”Sleeper Seat Bus”, Kompartemen KA, Perjalanan yang Jadi Tujuan Wisata
Layanan bus dan gerbong kereta mewah membuat perjalanan dengan fasilitas premium kerap menjadi tujuan wisata itu sendiri.
Oleh
DIMAS WARADITYA NUGRAHA
·4 menit baca
Kurang dari sebulan jelang libur Natal dan Tahun Baru 2024, masyarakat mulai mencari destinasi liburan dan akomodasi yang hendak dituju bersama teman ataupun keluarga. Tak hanya menentukan tujuan, memilih moda transportasi untuk perjalanan wisata juga tak kalah penting.
Hal itulah yang dilakukan pasangan suami-istri Ilham (28) dan Ariesta (29) asal Kota Bekasi, Jawa Barat. Selain telah menentukan akan menghabiskan malam tahun baru di Kota Bukittinggi, Sumatera Barat, mereka juga sudah membeli dua tiket bus antarkota antarprovinsi (AKAP) eksekutif dari perusahaan otobus (PO) Sembodo dengan fasilitas sleeper seat.
Rupanya Kota Bukittinggi bukanlah tujuan utama pasangan ini untuk rehat sejenak dari rutinitas pekerjaan harian dalam menikmati libur Natal dan Tahun Baru 2024. Justru, prioritas mereka dalam perjalanan wisata kali ini adalah menikmati sensasi menggunakan sleeper seat bersama orang terkasih.
”Kami sudah merencanakan (perjalanan) sejak pertengahan tahun ini. Saya dan istri pernah nonton konten review bus luxury di Youtube. Terus kayaknya bakal seru dan romantis kalau kami berdua rebahan di sleeper seat selama puluhan jam perjalanan,” ujar Ilham kepada Kompas, Rabu (6/12/2023).
Ini pertama kali mereka melakukan perjalanan darat dari Jakarta menuju Bukittinggi. Berdasarkan keterangan tiket elektronik yang mereka punya, perjalanan akan memakan waktu sedikitnya 33 jam dari Terminal Kampung Rambutan, Jakarta Timur, menuju Terminal Aur Kuning, Bukittinggi. Adapun harga untuk satu tiket sleeper seat dibanderol Rp 880.000.
”Dengan fasilitas yang bisa didapat, ditambah dapat voucerbuat beberapa kali makan, harga segitu sih termasuk murah, ya,” timpal Ariesta.
Berdasarkan informasi dari situs agregator penyedia layanan penjualan tiket bus Redbus.id, bus yang ditumpangi Ilham dan Ariesta adalah bus dua tingkat atau double decker jenis combi bus.
Harga segitu sih termasuk murah, ya. ( Ariesta)
Bus ini memiliki 27 kursi duduk penumpang. Sebanyak 12 kursi merupakan kursi duduk reguler yang berada di bagian depan bus, sedangkan 15 kursi lainnya merupakan kursi suite class berkonsep sleeper di bagian belakang bus. Sebanyak 6 kursi sleeper terletak di tingkat pertama, lalu 9 kursi sleeper sisanya ada di tingkat kedua.
”Kalau lihat ulasan youtuber, fasilitasnya nyaman sekali. Setiap seat ada layar LED. Terus ada snack dan minuman sepanjang perjalanan. Yang paling penting bisa rebahan,” ujar Ilham.
Sleeperbus di Indonesia mulai populer pada tahun 2016. Saat pertama kali muncul, bus ini mengoperasikan rute Jakarta-Purwokerto-Purbalingga dengan harga tiket di kisaran Rp 400.000-Rp 600.000. Semenjak itu, banyak PO yang meluncurkan bus suite class dengan berbagai fasilitas, dengan harga tiket yang ditawarkan mencapai dua hingga tiga kali lipat dari tiket bus kelas biasa.
Terus menjamur
Menjamurnya PO yang menyediakan bus suite class dengan beragam rute perjalanan didorong oleh bertumbuhnya permintaan masyarakat Indonesia terhadap layanan bus ini. Kondisi ini sejalan dengan data Bank Dunia pada 2020 yang mencatat dalam 15 tahun terakhir, persentase masyarakat kelas menengah di Indonesia tumbuh dari 7 persen menjadi 20 persen.
Berdasarkan definisi Bank Dunia, masyarakat kelas menengah memiliki pengeluaran sebesar Rp 1,2 juta-Rp 6 juta per orang sebulan. Pada 2020 lalu, Bank Dunia mencatat sebanyak 52 juta penduduk dari total 273 juta penduduk Indonesia merupakan masyarakat kelas menengah. Pertumbuhan jumlah masyarakat kelas menengah di Indonesia diproyeksi masih akan berlanjut hingga 2030.
Selain oleh pengelola bus, penguatan daya beli masyarakat Indonesia juga ditangkap sebagai peluang oleh PT Kereta Api Indonesia (Persero). Pada 10 Oktober lalu, KAI meluncurkan gerbong kereta suite class compartmentyang dirangkaikan dengan KA Bima relasi Stasiun Gambir Jakarta-Stasiun Gubeng Surabaya dan KA Argo Semeru dengan relasi yang sama.
Tiket suite class compartment dibanderol sebesar Rp 2.275.000. Dalam satu gerbong kelas ini, terdapat 16 kompartemen atau ruang untuk 16 penumpang. Artinya, setiap penumpang mendapat satu ruang pribadi di sepanjang perjalanan.
Luas tiap-tiap kompartemen sekitar 1,2 meter x 2 meter dilengkapi dengan pintu yang bisa dibuka-tutup secara otomatis. Adapun kursi yang tersedia adalah model reclining yang bisa dikendalikan secara digital. Selain sudut kemiringan sandaran kepala, kaki, dan badan, tingkat kehangatan dari kursi ini juga bisa diatur. Kursi ini juga memiliki fitur pijat yang bisa disetel untuk berbagai teknik pijatan.
Di sisi dekat jendela terdapat tablet LCD berisi aneka film populer, musik dengan berbagai genre, hingga kanal televisi nasional yang bisa dinikmati sepanjang perjalanan. PT KAI selaku operator menyediakan menu makanan lengkap, mulai dari menu pembuka, hidangan utama, hingga makanan penutup, untuk setiap penumpang kompartemen ini.
Dalam sebuah sesi wawancara dengan Kompas, Direktur Utama PT KAI Didiek Hartantyo mengatakan, kehadiran gerbong ini memang ditujukan untuk menggaet pangsa pasar masyarakat ekonomi kelas menengah ke atas.
”Target pasarnya, ya, kami menyasar high-end, ya. Jadi, kalau kita melihat perkembangan ekonomi Indonesia 5 persen lebih dan kita melihat bahwa tabungan di atas Rp 5 miliar itu tinggi,” ujar Didiek.
Didiek mengatakan, seiring dengan meredanya pandemi Covid-19, terdapat peningkatan tren belanja masyarakat kelompok menengah ke atas untuk hiburan dan wisata. Fasilitas mewah di gerbong kereta api juga merupakan produk wisata yang semakin diminati masyarakat.
Selain gerbong suite class compartment, KAI juga memiliki gerbong luxury class, luxury sleeper, dan gerbong panoramic yang menjual berbagai fasilitas dan kenyamanan perjalanan, dengan harga tiket di atas rata-rata harga tiket kereta reguler.
”Gerbong luxury KAI itu penuh terus, sampai kami berencana akan menambah 11 gerbong kereta luxury. Tahun ini ada tiga gerbong. Nanti tahun depannya, sisanya, sehingga demand layanan kereta api kelas luxury dan di atasnya harus kami penuhi,” katanya.
Ilham dan Ariesta hanya refleksi mikro dari jutaan warga Indonesia lainnya yang mulai tak ragu membelanjakan uang untuk sektor pariwisata, khususnya layanan perjalanan wisata, yang tergolong sebagai kebutuhan tersier.
Kondisi ini meningkatkan optimisme bahwa permintaan konsumsi masyarakat dapat tetap terjaga, di tengah berbagai gejolak global yang diproyeksi masih akan terjadi beberapa waktu ke depan. Jadi, jika sudah memiliki anggaran dan perencanaan yang matang, masyarakat tak perlu ragu untuk sesekali menikmati ”kemewahan” perjalanan moda transportasi bus ataupun kereta api.