Membuka lembaran tahun 2021, daya tarik utama pasar properti masih terletak pada dua faktor, konektivitas infrastruktur dan harga properti. Jarak lokasi hunian dengan pusat kota tak lagi jadi pertimbangan utama.
Selain tantangan memenuhi kebutuhan hunian yang layak, nyaman, dan terjangkau, pelaku sektor properti menghadapi tren pasar yang berubah. Kini rumah tidak cukup sekadar bangunan untuk tinggal dan beristirahat.
Sektor properti yang terimpit di masa pandemi Covid-19 mampu bertahan. Berbagai strategi dilakukan, antara lain menahan ekspansi dan menggeser fokus bisnis untuk menyesuaikan diri dengan kondisi pasar.
Industri properti masih memerlukan waktu untuk pulih. Namun, beberapa sektor diprediksi bisa bangkit lebih awal. Kebangkitan sektor properti sangat bergantung pada pemulihan ekonomi dan penanganan pandemi Covid-19.
Pengembang perlu beradaptasi dengan arah pasar properti di tahun 2021. Peluang pasar terus terbuka, tetapi pemulihan properti bergantung pada pemulihan ekonomi nasional.
Wakil Presiden Ma'ruf Amin meminta para pengembang properti untuk menjaga kepercayaan konsumen. Ini penting mengingat sektor ini berperan dalam upaya pemilihan ekonomi setelah krisis akibat pandemi Covid-19.
Hunian seharga Rp 800 jutaan di kluster Lumihous habis terjual dalam waktu singkat saat diluncurkan 6 Desember 2020. Kawasan kluster ini kelak bakal terintegrasi jaringan LRT dari Cibubur ke wilayah Jabodetabek.
PT Metropolitan Land Tbk menjalin kerja sama kemitraan strategis dengan KAI Properti untuk pengembangan KAI Living-Cluster Batavia di Metland Cibitung, Bekasi, Jawa Barat. Konsep TOD menjadi pemicu pengembangan properti.
Pengujung tahun 2020 menandai bangkitnya pasar properti. Dengan pendekatan sesuai kebutuhan milenial, pengembang meraup penjualan miliaran rupiah hanya dalam waktu singkat.
Kebangkitan properti pada tahun 2021 diprediksi berlangsung bertahap dan sangat bergantung pada kondisi pemulihan ekonomi. Beberapa subsektor pulih lebih cepat dan sebagian lagi butuh waktu lebih lama.