Mandiri Services Gunakan Dana IPO untuk Beli Truk Baru
Emiten logistik pertambangan PT Mandiri Herindo Adiperkasa Tbk atau Mandiri Services akan menggunakan sebagian dana dari penerbitan saham perdana untuk membeli truk baru. Peremajaan itu untuk menambah kapasitas produksi.
Oleh
ANASTASIA JOICE TAURIS SANTI
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Saham perusahaan logistik pertambangan PT Mandiri Herindo Adiperkasa Tbk atau dikenal juga sebagai Mandiri Services naik 34,75 persen pada perdagangan perdananya, Selasa (25/4/2023). Mandiri Herindo menawarkan 4,16 miliar saham atau 25 persen dari modal ditempatkan dan disetor perseroan.
Dengan harga perdana Rp 118 per saham, dana yang diperoleh dari penerbitan saham perdana ini (IPO) itu mencapai Rp 491,58 miliar. Sekitar 60 persen dana akan digunakan untuk membeli 50 unit truk baru jenis prime mover dan 50 unit jenis dump truck. Sementara 40 persen sisanya akan digunakan untuk membeli 50 unit dolly dan 100 unit vessel untuk peningkatan kapasitas produksi dan peremajaan unit.
”Kami melakukan inisiatif strategi pemeliharaan yang efisien, pengembangan sumber daya manusia, pengembangan sistem melalui inovasi digital, serta menjaga keselamatan, kesehatan, dan kesejahteraan para karyawan,” kata Direktur Utama Mandiri Services Yenny Hamidah Koean dalam pencatatan perdana saham Mandiri Services di Bursa Efek Indonesia (BEI) Jakarta, Selasa (25/7/2023).
Setelah masuk bursa, Yenny menyatakan, Mandiri Services menargetkan memperoleh kontrak baru dengan memilih pelanggan secara selektif dan kemitraan jangka panjang yang saling menguntungkan.
Dalam kesempatan sama, Direktur BEI I Gede Nyoman Yetna mengatakan, BEI merupakan tempat perusahaan bertumbuh, tak peduli bagaimana besar atau kecilnya perusahaan tersebut. ”Ini adalah main hall kita, harapan kita ini menjadi tempat pertumbuhan buat seluruh perusahaan di Indonesia dengan segala ukuran. Investor melihat prospektus yang dibuat. Ada proceed, ada bagaimana penggunaan dana, akan dipertanggungjawabkan. Dalam waktu dekat kami juga akan melihat itu, lalu kami berharap perusahaan ada fuel lagi untuk menunjukkan pertumbuhan,” kata Nyoman Yetna.
Dalam kesempatan terpisah, Nyoman Yetna menjelaskan, hingga Jumat (21/7/2023) sudah tercatat 49 perusahaan baru yang mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia. Dana publik yang dihimpun Rp 44,9 triliun. ”Hingga saat ini, ada 43 perusahaan dalam pipe line pencatatan BEI,” kata Nyoman Yetna. Di antaranya adalah enam perusahaan dengan aset skala kecil di bawah Rp 50 miliar, 26 perusahaan dengan aset berskala menengah atau antara Rp 50 miliar dan Rp 250 miliar, serta 11 perusahaan dengan aset berskala besar atau di atas Rp 250 miliar.
Hingga Jumat (21/7/2023) sudah 49 perusahaan baru yang mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia.
Targetkan pertumbuhan
Emiten yang baru hari Senin (24/7/2023) lalu mencatatkan saham di Bursa Efek Indonesia, yakni PT Sinergi Inti Andalan Prima Tbk, menargetkan pertumbuhan pendapatan 30 persen dan laba 20 persen pada tahun 2023 dibandingkan dengan pencapaian tahun 2022.
Direktur Utama Sinergi Inti Andalan Muhammad Arif menjelaskan, setelah masuk bursa, beberapa daerah yang sudah didekati dapat tergarap, terutama yang berada di Pulau Jawa. ”Kebutuhan internet dan fiber optic masih tinggi dan akan terus naik ke depannya,” kata Muhammad Arif.
Dari prospektus, Sinergi Inti Andalan membukukan pendapatan bersih Rp 6,5 miliar pada triwulan I-2023 atau naik 42,83 persen dari Rp 4,55 miliar pada periode sama pada tahun 2022. Sementara laba bersih hingga triwulan I-2023 tercatat Rp 515,06 juta atau naik 28,29 persen dari triwulan I-2022 yang mencapai Rp 401,46 juta.
Emiten ke-50 Bursa Efek Indonesia pada tahun 2022 ini bergerak pada bidang infrastruktur konektivitas, menyediakan layanan local loop access, collocation, internet supercepat, data center, dan network manage service. Sinergi Inti Andalan melepaskan 1,5 miliar saham atau setara dengan 20 persen dari modal ditempatkan dan disetor penuh. Dari penjualan saham tersebut, dana yang dihimpun Rp 151,5 miliar. Sebagian besar dari dana tersebut dialokasikan untuk perkembangan bisnis.
Dana Rp 120 miliar antara lain akan digunakan untuk menyetorkan dana ke dua anak usahanya, masing-masing Rp 90 miliar dan Rp 30 miliar. Sisanya akan digunakan untuk modal kerja Sinergi Inti Andalan. Beberapa klien Sinergi Inti Andalan adalah Myrepublic, MNC Vision Network, Moratelindo, Linknet, dan lainnya.
”Dengan IPO ini, kami yakin akan mencatatkan sejarah baru dalam dunia teknologi dan jaringan konektivitas. Ini adalah momen penting bagi kami dan bagi para calon investor yang ingin bergabung dalam perjalanan menuju Indonesia digital,” kata Muhammad Arif lagi.