Pembangunan tambak tradisional plus perlu didorong lebih masif di sejumlah sentra produksi udang di Indonesia. Upaya ini sekaligus untuk menaikkan volume ekspor udang.
Oleh
BM LUKITA GRAHADYARINI
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pengembangan tambak tradisional plus dinilai dapat menjadi solusi untuk menggenjot produksi udang rakyat. Pemerintah telah menargetkan peningkatan produksi udang dari 850.000 ton- 900.000 ton secara tahunan menjadi 2 juta ton hingga tahun 2024.
Peningkatan produksi udang bertujuan mendorong nilai ekspor udang menjadi 4,25 miliar dollar AS atau tumbuh sebesar 250 persen hingga 2024. Pada tahun 2022, produksi udang nasional ditargetkan 1,2 juta ton.
Ketua Forum Udang Indonesia (FUI) Budhi Wibowo mengatakan, pembangunan tambak tradisional plus perlu didorong di sejumlah sentra produksi udang di Indonesia. Hingga saat ini, pengembangan tambak tradisional plus sudah berlangsung di beberapa provinsi, seperti di Sulawesi Selatan, Sulawesi Barat, Lampung, dan Jawa Timur, kendati belum masif. ”Pembangunan tambak tradisional plus sudah dilakukan secara mandiri, tetapi belum masif,” kata Budhi saat dihubungi di Jakarta, Senin (14/3/2022).
Sebagian dari tambak-tambak tradisional plus tersebut sudah mampu mencapai produksi hingga 2 ton per hektar (ha). Namun, ditemukan juga sejumlah kendala, antara lain proses pendederan benih udang (benur). Tidak semua kolam tradisional bisa digunakan untuk pendederan. Usaha pendederan di wilayah tambak tradisional juga cenderung belum optimal.
Tambak tradisional plus juga dinilai dapat menjadi solusi bagi tambak-tambak udang yang mangkrak. Akibat merebaknya penyakit udang, ditengarai sebesar 20-30 persen tambak intensif dan semi-intensif di Indonesia tidak dioperasikan oleh pemilik tambak.
Budhi menambahkan, FUI bersama Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) sedang membuat prosedur standar operasi (SOP) terkait pengembangan tambak tradisional plus agar bisa diterapkan lebih masif oleh masyarakat. SOP tersebut, antara lain, penggunaan pompa untuk pengeringan tambak pada waktu persiapan dan aerasi serta pemberian pakan tambahan ketika umur udang sudah di atas 30 hari.
Pertumbuhan volume dan nilai ekspor udang tahun 2021 itu jauh lebih rendah dibandingkan pertumbuhan pada tahun 2020, dengan volume ekspor tercatat 239.000 ton atau tumbuh 14,9 persen dan nilai ekspor sebesar 2,04 miliar dollar AS atau tumbuh 18,6 persen secara tahunan.
Berdasarkan data KKP, luas tambak udang tradisional saat ini mencapai 247.803 ha atau 82,4 persen dari total luas tambak 300.501 ha. KKP berencana merevitalisasi tambak udang di 15 kabupaten dan kota di Indonesia dengan dukungan, antara lain, pengelolaan irigasi perikanan partisipatif; penyaluran sarana revitalisasi tambak, seperti kincir, pengujian hama penyakit udang dan kualitas air; serta sosialisasi dan bimbingan teknis budidaya udang.
Tahun 2021, volume ekspor udang tercatat 250.700 ton atau hanya tumbuh 4,9 persen dibandingkan tahun 2020. Adapun nilai ekspor tercatat 2,23 miliar dollar AS atau hanya tumbuh 8,5 persen secara tahunan.
Pertumbuhan volume dan nilai ekspor udang tahun 2021 itu jauh lebih rendah dibandingkan pertumbuhan pada tahun 2020, dengan volume ekspor tercatat 239.000 ton atau tumbuh 14,9 persen dan nilai ekspor sebesar 2,04 miliar dollar AS atau tumbuh 18,6 persen secara tahunan. Pertumbuhan komoditas udang tergolong lebih baik dibandingkan komoditas perikanan lain.
Perlu sinergi
Secara terpisah, KKP menargetkan pembentukan kluster tambak udang terintegrasi (shrimp estate) di Palangkaraya, Kalimantan Tengah. Pemerintah Provinsi Kalteng akan membangun shrimp estate seluas 40 ha berupa kawasan terpadu yang terdiri dari pembenihan, tambak udang, dan unit pengolahan. Saat ini, pembangunan kluster itu dalam tahap pematangan lahan.
Kepala Stasiun Karantina Ikan, Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan Palangkaraya Miharjo mengemukakan, pihaknya tengah melakukan sinergi bersama instansi lain, seperti Bea dan Cukai, Angkasa Pura, dan PT Pelabuhan Indonesia (Pelindo), agar udang dari Palangkaraya bisa langsung diserap oleh unit pengolahan ikan (UPI) di beberapa daerah di Tanah Air.
”Kami berkomitmen mengawal program prioritas KKP dalam budidaya perikanan yang berorientasi ekspor, salah satunya kluster budidaya tambak udang di Kabupaten Sukamara, Kalteng,” ujar Miharjo dalam keterangan tertulis, Senin.
Sebelumnya, Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono menyebut ada tiga program untuk peningkatan produksi komoditas udang, yakni evaluasi tambak udang eksisting di seluruh Indonesia. Kedua, revitalisasi tambak udang tradisional agar produktivitas meningkat dari 0,6 ton per ha per tahun menjadi 2 ton per ha per tahun. Ketiga, membangun proyek percontohan tambak udang terintegrasi.
Sementara itu, untuk mendongkrak penerimaan negara bukan pajak (PNBP) di sektor perikanan, KKP menerapkan pemberlakuan sistem kontrak di zona industri perikanan mulai tahun ini. Dengan sistem kontrak, negara menargetkan PNBP di sektor perikanan tangkap tahun 2022 tembus sebesar Rp 4 triliun-Rp 6 triliun.