Indonesia masih menjadi importir gula sehingga pergerakan harga di dalam negeri dapat dipengaruhi pasar internasional. Kendati turun, indeks harga gula dunia bulan lalu masih 29,7 persen lebih tinggi dibanding Juni 2022.
Oleh
M PASCHALIA JUDITH J
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Kendati indeks harga pangan dunia secara umum melandai, indeks harga gula global pada Juni 2023 masih lebih tinggi dibandingkan Juni 2022. Situasi itu dinilai bisa merambat ke pasar dalam negeri lantaran Indonesia merupakan negara pengimpor gula. Demi menekan pengaruh harga internasional, swasembada gula perlu dikebut realisasinya.
Organisasi Pangan Dunia (FAO), Jumat (7/7/2023) merilis, indeks harga komoditas pangan pada Juni 2023 mencapai 122,3 poin. Angka itu turun 1,4 persen dibandingkan bulan sebelumnya dan turun 20,94 persen dibandingkan Juni 2022. Indeks tersebut turun 23,4 persen dari puncaknya pada Maret 2022.
Penurunan indeks harga pangan secara bulanan tersebut didorong oleh menurunnya indeks harga gula, minyak nabati, serealia, dan susu. Sementara indeks harga daging bertengger pada nilai yang sama dengan bulan sebelumnya.
Kendati turun 3,2 persen dibandingkan bulan sebelumnya, indeks harga gula pada Juni 2023 berada di posisi teratas dibandingkan komoditas lainnya, yakni senilai 152,2 poin. Indeks tersebut 29,7 persen lebih tinggi dibandingkan posisi Juni 2022.
Penurunan secara bulanan itu didorong oleh perkembangan positif panen tebu di Brasil sekaligus melambatnya permintaan impor dunia, khususnya dari China. Namun, sorotan pada dampak El Nino terhadap produksi tebu serta penguatan mata uang Brasil terhadap dollar AS membatasi penurunan indeks harga gula.
Menurut Direktur Program Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Esther Sri Astuti, pergerakan harga gula di pasar internasional tersebut dapat merambat ke Indonesia. ”Indonesia masih menjadi negara importir gula sehingga pergerakan harga di dalam negeri dapat dipengaruhi oleh situasi di pasar internasional. Produksi tebu dalam negeri belum optimal dan sejumlah mesin di pabrik gula patut diganti. Oleh sebab itu, swasembada gula perlu segera (dilaksanakan),” ujarnya saat dihubungi, Sabtu (8/7/2023).
Per 22 Mei 2023, data Neraca Pangan Nasional NFA menunjukkan, stok awal gula konsumsi pada 2023 mencapai 1,11 juta ton. Produksi gula sepanjang 2023 diproyeksikan mencapai 2,74 juta ton. Sementara realisasi impor sepanjang triwulan I-2023 sebanyak 143.648 ton dan rencana impor sepanjang April-Desember 2023 mencapai 847.352 ton. Adapun kebutuhan sepanjang 2023 diperkirakan mencapai 3,39 juta ton.
Sementara itu, Panel Harga Badan Pangan Nasional (NFA) mencatat, rata-rata bulanan nasional harga gula konsumsi di tingkat pedagang eceran pada Juni 2023 mencapai Rp 14.510 per kilogram (kg), naik dibandingkan situasi Mei 2023 yang tercatat Rp 14.440 per kg. Adapun rata-rata bulanan nasional pada Juni dan Juli 2022 masing-masing sebesar Rp 14.680 per kg dan Rp 14.460 per kg.
Pada Sabtu (8/7/2023), harganya merangkak naik menjadi Rp 14.540 per kg. Namun, kenaikan harga gula itu belum dapat dinikmati petani tebu saat musim giling yang masih berlangsung. Ketua Umum Dewan Pengurus Nasional Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia (APTRI) Soemitro Samadikoen menyebutkan, rata-rata harga gula di tingkat petani berkisar Rp 12.440 per kg, bahkan sempat menyentuh Rp 12.200 per kg. Padahal, harga pokok produksi gula sekitar Rp 13.600 per kg.
Harga itu juga di bawah Surat Edaran NFA Nomor 159/TS.02.02/K/6/2023 tentang Harga Pembelian Gula Kristal Putih di Tingkat Petani yang sebesar Rp 12.500 per kg dan berlaku sejak 3 Juli 2023. Harga pembelian itu lebih tinggi Rp 1.000 per kg dibandingkan Peraturan NFA Nomor 11 Tahun 2022.
Tanpa ada kebijakan harga yang berpihak pada petani, Soemitro khawatir produksi gula dalam negeri dapat berkurang hingga 20 persen. ”Produktivitas dapat menurun karena El Nino. Di sisi lain, pendapatan petani belum cukup untuk membeli pupuk dan membayar kenaikan tenaga kerja maupun ongkos angkut. Biaya hidup sehari-hari juga naik. Akibatnya, kemampuan petani mengelola tanaman tebu secara optimal tergerus,” tuturnya.
Impor susu
Selain gula, Esther juga menyoroti dampak pergerakan indeks harga susu dunia terhadap serapan produksi oleh industri pada peternak sapi perah dalam negeri. ”Indonesia jangan sampai terlena impor susu bubuk (untuk bahan baku industri). Khawatirnya, serapan susu dalam negeri berkurang dan peternak sapi perah mencari mata pencarian lain. Oleh sebab itu, kemitraan antara peternak sapi perah dengan industri perlu diperkuat demi meningkatkan serapan dalam negeri seiring dengan kebijakan pengurangan impor susu,” tuturnya.
Data FAO menunjukkan, indeks harga susu dunia pada Juni 2023 berada di posisi 116,8 poin atau menurun 0,8 persen dibandingkan bulan sebelumnya. Penurunan itu disebabkan oleh peningkatan pasokan susu bubuk, khususnya dari Selandia Baru, sekaligus permintaan impor susu bubuk yang lebih rendah dari negara-negara Asia bagian utara.
Adapun indeks harga minyak nabati berada di posisi 115,8 poin atau lebih rendah 2,4 persen dibandingkan bulan sebelumnya karena lebih tingginya proyeksi produksi musiman minyak kelapa sawit di negara produsen utama yang berbarengan dengan melemahnya permintaan impor dunia. Penurunan harga minyak bunga matahari akibat melimpahnya pasokan ekspor global turut mempengaruhi indeks.
Indeks harga komoditas serealia dunia juga turun 2,1 persen dibandingkan Mei 2023 menjadi 126,6 poin pada Juni 2023. Pergerakan itu disebabkan oleh tingginya pasokan dunia karena panen jagung di Argentina dan Brasil. Produksi gandum pun naik lantaran panen di belahan bumi bagian utara naik. Permintaan beras jenis non-indica tengah melemah serta upaya penarikan ekspor di Pakistan turut memengaruhi indeks harga tersebut.
Di sisi lain, indeks harga daging dunia senilai 117,9 poin atau sama dengan bulan sebelumnya, tetapi lebih rendah 6,4 persen dibandingkan dengan Juni 2022. Penurunan harga daging sapi dan telur karena melimpahnya pasokan ekspor mengimbangi kenaikan harga daging babi dan ayam. Di Indonesia, Esther menilai, harga daging sapi dipengaruhi oleh permintaan yang cenderung turun setelah Hari Raya Idul Adha pada akhir Juni 2023.