Perkuat Pengelolaan agar Indonesia Jadi Pemain Besar Industri Udang
Penguatan hulu dan hilir diharapkan dapat menjadikan Indonesia pemain besar di industri dan ekspor udang. Salah satu model percontohan adalah Tambak Budidaya Udang Berbasis Kawasan, seperti dikembangkan di Kebumen.
Oleh
CYPRIANUS ANTO SAPTOWALYONO, REGINA RUKMORINI
·4 menit baca
KEBUMEN, KOMPAS — Wakil Presiden Ma’ruf Amin menuturkan bahwa kerja keras dan kesungguhan dibutuhkan untuk menjadikan Indonesia pemain besar dalam industri dan ekspor udang. Penguatan sisi hulu dan hilir pun diperlukan untuk mewujudkan harapan tersebut.
”Harapan menjadikan Indonesia sebagai pemain besar dalam industri dan ekspor udang memerlukan kerja keras dan kesungguhan. Aspek penting dari sisi hulu dan hilir masih harus diperkuat,” kata Wakil Presiden Ma’ruf Amin saat melakukan panen udang vaname di Kawasan Tambak Budidaya Udang Berbasis Kawasan (BUBK), di Kecamatan Petanahan, Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah, Senin (26/6/2023).
Harapan menjadikan Indonesia sebagai pemain besar dalam industri dan ekspor udang memerlukan kerja keras dan kesungguhan. Aspek penting dari sisi hulu dan hilir masih harus diperkuat.
Wapres Amin menuturkan, penguatan kedua sisi ini penting sebab dalam pelaksanaannya masih ditemukan kendala di lapangan yang harus dicari solusinya bersama. Terkait hal tersebut Kawasan Tambak BUBK dinilai sebagai salah satu model percontohan untuk penguatan sistem budidaya udang dari hulu ke hilir.
”Modeling budi daya udang berbasis kawasan ini menjadi sebuah terobosan pengelolaan tambak udang terintegrasi hulu-hilir dalam satu kawasan yang terukur dan berkelanjutan. Program ini juga dapat menjadi laboratorium hidup untuk menguji strategi penguatan sisi dari hulu sampai ke hilir pengelolaan udang budidaya sehingga manfaatnya dapat dirasakan dengan optimal,” tutur Wapres Amin.
Menurut Wapres Amin, program di Kawasan Tambak BUBK ini dapat memberi hasil positif bagi negara dan masyarakat sekitar. Sebagai informasi, Kawasan Tambak BUBK Kebumen yang memiliki luas 100 hektar ini sebelumnya telah diresmikan oleh Presiden Joko Widodo pada 9 Maret 2023.
”Keberhasilan program ini akan berkontribusi pada peningkatan penerimaan devisa negara melalui ekspor, penerimaan pajak dan PAD (pendapatan asli daerah), penciptaan lapangan pekerjaan, serta kesejahteraan pembudidaya udang dan masyarakat sekitar,” ujarnya.
Dalam sambutannya, Wapres Amin juga menuturkan bahwa budidaya udang menawarkan nilai ekonomi yang potensial. Hasil ekspor udang selama kurun Januari sampai dengan April 2023 telah berkontribusi signifikan dengan porsi 32,5 persen dari total ekspor produk perikanan Indonesia.
”Indonesia saat ini juga menempati peringkat ketiga terbesar dalam ekspor udang global setelah Ekuador dan India. Namun, meskipun menempati peringkat ketiga, pangsa pasar kita masih cukup kecil, yaitu sekitar 6 persen,” katanya.
Lebih jauh, Wapres mengungkapkan bahwa peluang besar peningkatan pangsa pasar dalam industri ini sepatutnya mampu dioptimalkan. ”Jika budi daya udang berhasil, kita harapkan target ekspor komoditas udang mencapai 4,3 miliar dollar AS pada 2024 dapat terealisasikan,” kata Wapres.
Dalam kesempatan tersebut, Wapres Amin menyampaikan lima strategi untuk memajukan sektor budidaya udang. Pertama, penyederhanaan izin dan kepastian berusaha yang harus dilakukan secara sinergis antara pemangku kepentingan di pusat dan daerah.
Kedua, peningkatan kapasitas dan kualitas sumber daya manusia. Termasuk di dalamnya adalah pemberian pelatihan, pembukaan akses terhadap sumber permodalan, serta pelibatan masyarakat lokal. Ketiga, perhatian terhadap keberlanjutan ekonomi dan ekologi dalam proses pembudidayaan udang dengan menerapkan praktik budi daya yang ramah lingkungan dan berkelanjutan.
Keempat, dari sisi replikasi, Wapres menilai perlu adanya replikasi praktik baik untuk dapat diterapkan di daerah lain. Dengan demikian, kisah sukses budidaya udang dapat terus dilanjutkan di seluruh Indonesia.
”Keberhasilan modeling Kawasan Tambak BUBK di Kebumen ini diharapkan dapat menginspirasi daerah lain untuk mendorong potensi pengembangan ekonomi lokal dan peningkatan lapangan kerja. Saya juga mengharapkan rencana replikasi BUBK di Waingapu, Sumba Timur, ataupun di daerah-daerah lain dapat direalisasikan sesuai target,” tuturnya.
Kelima, Wapres Amin mengatakan, agar empat strategi tersebut dapat dilaksanakan dengan baik, diperlukan kolaborasi besar dari seluruh pemangku kepentingan terkait, mulai sistem perencanaan hingga sistem pengawasan dan evaluasinya.
”Terakhir, penguatan sinergi, kolaborasi, dan koordinasi. Pemerintah pusat, pemerintah daerah, pelaku usaha, perbankan, dan perguruan tinggi agar bekerja sama menciptakan strategi, inovasi, dan teknologi yang lebih efisien dan ramah lingkungan, serta memperkuat pengawasan untuk menjaga keberlanjutan industri ini. Berbagai komunitas, seperti pesantren dan pengusaha kecil, juga agar dilibatkan dalam pengembangan BUBK di berbagai daerah,” papar Wapres Amin.
Menteri Kelautan dan Perikanan (KKP) Sakti Wahyu Trenggono menuturkan, pihaknya berkomitmen penuh dan konsisten dalam mengimplementasikan pembangunan ekonomi biru dengan menempatkan ekologi sebagai panglima. ”Pengembangan perikanan budi daya laut, pesisir, dan tawar secara berkelanjutan merupakan salah satu dari lima program prioritas ekonomi biru KKP saat ini untuk mewujudkan pembangunan kelautan dan perikanan yang lestari dan berkelanjutan,” katanya.
Sebagai informasi, pembangunan Kawasan Tambak BUBK Kebumen ini merupakan hasil kolaborasi Kementerian Kelautan dan Perikanan bersama pemerintah daerah sebagai pemilik lahan. Tambak ini menelan biaya mencapai Rp 175 miliar yang diharapkan menjadi percontohan penerapan budidaya produk perikanan dengan manajemen modern.
Sebelumnya, Wakil Gubernur Jawa Tengah Taj Yasin Maimoen mengatakan, Jawa Tengah memiliki potensi sumber daya ikan yang sangat melimpah dengan lima komoditas ikan dengan volume panen terbesar adalah lele, nila, rumput laut, bandeng, dan udang vaname.
Pada 2022, volume panen Jawa Tengah di sektor perikanan tercatat mencapai 45.943 ton per tahun. Dari capaian tersebut, terdapat lima komoditas dengan capaian terbesar, yaitu lele sebanyak 180.753 ton per tahun, nila dengan volume panen sebanyak 106.433 ton per hektar, rumput laut sebanyak 87.429 ton per tahun, bandeng sebanyak 76.297 ton per tahun, dan udang vaname dengan volume panen sebanyak 33.404 ton per tahun.
Adapun volume panen di sektor perikanan di Kabupaten Kebumen terdata 3.359 ton per tahun, dengan volume panen udang vaname sebanyak 1.618 ton per tahun. Tambak BUBK Kebumen diharapkan dapat menjadi contoh budidaya udang modern, yang nantinya bisa direplikasi di daerah lainnya di seluruh Indonesia.
Taj Yasin menuturkan, pihaknya pun sangat senang BUBK bisa didirikan di Kebumen karena, dengan cara ini, Jawa Tengah juga dapat berkontribusi mendukung ekspor produk perikanan skala nasional. Berlokasi di lahan seluas sekitar 100 hektar, BUBK Kebumen menempati areal di dua desa di Kecamatan Petanahan dan satu desa di Kecamatan Klirong. Panen udang dari Kawasan Tambak BUBK Kebumen ditargetkan 40-60 ton per hektar per tahun.