Dua calon emiten Bursa Efek Indonesia, yakni PT Mandiri Herindo Adiperkasa Tbk dan PT Sinergi Inti Andalan Prima Tbk, telah menetapkan kisaran harga saham dan menjelaskan tujuan penjualan saham ke publik.
Oleh
ANASTASIA JOICE TAURIS SANTI
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Dari 45 perusahaan yang akan masuk bursa, pada pekan terakhir Juni 2023 ini ada dua perusahaan yang sudah menetapkan kisaran harga sahamnya, yakni PT Mandiri Herindo Adiperkasa Tbk dan PT Sinergi Inti Andalan Prima Tbk. Dalam prospektus, keduanya menjelaskan kisaran harga dan tujuan dari penjualan saham ke publik.
PT Mandiri Herindo Adiperkasa Tbk, dalam prospektus yang dipublikasikan pada Senin (26/6/2023) menyebutkan, kisaran harga saham perdananya ada pada rentang Rp 118 per saham hingga Rp 128 per saham.
Perusahaan angkutan pertambangan tersebut akan melepaskan maksimal 4,16 miliar saham dengan nilai nominal Rp 60 per saham. Saham yang dilepas kepada publik tersebut setara dengan 25 persen dari modal ditempatkan dan disetor penuh setelah penawaran saham perdana.
Dengan demikian, potensi dana publik yang dapat dihimpun Mandiri Herindo Adiperkasa berkisar antara Rp 491 miliar dan Rp 533 miliar. Sekitar 60 persen dana penjualan saham itu akan digunakan untuk membeli armada baru berupa 100 truk senilai Rp 290 miliar. Adapun 40 persen dana lainnya akan digunakan untuk membeli 50 unit dolly dan 100 unit vessel agar dapat meningkatkan kapasitas.
Calon perusahaan tercatat lainnya, yakni PT Sinergi Inti Andalan Prima Tbk, menawarkan saham biasa sebanyaknya 1,5 miliar atau setara dengan 20 persen dari modal ditempatkan dan disetor penuh. Rentang harga penawarannya berkisar antara Rp 100 per saham dan Rp 101 per saham. Dana segar yang diincar perusahaan jasa telekomunikasi ini sekitar Rp 151,5 miliar.
Dalam kesempatan terpisah, Direktur Penilaian Perusahaan Bursa Efek Indonesia (BEI) I Gede Nyoman Yetna mengatakan, hingga 23 Juni 2023, ada 45 perusahaan yang berada dalam pipeline pencatatan di Bursa Efek Indonesia. Dari 45 perusahaan itu, 6 perusahaan di antaranya memiliki aset di bawah Rp 50 miliar, 26 perusahaan dengan aset menengah atau antara Rp 50 miliar dan Rp 250 miliar, serta 13 perusahaan dengan aset di atas Rp 250 miliar.
Hingga 23 Juni 2023, ada 45 perusahaan yang berada dalam pipeline pencatatan di Bursa Efek Indonesia.
”Hingga 23 Juni 2023 telah tercatat 44 perusahaan yang mencatatkan saham di BEI dengan dana yang dihimpun Rp 33,9 triliun,” kata Yetna.
Jika diteliti lagi, dari 44 emiten yang masuk bursa pada paruh pertama tersebut, ada beberapa emiten yang harga sahamnya melesat. PT Pelita Teknologi Global Tbk yang dicatatkan pada 8 Februari 2023, misalnya, hingga akhir Juni ini harga sahamnya naik hingga 755 persen. Harga perdana saham Pelita Teknologi Global Rp 160 per saham dan pada Senin (26/6/2023) harga sahamnya sudah mencapai Rp 1.375 per saham.
Emiten lain, yakni PT Hatten Wine Bali Tbk, mencatatkan saham pada harga Rp 129 per saham dan saat ini harga sahamnya sudah mencapai Rp 640 per saham atau naik sekitar 380 persen. Adapun saham PT Petrindo Jaya Kreasi Tbk ditawarkan dengan harga perdana Rp 220 per saham dan saat ini harganya mencapai Rp 805 per saham atau naik sekitar 265 persen.
Pada pekan ini, pasar saham hanya beroperasi dalam dua hari perdagangan. Analis Indo Premier Sekuritas, Mino, mengatakan, sentimen negatif di pasar saham yang mungkin akan berlanjut adalah penjualan saham oleh para investor asing.
Pekan lalu, investor asing membukukan penjualan bersih sebesar Rp 1,42 triliun. Adapun saham yang dilepaskan antara lain adalah saham PT Telkom Indonesia Tbk, PT Bank Central Asia Tbk, dan PT Bank BRI Tbk.
”Dengan penjualan tersebut, sejak awal tahun pembelian bersih investor asing berkurang dari Rp 13,36 triliun menjadi Rp 11,94 triliun,” kata Mino.