Gawai Berkualitas Diprioritaskan Milenial agar Tak Ketinggalan Zaman
Perkembangan teknologi digital makin cepat diadaptasi masyarakat Indonesia untuk mendukung berbagai keperluan gaya hidup. Hal ini mendorong kebutuhan akan gawai berkualitas terbaik, sering kali tanpa memedulikan harga.
Oleh
ERIKA KURNIA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Teknologi digital semakin cepat diadaptasi masyarakat Indonesia untuk mendukung berbagai keperluan gaya hidup. Hal ini mendorong kebutuhan akan gawai berkualitas terbaik, sering kali tanpa memedulikan harga.
Hal ini menjadi temuan survei terbaru perusahaan analisis pasar global YouGov di Indonesia. Survei yang diadakan pada 10 Januari 2021 itu menemukan bahwa 31 persen responden Indonesia yang intensif mengadaptasi teknologi ialah anak muda, utamanya kalangan milenial yang kini berusia antara 26-40 tahun. Ini lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata global, yang hanya 18 persen.
Dikutip Minggu (21/2/2021), survei mencatat generasi milenial di Indonesia paling aktif mencari tahu layanan dan alat teknologi terbaru, dengan jumlah 39 persen. Sementara keaktifan generasi baby boomers, yang tahun ini berusia berkisar 57 sampai 75 tahun, hanya 2 persen.
Milenial di Jakarta seperti Yunia Setia (25) mengakui perkembangan teknologi tidak pernah membuatnya bosan untuk mengeksplorasi produk dan layanan teknologi terbaru. Apalagi, saat ini milenial seusianya cenderung sudah produktif dan mampu membeli teknologi yang dibutuhkan ataupun diinginkan.
Dirinya kini memiliki lebih dari dua ponsel pintar. Selain untuk bekerja, ia juga menggunakan satu ponsel untuk keperluan pribadi, seperti mengakses media sosial dan bermain gim. Belakangan ini ia bahkan membeli ponsel pintar bekas iPhone keluaran Apple hanya untuk dapat mengakses aplikasi Clubhouse.
Aplikasi media sosial percakapan berbasis audio itu memang sedang tren belakangan ini, terlebih sejak tokoh teknologi seperti Elon Musk merekomendasikannya. Yunia rela membeli ponsel merek iPhone karena aplikasi itu baru bisa diakses sistem operasi iOS.
”Saya bela-belain beli gawai baru bukan hanya demi kelihatan gaul. Tapi, memang aplikasi itu membantu menambah pengetahuan tentang topik terkini dengan cara yang saya suka dan memperluas pergaulan juga. Jadi, HP baru ini dihitung-hitung jadi investasi,” ucapnya.
Milenial seperti Devi Lestari (31), yang sudah memiliki anak, juga mengakui pentingnya menyesuaikan perkembangan teknologi agar tidak ketinggalan zaman dan memudahkan berbagai urusan. Hal itu bahkan ia sesuaikan pada anak semata wayangnya yang masih berusia lima tahun.
Melalui pengasuh anaknya, Devi membekali anaknya sebuah tablet yang bisa digunakan untuk mengakses hiburan dan berkomunikasi. Sebagai orangtua bekerja, Devi dan suaminya menyadari produk teknologi tersebut juga menjadi bagian dari media pengasuhan.
Tablet itu diisi dengan aplikasi permainan dan video berlangganan yang telah dipilih sesuai kebutuhan anak. Penggunaannya pun dibatasi maksimal satu sampai dua jam sehari. Devi dan suami dapat ikut mengontrol dari jauh.
”Pada akhirnya, menurut kami, teknologi harus bisa diadaptasi dengan baik oleh generasi yang lebih muda, termasuk anak-anak kami nantinya. Jadi, tidak masalah jika kami memanfaatkan teknologi selama mendatangkan kemudahan dan kenaikan,” ujarnya.
Dalam perkembangannya, milenial yang mengadaptasi perkembangan teknologi pun semakin mementingkan kualitas. Survei YouGov mencatat, kualitas yang biasanya dicari milenial dari produk gawai ialah kekuatan prosesor (76 persen), merek (52 persen), kamera (50 persen), dan ukuran layar (34 persen).
Sementara itu, harga tidak menjadi faktor yang memengaruhi ketertarikan milenial membeli produk dan layanan teknologi. Survei menunjukkan, sebanyak 68 persen responden Indonesia tidak berkeberatan untuk membayar mahal, dan 45 persen responden rela memilih produk dan layanan premium.