BEI Catat 40 Emiten Baru, 43 Calon Emiten Bersiap Masuk
Hingga Jumat (26/5/2023), Bursa Efek Indonesia mendata 43 perusahaan mencatatkan sahamnya di bursa. Sementara itu, sebanyak 43 perusahaan skala besar-kecil dari beragam latar sektor tengah bersiap masuk ke bursa.
Oleh
ANASTASIA JOICE TAURIS SANTI
·2 menit baca
KOMPAS/PRIYOMBODO
Pergerakan indeks jelang penutupan perdagangan di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Jumat (19/5/2023).
JAKARTA, KOMPAS — Bursa Efek Indonesia mencatat 43 perusahaan bersiap masuk ke bursa. Sementara itu, hingga Jumat (26/5/2023), sebanyak 40 perusahaan baru mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia. Dana yang berhasil dihimpun dari penawaran saham perdana kepada publik atau initial public offering/IPO tersebut mencapai Rp 32,7 triliun.
”Terdapat 43 perusahaan yang berada dalam pipeline pencatatan saham BEI (Bursa Efek Indonesia),” kata Direktur Bursa Efek Indonesia I Gede Nyoman Yetna, di Jakarta, Jumat (26/5/2023).
Dari perusahaan yang berminat masuk bursa tersebut, ada 13 perusahaan berskala besar dengan kepemilikan aset di atas Rp 250 miliar. Selain itu, ada 26 perusahaan berskala menengah, yakni dengan aset antara Rp 50 miliar dan Rp 250 miliar, serta empat perusahaan lainnya berskala kecil atau dengan aset di bawah Rp 50 miliar.
Jika dilihat dari sektornya, ada 8 perusahaan berasal dari sektor konsumer siklikal, 5 perusahaan dari sektor konsumer nonsiklikal, 5 perusahaan dari sektor material dasar, 5 perusahaan dari sektor properti, serta 4 perusahaan industrialis dan lainnya berasal dari sektor energi, keuangan, kesehatan, infrastruktur, teknologi, dan transportasi.
BENEDIKTUS KRISNA YOGATAMA
Kinerja Industri Pasar Modal April 2023. Sumber: Otoritas Jasa Keuangan
Pada Juni 2023 mendatang, setidaknya ada dua calon emiten baru di BEI, yaitu PT VKTR Teknologi Mobilitas Tbk dan PT Graha Mitra Asia Tbk. Data dari prospektus VKTR menyebutkan, anak usaha dari PT Bakrie and Brothers Tbk ini akan menawarkan maksimal 8,75 miliar saham. Jumlah tersebut setara dengan 20 persen dari modal yang ditempatkan dan disetor penuh. Adapun rentang harga penawaran berada pada kisaran Rp 100 dan Rp 130 per saham.
Sementara itu, perusahaan properti PT Graha Mitra Asia Tbk akan menawarkan maksimal 1,2 miliar saham atau setara dengan 20,95 persen modal. Harga penawaran berkisar di antara Rp 90 dan Rp 100 per saham.
Terancam ”delisting”
Selain emiten yang baru masuk bursa, ada pula emiten yang sudah di bursa dan terancam delisting atau dikelurkan dari pencatatan di BEI. Saham PT Sri Rejeki Isman Tbk, misalnya, disuspensi sejak 18 Mei 2021. Jika selama dua tahun saham disuspensi, saham emiten tersebut akan terancam dikeluarkan dari pencatatan.
Sri Rejeki Isman meminta waktu untuk menyelesaikan restrukturisasi dan penghentian penundaan kewajiban pembayaran utang (PKPU) sehingga sahamnya dapat kembali aktif diperdagangkan.
Dalam paparan publik secara daring akhir pekan lalu, Sri Rejeki Isman meminta waktu untuk menyelesaikan restrukturisasi dan penghentian penundaan kewajiban pembayaran utang (PKPU) sehingga sahamnya dapat kembali aktif diperdagangkan.
Direktur Sri Rejeki Welly Salam menjelaskan, sudah tidak ada lagi kasus PKPU. Saat ini Sri Rejeki tinggal menyelesaikan restrukturisasi anak usaha di Singapura dan New York. ”Karena proses hukum yang tidak dapat diprediksi, kami meminta batas waktu hingga akhir 2024,” kata Welly.