Penurunan NTP Tidak Hanya karena Turunnya Harga Gabah
Pengeluaran petani untuk membeli beras serta daging dan telur ayam ras meningkat. NTP Maret 2024 turun 1,31 persen.
Oleh
AGUSTINUS YOGA PRIMANTORO, HENDRIYO WIDI
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Nilai tukar petani tanaman pangan atau NTP TP pada Maret 2024 turun. Hal itu disebabkan penurunan harga gabah seiring panen raya padi dan peningkatan pengeluaran petani untuk membeli beras serta daging dan telur ayam ras.
Badan Pusat Statistik (BPS), Senin (1/4/2024), merilis NTP secara nasional turun 1,31 persen dari 120,97 pada Februari 2024 menjadi 119,39 pada Maret 2024. Penurunan itu terjadi setelah NTP naik secara beruntun sejak April 2023. Kendati turun, NTP tersebut masih berada di atas ambang batas sebesar 100.
Hal ini terjadi lantaran indeks harga yang diterima petani (pendapatan) secara bulanan turun 0,46 persen. Penurunan pendapatan petani disebabkan oleh penurunan harga gabah, jagung, dan cabai merah.
Sebaliknya, indeks harga yang dibayar petani (pengeluaran) naik 0,86 persen dibandingkan bulan sebelumnya. Faktor utama penyebabnya adalah meningkatnya pengeluaran petani untuk membeli beras, cabai rawit, serta telur dan daging ayam ras.
Pelaksana Tugas Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti mengatakan, penurunan NTP terdalam terjadi pada subsektor tanaman pangan yang turun sebesar 5,01 persen. Sementara itu, NTP di empat subsektor lain, yakni subsektor tanaman hortikultura, subsektor tanaman perkebunan rakyat, subsektor peternakan, dan subsektor perikanan, naik.
”Penurunan ini terjadi karena indeks harga yang diterima petani turun 4,15 persen, sedangkan indeks yang dibayar petani naik 0,9 persen,” katanya dalam konferensi pers yang digelar secara hibrida di Jakarta.
BPS juga menyebutkan, peningkatan pengeluaran petani subsektor tanaman pangan utamanya disebabkan kenaikan indeks kelompok konsumsi rumah tangga sebesar 1,16 persen. Selain itu, disebabkan pula meningkatnya indeks kelompok biaya produksi dan penambahan barang modal sebesar 0,19 persen.
”Komoditas yang dominan memengaruhi penurunan pendapatan petani ialah gabah, jagung, dan kacang tanah,” imbuh Amalia
Kalau bisa menguasai sekitar 25-30 persen (dari perkiraan surplus beras) saja, saya kira kita akan punya cadangan pangan yang cukup baik. Jadi tidak melulu dari impor.
Untuk harga rerata nasional gabah kering panen (GKP) di tingkat petani, misalnya, per Maret 2024 mencapai Rp 6.736 per kilogram (kg). Harga rerata tersebut turun 7,24 persen dari Februari 2024 yang sebesar Rp 7.261 per kg. Namun, secara tahunan, harga GKP itu naik 27,71 persen.
Di sisi lain, harga rata-rata nasional beras di tingkat eceran pada Maret 2024 sebesar Rp 15.517 per kg atau naik 2,06 persen secara bulanan. Adapun secara tahunan, harga rerata tersebut juga naik 20,07 persen.
Untuk menjaga harga gabah petani dan menambah cadangan beras pemerintah (CBP), Persatuan Pengusaha Penggilingan Padi dan Beras (Perpadi) dan Kementerian Pertanian meminta Perum Bulog menyerap gabah petani. Hal itu disampaikan dalam Apel Siaga Pengamanan Pasokan dan Harga Pangan Jelang Lebaran yang digelar secara hibrida di Jakarta, Senin.
Ketua Umum Perpadi Sutarto Alimoeso mengatakan, pada Maret-Mei 2024, panen padi akan berlangsung di sejumlah daerah di Indonesia. Dalam tiga bulan itu, diperkirakan bakal ada surplus beras sebanyak 3 juta ton.
Supaya harga gabah tidak jatuh dan supaya petani tetap bergairah menanam padi, harus ada jaminan harga gabah yang betul-betul menarik. Selain itu, pemerintah juga harus segera menyerap gabah di dalam negeri untuk memperkuat CBP.
”Tidak usah diumumkan terlalu mencolok, tapi langsung saja dilakukan secara terukur. Kalau bisa menguasai sekitar 25-30 persen (dari perkiraan surplus beras) saja, saya kira kita akan punya cadangan pangan yang cukup baik. Jadi tidak melulu dari impor,” ujarnya.
Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman juga menyampaikan hal senada. Menurut dia, panen padi mulai masif di sejumlah daerah di Indonesia. Hal itu membuat harga gabah petani turun cukup signifikan.
Untuk itu, Bulog perlu segera menyerap gabah petani agar harganya tidak semakin jatuh. Kalau perlu, Bulog lebih mengedepankan menyerap gabah ketimbang beras.
Selain kedua langkah itu, Badan Pangan Nasional (Bapanas) juga akan menaikkan harga pembelian pemerintah (HPP) GKP di tingkat petani. Kepala Bapanas Arief Prasetyo Adi menyatakan, dalam sepekan ini, penyesuaian HPP tersebut akan dibahas bersama asosiasi atau serikat petani, Perpadi, Kementerian Pertanian, dan Kementerian Perdagangan (Kompas, 1/4/2024).