Pengunjung Kian Pulih, tetapi Kinerja Mal Makin Timpang
Kinerja pusat perbelanjaan di wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi rata-rata mulai pulih seiring meningkatnya mobilitas masyarakat. Tantangan yang muncul adalah sebagian mal masih sulit untuk bangkit.
Oleh
BM LUKITA GRAHADYARINI
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Kinerja pusat perbelanjaan di wilayah Jabodetabek secara umum dinilai semakin pulih setelah sempat terpuruk akibat pandemi Covid-19. Meski demikian, ketimpangan kinerja mal mencolok di mana sebagian mal semakin kosong dan ditinggalkan, sementara sebagian mal lainnya sudah normal kembali.
Hasil survei Colliers Indonesia pada triwulan II-2023 menunjukkan, tingkat hunian atau okupansi mal di Jakarta rata-rata 72,5 persen, sedangkan di Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Bodetabek) 70,6 persen. Tingkat okupansi mal menengah atas dan premium di Jakarta mencapai 85 persen, mal kelas menengah rata-rata kurang dari 70 persen, sedangkan mal kelas bawah hanya di kisaran 50 persen. Di Bodetabek, tingkat okupansi mal kelas atas sekitar 85 persen, mal kelas menengah sekitar 70 persen, sedangkan mal kelas bawah sekitar 65 persen.
Hingga kini, total pasokan mal di Jakarta mencapai 4,86 juta meter persegi, sementara di Bodetabek 2,97 juta meter persegi. Aktivitas sewa ruang ritel di mal masih didominasi oleh sektor makanan dan minuman serta pakaian. Sementara itu, sektor ritel elektronik dan hiburan, termasuk arena bermain anak, mulai percaya diri untuk buka.
Ketua Umum Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia Alphonzus Wijaya berpendapat, saat ini kinerja mayoritas pusat perbelanjaan sudah hampir normal kembali. Namun, ada beberapa pusat perbelanjaan yang tingkat kunjungannya tidak meningkat atau bahkan memburuk. Persoalan kinerja itu tidak hanya terjadi pada mal kelas bawah, tetapi juga mal kelas menengah dan kelas atas.
Sejak lama fungsi utama pusat perbelanjaan bukan lagi sekadar sebagai tempat berbelanja, terutama bagi pusat perbelanjaan yang berlokasi di kota-kota besar. Fungsi lain pusat perbelanjaan akan selalu berubah dari waktu ke waktu karena sangat erat dengan gaya hidup yang cepat sekali berubah.
Alphonzus menambahkan, setelah pandemi Covid-19 mereda, tujuan masyarakat ke mal bukan belanja. Keperluan belanja telah dapat tergantikan oleh e-dagang atau belanja daring. Pusat perbelanjaan yang terus-menerus hanya mengedepankan fungsi belanja akan tergerus karena langsung berhadapan dalam persaingan dengan e-dagang.
”Saat ini pusat perbelanjaan harus dapat menambahkan fungsi lain dari sekadar sebagai tempat berbelanja. Pusat perbelanjaan harus dapat memberikan pengalaman lebih kepada pelanggan,” ujar Alphonzus saat dihubungi, Jumat (21/7/2023).
Menurut Alphonzus, pusat perbelanjaan telah berperan menjadi fasilitas publik untuk interaksi sosial. Pusat perbelanjaan yang tidak memiliki atau tidak mampu menyediakan fasilitas tersebut tidak akan dipilih dan akan ditinggalkan oleh pelanggan.
Head of Research Colliers Indonesia Ferry Salanto mengemukakan, kunci keberhasilan kinerja mal bukan hanya dari tingkat hunian atau okupansi ruang ritel, melainkan juga tingkat kunjungan (traffic) yang masuk ke mal. Saat ini, beberapa mal sudah mulai pulih, terutama mal kelas atas dan premium. Adapun kinerja beberapa mal kelas bawah cenderung masih rendah sehingga memengaruhi kinerja mal secara keseluruhan.
Ferry menilai, ada kecenderungan pasar menginginkan berkunjung ke mal bukan hanya untuk belanja, melainkan juga menikmati pengalaman (experience). Sebagian besar mal kelas atas cenderung berupaya menarik minat pasar dengan menyediakan pengalaman berbelanja. Sebaliknya, mal kelas bawah tidak fokus untuk menawarkan pengalaman berbelanja sehingga memicu kesenjangan kinerja mal.
Ada kecenderungan pasar menginginkan berkunjung ke mal bukan hanya untuk belanja, melainkan juga menikmati pengalaman.
”Mal-mal kelas bawah tidak fokus untuk meningkatkan daya tarik mal. Tidak banyak belanja modal yang disiapkan oleh pemilik mal sehingga mal itu tidak menarik untuk dikunjungi,” katanya dalam Colliers Indonesia Virtual Media Briefing, Kamis (20/7/2023).
Di Surabaya, Jawa Timur, tingkat kunjungan ke mal mulai pulih selama semester I-2023, salah satunya didorong masa libur sekolah dan hari libur keagamaan. Penyewa utama mulai masuk ke mal, sementara beberapa penyewa ritel membuka gerai pertama di Surabaya, karena Surabaya dinilai potensial untuk ekspansi.