Industri Tekfin Pinjaman Antarpihak Masih Menjanjikan
Total nilai pokok pinjaman dari masyarakat yang masih beredar melalui pinjaman daring atau ”outstanding” pembiayaan mencapai Rp 55,98 triliun. Nilai ini naik dari bulan sebelumnya yang sebesar Rp 52,7 triliun.
Oleh
MEDIANA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Direktur Pengembangan Industri Keuangan Non-Bank dan Inovasi Keuangan Digital Otoritas Jasa Keuangan atau OJK Edi Setijawan mengatakan, industri layanan pinjam-meminjam uang berbasis teknologi informasi di Indonesia akan tetap menjanjikan. Penyedia layanan ini perlu aktif membuat terobosan inovasi digital ataupun berkolaborasi dengan sesama pelaku jasa keuangan.
”Konsumen yang berlatar belakang generasi Y dan Z merupakan konsumen yang menjanjikan sekaligus menantang. Belum semua di antara mereka termasuk calon nasabah yang prudent. Penyedia layanan pinjam-meminjam uang berbasis teknologi informasi harus berhati-hati,” ujar Edi dalam diskusi ASEAN BAC Fintech Roundtable Luncheon 2023, Rabu (6/9/2023), di Jakarta.
Untuk strategi lima tahun mendatang, lanjut Edi, OJK tetap berperan melindungi konsumen dan industri tekfin agar tetap tumbuh, utamanya sektor layanan pinjam-meminjam antarpihak. Sektor ini diharapkan selalu siap menangkap peluang bisnis. Para perusahaan yang berkecimpung di industri ini didorong tidak hanya fokus ke segmen usaha kecil-menengah (UKM), tetapi juga segmen baru yang bisa berkontribusi signifikan terhadap perekonomian.
”Di antara negara-negara ASEAN bisa bekerja sama untuk memastikan industri tekfin tumbuh aman sehingga masyarakat bisa mengakses layanan keuangan dengan baik,” kata Edi.
Kepala Eksekutif Pengawas Lembaga Pembiayaan, Perusahaan Modal Ventura, Lembaga Keuangan Mikro dan Lembaga Jasa Keuangan Lainnya OJK Agusman menambahkan, per Juli 2023 terdapat 102 perusahaan penyedia jasa pinjaman antarpihak berbasis tekfin. Total nilai pokok pinjaman dari masyarakat yang masih beredar melalui pinjaman daring atau outstanding pembiayaan mencapai Rp 55,98 triliun. Nilai ini naik dari bulan sebelumnya yang sebesar Rp 52,7 triliun.
Tingkat wanprestasi di atas 90 hari atau TWP90 di sektor ini per Juli 2023 mencapai 3,47 persen dan per Juni 2023 sebesar 3,29 persen. Angka tersebut masih berada di batas aman ketentuan OJK, yakni tidak melebihi 5 persen.
Laporan Global Financial Index 2021 yang dirilis oleh Bank Dunia menunjukkan, indeks inklusi terendah tercatat berada di level 33 persen, sedangkan level tertinggi pada kisaran 90 persen. Rata-rata indeks inklusi keuangan di ASEAN sebesar 41 persen. Indeks inklusi keuangan Indonesia, menurut laporan itu, mencapai 51,76 persen.
Sementara berdasarkan laporan Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan tahun 2022 yang dilakukan OJK, indeks inklusi keuangan di perdesaan meningkat dari 68,5 persen pada tahun 2019 menjadi 82,7 persen pada tahun 2022. Sementara indeks inklusi keuangan di perkotaan meningkat dari 83,6 persen pada tahun 2019 menjadi 86,7 persen pada tahun 2022.
Lebih efisien
Head of Overseas Business FinVolution Group Ming Gu berpendapat, teknologi membuat distribusi layanan finansial lebih efektif dan efisien. Di Asia Tenggara, masih ada sebagian orang belum terlayani layanan perbankan secara optimal (underbanked) dan belum tersentuh layanan perbankan (unbanked). Akan tetapi, di saat yang bersamaan, penetrasi pengguna ponsel pintar terus naik di kawasan Asia Tenggara. Realitas ini menjadi peluang bagi tekfin untuk masuk.
Teknologi digital yang semakin berkembang pesat, seperti lahirnya kecerdasan buatan, menurut Ming Gu, akan semakin membantu perusahaan tekfin melayani masyarakat yang masuk dalam kategori underbanked dan unbanked. Misalnya, kecerdasan buatan untuk meningkatkan akurasi penilaian kredit (credit scooring).
”Berdasarkan pengalaman kami, pengembangan inovasi tekfin harus mempertimbangkan aspek lokal. Ini bertujuan mengakomodasi warga yang sampai sekarang belum memiliki ponsel pintar. Selanjutnya, kendati sudah ada tekfin, model layanan keuangan secara fisik tetap diperlukan meski cakupannya kecil,” ujar Ming.
Co-Founder dan CEO Gradana Angela S Oetama menambahkan, untuk memperkecil jumlah masyarakat underbanked dan unbanked, penyedia layanan tekfin pinjaman antarpihak bisa mengoptimalkan kerja sama dengan bank perkreditan rakyat. Bank-bank tersebut berlokasi sampai ke pelosok daerah.
”Bekerja sama dengan bank perkreditan rakyat akan membantu meningkatkan literasi keuangan, yang dimulai dari petugas yang menyebar ke para calon nasabah,” ucapnya.