Dari Beras Literan hingga Dugaan Permainan Harga Bawang Putih
Banyak pedagang yang menjual beras literan seharga beras 1 kilogram. Di sisi lain, ada dugaan permainan harga bawang putih impor mengingat stok berlimpah, tetapi harga di pasar masih tinggi.
Harga pangan seperti beras, gula pasir, dan bawang putih masih tinggi hingga pekan ke-3 Oktober 2023. Di balik kenaikan harga itu, pemerintah menjumpai beras literan dijual seharga beras 1 kilogram dan dugaan permainan harga bawang impor.
Hal itu mengemuka dalam Rapat Pengedalian Inflasi Daerah yang digelar Kementerian Dalam Negeri secara hibrida di Jakarta, Senin (23/10/2023). Rapat itu, antara lain, dihadiri perwakilan pemerintah daerah, Badan Pusat Statistik (BPS), Badan Pangan Nasional (Bapanas), Kementerian Perdagangan (Kemendag), Perum Bulog, Kementerian Pertanian, dan Satuan Tugas Pangan Polri.
BPS menyebutkan, tiga komoditas pangan yang harganya terus naik dan masih tinggi hingga pekan ke-3 Oktober 2023 adalah beras, gula pasir, dan cabai rawit. Beras medium, misalnya, harga rata-rata nasional komoditas itu Rp 13.852 per kilogram (kg). Harga itu lebih tinggi daripada harga eceran tertinggi (HET) beras medium yang ditetapkan pemerintah berdasarkan zonasi, yakni Rp 10.900 per kg-Rp 11.800 per kg.
Kenaikan harga beras itu terjadi di 283 kabupaten/kota dan 141 daerah di antaranya naik cukup signifikan. Daerah dengan harga beras medium tertinggi adalah Papua, yaitu Rp 17.483 per kg. Adapun daerah dengan harga beras terendah adalah Jawa, yakitu Rp 12.734 per kg.
Bapanas menyebutkan, pemerintah sebenarnya telah menambah stok beras Bulog dengan beras impor dan menggelontorkan beras melalui berbagai program. Namun, harga beras masih relatif tinggi dan lambat turun. Hal itu tidak hanya akibat harga gabah kering panen (GKP) petani masih tinggi, tetapi juga lantaran banyak pedagang yang menjual beras secara literan seharga beras 1 kilogram.
Di balik kenaikan harga itu, pemerintah menjumpai beras literan dijual seharga beras 1 kilogram dan dugaan permainan harga bawang impor.
Deputi Ketersediaan dan Stabilisasi Pangan Bapanas I Gusti Ketut Astawa mengatakan, saat ini harga rata-rata nasional GKP petani RP 6.700 per kg. Harga GKP tertinggi berada di Kalimantan Tengah, yaitu Rp 7.200 per kg. Dengan harga GKP tersebut, harga gabah kering giling dan beras di tingkat penggilingan masing-masing bisa menjadi Rp 8.000 per kg dan Rp 12.000 per kg-Rp 12.500 per kg.
Bulog sebenarnya sudah menggelontorkan beras keFood Station dan Pasar Induk Beras Cipinang di Jakarta. Per 13 September 2023, total beras yang digelontorkan 23.559 ton. Hal itu mampu menekan harga beras medium jenis IR64 dari semula di atas Rp 12.000 per kg menjadi Rp 10.996 per kg pada 23 Oktober 2023.
”Namun, penurunan harga beras di pasar induk tidak diikuti dengan penurunan harga beras di pasar turunannya. Hal ini terjadi lantaran para pedagang menjual beras secara literan seharga beras 1 kilogram,” ujarnya.
Bapanas akan menetapkan harga beras literan untuk zona I Rp 9.000 per liter, zona II Rp 9.800 per liter, dan zona III Rp 10.000 per liter.
Astawa menjelaskan, 1 liter beras setara dengan 0,753 kg beras. Namun, harga beras literan yang seharusnya Rp 9.000-an per liter itu dijual serharga beras 1 kilogram, yakni Rp 12.000-an per kg. Untuk itu, Bapanas akan menetapkan harga beras literan untuk zona I Rp 9.000 per liter, zona II Rp 9.800 per liter, dan zona III Rp 10.000 per liter.
”Kami berharap hal ini dipantau secara masif di setiap daerah di Indonesia. Kalau ada pedagang yang masih menjual beras literan, mereka harus menjualnya dengan harga beras literan yang ditetapkan pemerintah,” ujarnya.
Baca juga: Menstabilkan (Lagi) Harga Beras
Dugaan permainan harga
Dalam rapat tersebut juga mencuat dugaan permainan harga bawang putih impor yang dijual di pasar di dalam negeri. Hal itu terindikasi dari realisasi impor dan stok bawang impor tahun ini cukup, tetapi harga bawang putih masih tinggi. Ada disparitas harga jual bawang putih dari harga beli dengan di pasar konsumsi.
Direktur Barang Kebutuhan Pokok dan Barang Penting Direktorat Perdagangan Dalam Negeri Kemendag Bambang Wisnubroto menuturkan, per pekan ke-3 Oktober 2023, Kemendag telah menerbitkan persetujuan impor (PI) bawang putih sebanyak 524.224 ton. Dari PI tersebut, realisasi impornya telah mencapai 403.306 ton.
Dengan realisasi impor itu ditambah stok pada awal tahun ini yang dicatat Bapanas sebanyak 136.440 ton dan produksi dalam negeri sebanyak 21.663 ton, total stok bawang putih di dalam negeri mencapai 561.409 ton. Jika dibandingkan dengan kebutuhan bawang putih di dalam negeri sebesar 55.795 ton per bulan, stok tersebut cukup untuk 10,06 bulan.
”Kami telah meminta importir bawang putih yang telah memiliki PI segera merealisasikan impor dan mendistribusikan bawang putih ke pasar-pasar di seluruh Indonesia. Butuh waktu 2-3 minggu untuk mendatangkan bawang putih impor sampai di pelabuhan Indonesia sejak PI diterbitkan,” katanya.
Total stok bawang putih di dalam negeri mencapai 561.409 ton. Jika dibandingkan dengan kebutuhan bawang putih di dalam negeri sebesar 55.795 ton per bulan, stok tersebut cukup untuk 10,06 bulan.
Baca juga: Kemendag Diduga Lakukan Lima Tindakan Malaadministrasi Izin Impor Bawang Putih
Kemendag mencatat, harga bawang putih di 145 kabupaten kota turun, di 218 daerah stabil, dan di 95 daerah sedikit naik. Berdasarkan data Sistem Pemantauan Pasar dan Kebutuhan Pokok Kemendag, per 23 Oktober 2023, harga rata-rata nasional bawang putih impor Rp 37.100 per kg. Harga komoditas itu naik 41,06 persen secara tahunan.
Inspektur Jenderal Kementerian Dalam Negeri Tomsi Tohir Balaw mempertanyakan hal itu. Ia berpendapat stok bawang putih di dalam negeri cukup, tetapi harganya masih relatif tinggi atau belum turun cukup signifikan.
Padahal, importir, kan, membeli bawang putih itu di bawah Rp 20.000 per kg, kok bisa harganya sampai hampir Rp 40.000 per kg. Apakah ini berarti ada yang memainkan?
Selama ini, harga normal bawang putih impor di dalam negeri sekitar Rp 26.000 per kg-Rp 28.000 per kg. Namun, saat ini, harganya hampir mencapai Rp 40.000 per kg, bahkan harganya di 95 kabupaten/kota masih naik.
”Di mana letak permasalahannya. Apa kurang banyak impornya? Kalau bilang stoknya cukup, bagaimana pendistribusiannya? Padahal, importir, kan, membeli bawang putih itu di bawah Rp 20.000 per kg, kok bisa harganya sampai hampir Rp 40.000 per kg. Apakah ini berarti ada yang memainkan?” katanya.
Baca juga: Indonesia Berpeluang Surplus Bawang Putih
Tomsi meminta Kemendag agar memanggil importir bawang putih untuk mencari letak persoalaan itu. Ia juga meminta tim pengendalian inflasi daerah, termasuk satgas pangan Polri, mengecek distribusi bawang putih impor apakah ada penumpukan di gudang atau tidak.
Sebelumnya, Ombudsman RI menemukan disparitas harga bawang putih di post border atau pelabuhan dengan harga jual importir. Hal itu terkait dengan Laporan Akhir Hasil Pemeriksaan (LAHP) Malaadministrasi dalam Pelayanan Penerbitan Surat Persetujuan Impor (SPI) Bawang Putih di Kemendag.
Ombudsman menunjukkan, harga bawang putih di China per September 2023 Rp 17.270 per kg (kurs Rp 15.700 per dollar AS). Dengan tambahan bea masuk dan biaya wajib tanam, termasuk biaya penyusutan dan bunga bank, harga bawang putih di pelabuhan yang terbentuk Rp 19.096 per kg. Kemudian, importir menjualnya kepada distributor besar (D1) seharga Rp 25.000 per kg sehingga margin yang didapat Rp 5.904 per kg.
Namun, terlepas dari hitungan itu, harga bawang putih di tingkat konsumen sudah hampir mencapai Rp 40.000 per kg. Ada apa?
Baca juga: Wamendag: Temuan Dugaan Malaadministrasi Akan Dibahas dengan Direktorat Terkait