logo Kompas.id
EkonomiListrik Andal untuk Ketahanan ...
Iklan

Listrik Andal untuk Ketahanan Pangan

Listrik adalah nadi perekonomian. Listrik yang andal akan menggairahkan banyak aktivitas, mulai dari industri, pendidikan, transportasi, hingga sektor pertanian dan perikanan.

Oleh
ARIS PRASETYO
· 3 menit baca
Teknisi menyelesaikan pekerjaan rekonduktoring jalur transmisi saluran udara tekanan tinggi 150.000 volt Muara Karang - Pantai Indah kapuk di kawasan Penjaringan, Jakarta Utara, Sabtu (9/2/2019). Pekerjaan ini dilakukan untuk menambah keandalan pasokan listrik di wilayah Jakarta dan memperkuat daya hantar listrik.
KOMPAS/TOTOK WIJAYANTO

Teknisi menyelesaikan pekerjaan rekonduktoring jalur transmisi saluran udara tekanan tinggi 150.000 volt Muara Karang - Pantai Indah kapuk di kawasan Penjaringan, Jakarta Utara, Sabtu (9/2/2019). Pekerjaan ini dilakukan untuk menambah keandalan pasokan listrik di wilayah Jakarta dan memperkuat daya hantar listrik.

Berdasarkan statistik, sektor pertanian adalah penyerap tenaga kerja terbesar di Indonesia, yakni 29,4 persen, lalu diikuti sektor perdagangan dan industri. Kontribusi sektor pertanian terhadap produk domestik bruto nasional juga tak bisa disebut kecil. Pada 2021, kontribusinya tercatat 13,28 persen atau sedikit menurun dari 2020 yang adalah masa awal pandemi Covid-19, yaitu sebesar 13,7 persen. Kontribusi pada 2020 ini masih lebih besar dibandingkan dengan 2019 yang merupakan masa prapandemi. Saat itu besarnya 12,71 persen.

Bagaimana keterkaitan sektor pertanian dengan ketenagalistrikan? Elektrifikasi di sektor pertanian berperan meningkatkan produktivitas, efisiensi, dan pertanian berkelanjutan di seluruh negeri. Dengan elektrifikasi, sektor pertanian Indonesia telah mengalami transformasi yang signifikan.

Pertama-tama, akses terhadap listrik memungkinkan penggunaan pompa air listrik untuk irigasi lahan pertanian. Ini membantu petani meningkatkan produktivitas tanaman mereka dengan mengoptimalkan penggunaan air dan memastikan pasokan air yang stabil. Dengan pompa air listrik, petani tidak lagi bergantung pada irigasi tradisional yang menggunakan tenaga manusia atau hewan ataupun penggunaan bahan bakar minyak yang acap kali kurang efisien dan memakan waktu.

Dengan adanya listrik, petani dapat menggunakan alat-alat pertanian modern berbasis listrik, seperti traktor listrik dan mesin penggiling. Alat-alat ini membantu meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja, mengurangi beban kerja fisik, serta mempercepat proses produksi pertanian. Hal ini secara langsung berkontribusi pada peningkatan produksi dan kualitas hasil pertanian.

Baca juga: Pasokan Listrik Berlebih, Tambah Daya Perlu Dipermudah

Elektrifikasi juga mendukung infrastruktur pendinginan dan pengawetan pangan. Dalam usaha untuk mengurangi kerugian pascapanen yang disebabkan oleh pembusukan hasil pertanian, sistem pendingin listrik dan penyimpanan dengan suhu terkendali dapat digunakan. Ini memungkinkan petani atau nelayan menyimpan hasil panen atau tangkapan dalam kondisi optimal dan memperpanjang masa simpan. Dengan demikian, hasil panen/tangkapan dapat tetap segar saat dipasarkan, mengurangi pemborosan, dan meningkatkan nilai ekonomi.

https://cdn-assetd.kompas.id/u7UsGWPCjz0_ybboaTx3UU6anCQ=/1024x822/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2023%2F01%2F31%2Fa77c5a66-0867-47a9-bfda-1876013f008a_png.png
Iklan

Rekayasa sederhana elektrifikasi pada kebun buah naga petani terbukti berdampak positif terhadap produktivitas. Hal ini seperti dialami Ignasius Neno Naisau (55), petani buah naga di Desa Fatoin, Kecamatan Insana, Kabupaten Timor Tengah Utara, Nusa Tenggara Timur. Tanpa intervensi lampu, buah naga miliknya hanya bisa dipanen sekali dalam setahun. Namun, dengan rekayasa pemasangan lampu di kebun untuk penerangan sejak senja hingga pagi hari (menyala sekitar 12 jam), Naisau bisa panen buah naga 2-3 kali dalam enam bulan. Berat buah pun meningkat hingga tiga kali lipat.

Tak hanya buah naga, elektrifikasi juga dapat meningkatkan produktivitas pada subsektor lain, seperti budidaya udang, tanaman cabai, produksi beras, mesin pendingin perikanan tangkap, dan sistem pertanian cerdas (smart farming).

Sistem pertanian cerdas yang mampu mendeteksi kelembaban udara, tingkat keasaman tanah, hingga pemupukan organik membutuhkan dukungan infrastruktur ketenagalistrikan. Tanpa daya listrik, teknologi secanggih apa pun sulit beroperasi secara otomatis.

Baca juga: Listrik Tingkatkan Produktivitas Pertanian

Ragam praktik elektrifikasi pada sektor pertanian di beberapa daerah di Indonesia itu direkam tim Kompas bekerja sama dengan PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) dalam edisi 21 Juni, 28 Juni, dan 5 Juli 2023. Harapannya, praktik tersebut bisa menjadi contoh meningkatkan efisiensi dan produktivitas di sektor pertanian.

Petani lahan pasir menyirami bawang yang mereka tanam, di Desa Srigading, Kecamatan Sanden, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, Senin (19/6/2023). Air diperoleh lewat pompa yang digerakkan oleh energi listrik dari PLN. Penggunaan energi listrik memangkas ongkos produksi pertanian paling banyak, yaitu penyiraman. Kini, petani cukup membayar sekitar 10 persennya saja dari biaya yang dikeluarkan sebelumnya sewaktu pompa air digerakkan menggunakan BBM.
KOMPAS/NINO CITRA ANUGRAHANTO

Petani lahan pasir menyirami bawang yang mereka tanam, di Desa Srigading, Kecamatan Sanden, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, Senin (19/6/2023). Air diperoleh lewat pompa yang digerakkan oleh energi listrik dari PLN. Penggunaan energi listrik memangkas ongkos produksi pertanian paling banyak, yaitu penyiraman. Kini, petani cukup membayar sekitar 10 persennya saja dari biaya yang dikeluarkan sebelumnya sewaktu pompa air digerakkan menggunakan BBM.

Pekerjaan rumah

Namun, masih ada sejumlah tantangan elektrifikasi untuk menopang sektor pertanian dalam mendukung program ketahanan pangan Indonesia. Hingga Januari 2023, rasio elektrifikasi nasional sebesar 99,6 persen, sedangkan rasio desa berlistrik sebesar 99,76 persen. Berdasarkan data Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, masih ada 199 desa di Indonesia yang sama sekali belum berlistrik. Padahal, daerah perdesaan atau rural adalah daerah yang kerap menjadi sentra pertanian dan perkebunan.

Tantangan lain adalah bagaimana menaikkan konsumsi listrik per kapita di Indonesia. Sampai Januari 2023, konsumsi listrik per kapita Indonesia 1.173 kilowatt jam (kWh) atau masih jauh di bawah ambisi 4.000 kWh per kapita sebagai indikator konsumsi listrik per kapita negara maju.

Listrik adalah nadi perekonomian. Listrik yang andal akan menggairahkan banyak aktivitas, mulai dari industri, pendidikan, transportasi, hingga sektor pertanian dan perikanan. Tugas pemerintah adalah bagaimana memasok listrik yang andal, terjangkau, dan ramah lingkungan untuk rakyatnya.

Baca juga: Anjungan Listrik Mandiri Beroperasi, Biaya Operasional Nelayan Kalsel Tereduksi

Editor:
ARIS PRASETYO
Bagikan
Logo Kompas
Logo iosLogo android
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 8062 6699
Layanan Pelanggan
Kompas Kring
+6221 2567 6000