Pemerintah terus menggenjot produksi udang dari tambak modern karena sederet kelebihannya. Namun, di sisi lain, ada fakta bahwa sebagian besar produsen udang di Indonesia merupakan petambak tradisional.
Oleh
BM LUKITA GRAHADYARINI
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pemerintah berencana memanen kembali hasil tambak budidaya udang berbasis kawasan milik Kementerian Kelautan dan Perikanan di Kebumen, Jawa Tengah. Kluster tambak udang modern dengan teknologi intensif itu tengah didorong pemerintah.
Tambak Budidaya Udang Berbasis Kawasan (BUBK) Kebumen sudah memasuki masa panen setelah resmi beroperasi pada awal Maret 2023. Panen udang direncanakan akan dihadiri Wakil Presiden Ma’ruf Amin, Senin (26/6/2023). Pembangunan BUBK Kebumen menggunakan dana APBN senilai Rp 175 miliar.
Penanggung Jawab Operasional BUBK Kebumen I Gde Budha Aduana Yasa menyatakan, budidaya udang di lokasi tersebut sudah berlangsung hampir 120 hari. Dalam prosesnya, tambak telah dua kali dipanen secara parsial pada hari ke-80 dan hari ke-100 dengan produktivitas masing-masing 14,5 ton dan 20 ton per hektar. ”Untuk panen yang akan dihadiri Bapak Wapres (Ma’ruf Amin), ada 58 petak tambak yang akan dipanen total,” ujarnya.
BUBK Kebumen diresmikan oleh Presiden Joko Widodo pada 9 Maret 2023. Pembangunannya merupakan hasil kolaborasi KKP bersama pemerintah daerah sebagai pemilik lahan.
Direktur Jenderal Perikanan Budidaya Kementerian Kelautan dan Perikanan TB Haeru Rahayu mengemukakan, BUBK Kebumen memiliki potensi lahan seluas 100 hektar. Dari jumlah itu, kluster tambak modern yang sudah beroperasi mencapai 149 petak tambak dengan luas masing-masing 1.600 meter persegi per petak atau total sekitar 23,84 hektar.
Seluruh tambak udang modern itu dikelola dengan menggunakan teknologi intensif dengan produktivitas mencapai 40 ton per hektar per siklus serta mengikuti cara budidaya udang yang baik. Produktivitas tambak udang modern itu jauh melebihi rata-rata produktivitas tambak udang tradisional yang berada di kisaran 0,6 ton per hektar.
Tambak dengan teknologi intensif memiliki ciri antara lain padat tebar tinggi, memiliki sistem pengairan yang baik, menggunakan perangkat seperti kincir dan blower, hingga susunan petak tambak dibangun teratur menggunakan terpal berkualitas tinggi.
Keberhasilan kluster tambak udang modern di Kebumen dapat menjadi pendorong geliat budidaya udang modern yang ramah lingkungan di Indonesia.
TB Haeru menambahkan, keberhasilan kluster tambak udang modern di Kebumen dapat menjadi pendorong geliat budidaya udang modern yang ramah lingkungan di Indonesia. Kegiatan budidaya di BUBK Kebumen dapat diduplikasi oleh pelaku usaha budidaya maupun pemerintah daerah.
Kluster tambak udang modern Kebumen dinilai menjadi percontohan tambak udang modern berbasis kawasan yang mengedepankan keseimbangan ekologi. Tambak itu antara lain dilengkapi tandon, petak pemeliharaan, instalasi pengolahan air limbah (IPAL), laboratorium uji kualitas air dan kesehatan ikan, gedung kantor, gudang pakan, gudang sarana produksi, dan bangunan pascapanen.
”Kami bisa menunjukkan kepada publik, pemangku kepentingan, ternyata budidaya udang selain mendatangkan keuntungan ekonomi juga peduli (aman) terhadap lingkungan,” ujar TB Haeru.
Pemerintah sedang mengejar target produksi udang nasional sebanyak 2 juta ton pada tahun 2024. Pada periode 2020-2024, nilai ekspor udang ditargetkan mencapai 4,25 miliar dollar AS atau tumbuh 250 persen. Untuk itu, setiap tahun volume ekspor udang diharapkan tumbuh 15 persen dan nilai ekspor naik 20 persen.
Berdasarkan data Kementerian Kelautan dan Perikanan, produksi udang nasional sepanjang 2022 sekitar 1,09 juta ton atau naik 15 persen dibandingkan tahun 2021 yakni 953.177 ton. Ada tiga jenis komoditas udang yang digarap, yakni udang vaname, udang windu, dan udang jerbung. Pemerintah telah menargetkan produksi udang vaname pada 2023 meningkat menjadi 1,829 juta ton serta mencapai target 2 juta ton pada 2024.
Selain di Kebumen, pemerintah melalui Kementerian Kelautan Perikanan juga merencanakan pembangunan tambak budidaya udang modern ramah lingkungan seluas 1.800 hektar di Sumba Timur, Nusa Tenggara Timur. Tambak itu ditargetkan menjadi tambak udang terintegrasi yang menghubungkan sektor hulu hingga hilir.
Menurut Presiden Jokowi, tambak udang modern di NTT sudah didesain perencanaannya dan mencontoh keberhasilan BUBK Kebumen. ”Kita harapkan itu akan menjadi sebuah kawasan yang terintegrasi, dan tambak udangnya, ada industri pakannya, ada industri turunan dari udang-udang yang dipanen,” ujar Presiden, saat peresmian BUBK Kebumen, Maret 2023.
Menurut Ketua Forum Udang Indonesia Budhi Wibowo, pembangunan tambak tradisional plus perlu didorong di sejumlah sentra produksi udang di Indonesia. Tambak udang nasional saat ini didominasi tambak-tambak tradisional. Berdasarkan data KKP, luas tambak udang tradisional mencapai 247.803 hektar atau 82,4 persen dari total luas tambak sekitar 300.000 hektar.
KKP berencana merevitalisasi tambak udang di 15 kabupaten dan kota di Indonesia dengan dukungan antara lain pengelolaan irigasi perikanan partisipatif; penyaluran sarana revitalisasi tambak, seperti kincir, pengujian hama penyakit udang, dan kualitas air; serta sosialisasi dan bimbingan teknis budidaya udang.
Hingga saat ini, pengembangan tambak tradisional plus sudah berlangsung di beberapa provinsi, seperti di Sulawesi Selatan, Sulawesi Barat, Lampung, dan Jawa Timur, kendati belum masif. ”Pembangunan tambak tradisional plus sudah dilakukan secara mandiri, tetapi belum masif,” kata Budhi, beberapa waktu lalu.