Agar Silaturahmi Tak Terputus, Siapkan Mudik dengan Serius
Silaturahmi saat Lebaran akan berjalan lancar dan tanpa beban jika pengeluaran sudah direncanakan jauh-jauh hari.
Bulan puasa baru memasuki pekan pertama. Namun, sebagian masyarakat sudah mulai merancang agenda untuk mudik saat musim libur Lebaran. Sebab, Idul Fitri yang jatuh pada pekan kedua April 2024 rasanya kurang lengkap apabila tak menjalin tali silaturahmi dengan orangtua, sanak saudara, beserta handai taulan di kampung halaman.
Pemerintah memperkirakan ada potensi pergerakan masyarakat mencapai 71,7 persen dari total penduduk Indonesia atau sebanyak 193,6 juta orang selama Lebaran 2024. Jumlah ini meningkat dibandingkan pergerakan masyarakat saat Lebaran tahun lalu yang sebanyak 187 juta orang.
Sebagian besar mereka yang hendak mudik berasal dari wilayah Jawa Timur, Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek), serta Jawa Tengah. Mayoritas dari mereka lebih memilih menggunakan transportasi umum berupa kereta api, bus, serta menggunakan kendaraan pribadi untuk menuju kampung halaman.
Baca juga: Agar Mudik Tidak Tekor
Tia (26), karyawati swasta, misalnya, sudah mereka-reka rencana kepulangan ke kampung halamannya di Medan, Sumatera Utara. Sejak awal Maret 2024, ia mulai berburu tiket pesawat di berbagai laman jasa penyedia tiket.
”Keuangan memang jadi seret saat menjelang mudik. Harga tiket pesawat saja sudah Rp 2 jutaan. Padahal, pesannya dari bulan Maret, apalagi kalau pas dekat hari-H Lebaran, bisa naik lagi mungkin. Itu (tiket) kelas ekonomi, ya,” ujarnya saat dihubungi dari Jakarta, Kamis (14/3/2024).
Di waktu normal atau di luar hari raya keagamaan, harga tiket pesawat kelas ekonomi Jakarta-Medan biasanya dibanderol seharga Rp 1 jutaan. Dengan demikian, kenaikan tarif tiket pesawat di momen hari raya bisa mencapai 2-3 kali lipat.
Oleh sebab itu, Tia telah mempersiapkan ongkos transportasi mudik jauh-jauh hari dengan menabung dan mengandalkan uang tunjangan hari raya (THR). Sebab, untuk tarif pulang pergi Jakarta-Medan dengan pesawat saja ia harus merogoh kocek hingga Rp 5 juta atau hampir setara upah minimum regional (UMR) DKI Jakarta.
”Kita juga harus mikirin balik ke Jakarta, kan. Bisa, sih, naik bus atau kapal laut yang katanya lebih murah ongkosnya, cuma lama di perjalanan, buang waktu dan bikin pegal-pegal,” tuturnya.
Tahun ini pastinya rindu suasana Lebaran kumpul keluarga. Sama keluarga pasti nyuruh pulang kalau memungkinkan.
Di luar ongkos tiket kepulangan itu, lanjut Tia, masih ada pengeluaran lain untuk membeli oleh-oleh, bekal perjalanan, serta memberikan THR di kampung. Secara keseluruhan, minimal ia harus menyiapkan uang Rp 7 juta-Rp 8 juta untuk kepulangannya sekali setahun.
Baca juga: Liburan Menyenangkan Tanpa Menguras Tabungan
Besaran uang yang harus dikeluarkan untuk kepulangannya itu tak menjadi soal bagi Tia. Sebab, ia telah menunda kepulangannya sejak setahun silam lantaran belum memiliki cukup uang. Menurut dia, yang baru merantau dua tahun di Jakarta, tahun pertama menjadi momen untuk berjuang (survive) terlebih dahulu untuk menabung.
”Jadi, tahun ini pastinya rindu suasana Lebaran kumpul keluarga. Sama keluarga pasti nyuruh pulang kalau memungkinkan. Alasan mudik itu, ya, karena cuma setahun sekali, masa tidak bisa diusahakan mudik, apalagi buat yang masih punya orangtua dan masih single,” ujarnya.
Senada, Bayu (24), pegawai kantor pemerintahan, juga memutuskan untuk mudik pada Lebaran kali ini. Meski harus merogoh kocek lebih mahal lantaran terlambat memesan tiket, ia tetap pulang kampung demi berjumpa dengan orangtua dan menjalin silaturahmi dengan sanak saudaranya.
”Mumpung tahun ini bisa mudik, jadi keluar duit agak banyak tidak masalah. Tahun kemarin tidak pulang, dan kemungkinan tahun depan juga tidak, makanya tahun ini mudik,” katanya.
Pada mudik kali ini, Bayu harus mengeluarkan ongkos transportasi Rp 1,4 juta atau dua kali lipat dari harga tiket di hari normal. Ia baru memesan tiket pada awal Maret 2024 lalu dan hanya tersisa tiket kereta api (KA) Jakarta-Surabaya kelas eksekutif seharga Rp 710.000.
Baca juga: Bijak Mengelola Tunjangan Hari Raya
Pengeluaran Bayu tidak berhenti hanya pada ongkos transportasi. Saat mudik nanti, ia akan memberikan uang kepada orangtuanya, THR kepada sanak saudara, serta oleh-oleh untuk kantornya yang semuanya mencapai Rp 1,8 juta. Secara keseluruhan, pengeluaran Bayu selama mudik mencapai Rp 3,2 juta atau lebih dari separuh penghasilannya.
”Semua itu sudah direncanakan jauh-jauh hari, terutama pengeluaran saat memberikan THR ke saudara dan jajanan lainnya. Meski budget utama dari gaji bulanan dan THR, biasanya saat mudik terpaksa ambil uang tabungan untuk berjaga-jaga jika ada pengeluaran tambahan,” ucapnya.
Rencanakan sejak awal
Kedua pengalaman di atas kiranya dapat sedikit mencerminkan bagaimana perencanaan keuangan mudik oleh sejumlah masyarakat. Namun, persiapan jauh-jauh hari belumlah cukup. Ada beberapa hal lain yang perlu diperhitungkan dalam merencanakan mudik lebaran.
Penasihat keuangan sekaligus pendiri Oneshildt Financial Planning, Risza Bambang, menyarankan kepada para pemudik untuk menyiapkan diri sejak awal. Salah satunya dengan menghitung biaya yang akan dikeluarkan saat mudik nanti.
Biaya-biaya tersebut, antara lain, biaya transportasi umum atau dengan kendaraan pribadi yang mencakup tarif tol dan bahan bakar, akomodasi selama di kampung halaman, serta biaya konsumsi selama perjalanan dan di kampung halaman.
Baca juga: Masih Ada Kesempatan untuk Dapat Tiket Mudik
Selain itu, ada pula biaya oleh-oleh, biaya zakat, biaya donasi atau THR kepada orangtua dan sanak saudara, kebutuhan untuk pakaian yang berkaitan dengan mudik, serta biaya jasa penjagaan rumah saat ditinggal mudik.
Para pemudik sebaiknya turut memperhitungkan beberapa aspek, mulai dari tujuan mudik, waktu keberangkatan dan kepulangan, serta durasi selama di kampung halaman.
Risza menambahkan, para pemudik sebaiknya turut memperhitungkan beberapa aspek, mulai dari tujuan mudik, waktu keberangkatan dan kepulangan, hingga durasi selama di kampung halaman. Lebih lanjut, destinasi tempat yang akan dikunjungi selama mudik, pilihan akomodasi tinggal, detail jadwal, dan jenis transportasi juga akan menentukan besaran anggaran untuk mudik.
”Langkah selanjutnya adalah menghitung secara detail dan akurat (keseluruhan biaya yang akan dikeluarkan). Lalu, tambahkan dengan biaya tidak terduga, baik petty cash (kas kecil) lebih kurang 10 persen maupun asuransi perjalanan jika diperlukan,” tuturnya saat dihubungi.
Skala prioritas
Dari hasil perhitungan tersebut, perlu dicatat juga bahwa anggaran dibuat sesuai dengan kebutuhan dan bukan berdasarkan keinginan untuk ”unjuk gigi”, baik kepada keluarga maupun teman-teman di kampung halaman. Di sisi lain, anggaran untuk mudik seyogianya mempertimbangkan biaya hidup dan kebutuhan keluarga sehari-hari atau disesuaikan dengan kemampuan finansial.
Dalam hal kemampuan finansial, kebutuhan keluarga mencakup, antara lain beban utang, seperti cicilan kredit pemilikan rumah (KPR) jangka panjang, serta target di masa mendatang, misalnya kebutuhan pensiun dan biaya pendidikan anak. Maka dari itu, para pemudik diharapkan dapat membuat perencanaan secara efisien dan efektif agar tidak merusak rencana keuangan di masa mendatang.
”Selain itu, tentunya juga tidak perlu mengambil pinjaman. Dengan demikian, mudik akan semakin indah jika direncanakan dengan bijaksana. Yang tidak kalah penting lagi adalah mengeksekusi anggaran dengan disiplin dan ketat. Jangan tergoda untuk pengeluaran yang tidak perlu dan tidak tercantum dalam anggaran, apalagi hanya berdasarkan keinginan dan nafsu untuk pamer,” kata Risza.
Para pemudik diharapkan dapat membuat perencanaan secara efisien dan efektif agar tidak merusak rencana keuangan di masa mendatang.
Perencana keuangan pribadi, Wong Sandy Surya, menambahkan, penganggaran perlu dilakukan agar pengeluaran tak melebihi dana yang disiapkan. Selain itu, mencatat seluruh pengeluaran selama perjalanan juga wajib dilakukan.
Bagi mereka yang mudik menggunakan kendaraan pribadi, Wong Sandy menyarankan untuk memeriksa kendaraan dan melakukan servis agar saat liburan tidak mengalami kendala. Sementara mereka yang menggunakan transportasi umum sebaiknya menghindari pembelian tiket mendekati hari-H lantaran berpeluang kehabisan atau harganya melonjak tinggi.
”Lalu, rajin-rajinlah melihat online diskon (potongan pembelian secara daring) karena akan sangat membantu dalam mengurangi pengeluaran, bahkan bisa memiliki dana cadangan lebih,” katanya.
Libur Lebaran memang menjadi momen untuk menjenguk orangtua sekali berkumpul dengan keluarga. Namun, kemampuan finansial pribadi dan rencana keuangan di masa mendatang patut dipertimbangkan untuk memutuskan mudik di saat Lebaran tiba.