BEI akan mendukung perusahaan menjadi lebih besar lagi. Perusahaan tercatat juga diharapkan tidak hanya memberikan atribusi terbaik kepada pemegang saham, tetapi juga terhadap pembangunan nasional.
Oleh
ANASTASIA JOICE TAURIS SANTI
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Empat emiten baru secara bersamaan mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia pada Selasa (8/8/2023). Dengan demikian, hingga hari ini sudah ada 59 emiten baru yang tercatat di BEI melalui penjualan saham perdana (initial public offering/IPO). Jumlah itu melampaui target yang sebanyak 57 emiten baru untuk tahun ini.
Keempat emiten tersebut adalah PT Paperocks Indonesia Tbk, PT Ingria Pratama Capitalindo Tbk, PT Sinar Eka Selaras Tbk, dan PT ITSEC Asia Tbk. Direktur BEI I Gede Nyoman Yetna mengapresiasi perusahaan privat yang memutuskan untuk menjadi perusahaan publik tersebut. Ia mengingatkan, ada harapan-harapan para investor yang juga harus diperhatikan oleh emiten.
”Setelah perusahaan mencatatkan saham, harus dapat menjawab ekspektasi para investor yang memiliki harapan pada kinerja keuangan solid, pelaksanaan good corporate governance, dan perusahaan yang adaptif terhadap perkembangan teknologi,” kata Nyoman Yetna di kantor BEI, Jakarta.
Dia juga menegaskan bahwa bursa akan mendukung perusahaan menjadi lebih besar lagi. Perusahaan tercatat juga diharapkan tidak hanya memberikan atribusi terbaik kepada para pemegang saham, tetapi juga terhadap pembangunan nasional.
Paperocks Indonesia merupakan perusahaan yang bergerak pada perdagangan kemasan ramah lingkungan berbahan kertas. Perusahaan ini menawarkan 275 juta saham atau setara dengan 25,58 persen dari modal disetor dan ditempatkan penuh. Adapun harga perdana saham sebesar Rp 140 per saham dan pada akhir sesi pertama turun 15 persen menjadi Rp 119 per saham. Dari penawaran perdana ini, Paperocks mendapatkan dana publik sebesar Rp 38,5 miliar.
Ingria Pratama Capitalindo merupakan perusahaan pengembang perumahan. Harga perdana sahamnya Rp 120 per saham dan mendapatkan dana publik Rp 207 miliar. Menurut rencana, Rp 152 miliar akan digunakan untuk membayar utang pembelian lahan dan sekitar Rp 35 miliar digunakan untuk membangun proyek di Kalimantan. Sisa dana peroleh akan digunakan untuk biaya operasional. Hingga akhir sesi pertama, saham Ingria naik 6,6 persen menjadi Rp 128 setelah bergerak pada rentang harga Rp 102-Rp 135 per saham.
Adapun Sinar Eka Selaras Tbk merupakan perusahaan distribusi jaringan ritel. Anak usaha dari Erajaya Swasemabda Tbk ini lepaskan 1,037 miliar saham baru dengan harga Rp 390 per saham. Dana yang diperoleh sebesar Rp 404,6 miliar. Sekitar 37 persen dana akan digunakan untuk ekspansi bisnis yang sudah ada, 13,75 persen untuk mendukung ekspansi bisnis baru, dan sisanya 49,25 persen untuk modal kerja. Pada akhir sesi pertama, saham Sinar Eka naik 5,64 persen menjadi Rp 412 per saham.
Djohan Sutanto, Direktur Utama Sinar Eka Selaras, menjelaskan, perseroan mencatatkan kinerja positif dengan pendapatan Rp 3,04 triliun dengan rata-rata pertumbuhan tahunan 2020-2022 sebesar 24,11 persen. ”Seiring dengan pendapatan yang semakin meningkat, laba bersih yang didapatkan sebesar Rp 184 miliar dengan rata-rata pertumbuhan tahunan 2020-2022 sebesar 58,6 persen. Melalui penawaran saham perdana ini, kami akan lebih agresif mengembangkan gerai baru untuk menjawab permintaan produk life style,” katanya.
ITSEC Asia merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang keamanan siber. Perusahaan ini menawarkan 1 miliar saham baru dengan harga Rp 100 per saham. Pada akhir sesi pertama, saham ITSEC naik 35 persen menjadi Rp 135 per saham.
Dana Rp 100 miliar yang didapatkan dari penawaran saham ini akan digunakan sebesar 87 persen untuk modal kerja dan mendukung perluasan tim keamanan siber di Indonesia, Singapura, dan Australia. Sebesar 13 persen akan digunakan untuk ekspansi serta membeli peralatan dan perlengkapan laboratorium.
Andri Hutama Putra, Direktur Utama ITSEC Asia, mengatakan, keamanan informasi sangat penting untuk mencapai kesuksesan tranformasi digital di Indonesia. ”Kesuksesan pelaksanaan IPO ini memperkuat langkah jaringan mitra,” ujarnya.
Perusahaan menengah
Nyoman Yetna menambahkan, masih ada 36 perusahaan yang berada dalam antrean untuk masuk bursa per 4 Agustus 2023. Dari jumlah teresbut, katanya, ada 10 perusahaan yang memiliki aset besar di atas Rp 250 miliar.
”Ada enam perusahaan termasuk skala kecil dengan aset di bawah Rp 50 miliar dan 22 perusahaan skala menengah dengan aset Rp 50 miliar-Rp 250 miliar,” jelas Nyoman Yetna. Adapun dana yang berhasil dihimpun dari emiten baru mencapai Rp 47,9 miliar.