realme C3 dibekali cipset MediaTek Helio G70 yang disebut memberi performa setara Qualcomm Snapdragon 665. Kapasitas baterai juga besar, yaitu 5.000 mAh.
Produsen smartphone lainnya, Vivo, tak ingin ketinggalan dalam memasarkan ponsel di segmen ini melalui seri Y51 yang rilis akhir 2020. Ponsel ini juga menekankan kapasitas baterai sebesar 5.000 mAh dan pengisian daya yang cepat. Bagian dalamnya menggunakan tenaga dari Snapdragon Qualcomm 665 dengan RAM 8 gigabita dan memori 128 gigabita.
Dengan harga Rp 3,5 juta saat dirilis, Vivo meyakini ponselnya sesuai dengan kebutuhan pasar saat pandemi. ”Hampir semua kegiatan lebih baik dilakukan secara virtual saat ini. Maka itu, kita butuh perangkat yang menunjang produktivitas. Ponsel ini bisa mendukung berbagai kegiatan daring dari sisi memori, baterai, layar, dan prosesor,” kata Senior Brand Director Vivo Indonesia Edy Kusuma secara tertulis, Januari 2021.
Penjualan ponsel sempat terpuruk akibat pandemi dengan penurunan global 10,5 persen. Namun, penjualan ponsel diperkirakan bangkit kembali. Menurut riset Gartner, penjualan ponsel pintar global akan tumbuh 11 persen tahun ini.
Menurut direktur peneliti senior di Gartner, Anshul Grupta, peningkatan itu dipengaruhi rencana publik mengganti ponsel yang tertunda. Selain itu, peningkatan penjualan ponsel terjadi karena ketersediaan ponsel 5G kelas bawah di pasar.
”Pada 2020, konsumen mengurangi pengeluaran untuk ponsel pintar. Namun, ketersediaan produk baru akan mendorong peningkatan permintaan yang signifikan pada 2021,” kata Grupta.