Anjungan Listrik Mandiri Beroperasi, Biaya Operasional Nelayan Kalsel Tereduksi
Anjungan listrik mandiri ”docking station” kapal pertama di Kalimantan Selatan mulai beroperasi. Pengoperasiannya menunjang sektor perikanan dan kelautan karena mampu mereduksi biaya operasional nelayan untuk listrik.
Oleh
JUMARTO YULIANUS
·5 menit baca
BANJARMASIN, KOMPAS — Anjungan Listrik Mandiri docking station kapal pertama di Kalimantan Selatan mulai beroperasi secara resmi pada Jumat (24/6/2022) malam. Pengoperasiannya sangat menunjang sektor perikanan dan kelautan di Kalsel karena mampu menekan biaya operasional nelayan dalam aktivitas bongkar muat hasil laut di pelabuhan perikanan.
Sebanyak dua boks anjungan listrik mandiri (alma) berkapasitas masing-masing 3 x 5.500 volt-ampere (VA) dan 2 x 5.500 VA dipasang di Pelabuhan Perikanan Banjarmasin. Sejak Jumat malam, kapal-kapal nelayan yang mendaratkan ikan di pelabuhan tersebut sudah bisa memanfaatkan alma untuk menyalakan lampu dan peralatan elektronik saat melakukan kegiatan bongkar muat hasil laut.
Juhaidi (39), juragan kapal KMN Harapan 04 menuturkan, pemasangan alma di Pelabuhan Perikanan Banjarmasin sangat bermanfaat bagi nelayan. Sebab, kapal-kapal nelayan yang sandar sangat membutuhkan pasokan listrik untuk menyalakan lampu kapal, mengecas telepon seluler, serta menghidupkan peralatan elektronik.
”Dibandingkan dengan pakai genset, pakai alma ternyata jauh lebih nyaman karena tidak bising, aliran listriknya stabil, dan tentu saja lebih ekonomis,” ujarnya.
Sebagai perbandingan, Juhaidi biasanya menghabiskan delapan liter solar untuk menyalakan genset satu malam saat bongkar muatan hasil laut di Pelabuhan Perikanan Banjarmasin. Harga solar di kios pengecer paling murah Rp 6.000 per liter sehingga ia harus mengeluarkan sekitar Rp 50.000 setiap malam untuk bahan bakar genset.
”Kalau pakai alma, kami cuma membayar Rp 35.000 per malam kepada pengelola. Pengeluaran untuk listrik pun jadi lebih irit,” kata juragan kapal, yang rata-rata dua kali bongkar muat di Pelabuhan Perikanan Banjarmasin setiap bulan itu.
Menurut Sekretaris Persatuan Agen Penyalur Ikan (PAPI) Kalsel Priyadi Jaya, alma tidak hanya membantu para nelayan, tetapi juga sangat membantu para pelaku usaha perikanan yang bertransaksi di Pelabuhan Perikanan Banjarmasin. Dengan pasokan energi listrik dari alma, biaya operasional untuk listrik di pelabuhan bisa tereduksi atau sangat berkurang.
”Kami yang biasanya menggunakan genset dengan bahan bakar pertalite bisa mengeluarkan Rp 100.000 per malam. Dengan alma, kami bisa menghemat biaya operasional untuk listrik hampir 70 persen karena cuma membayar Rp 35.000 per malam,” katanya.
Saat kapal masuk ke Pelabuhan Perikanan Banjarmasin, lanjut Jaya, biasanya perlu waktu dua sampai lima malam untuk menjual ikan sampai habis. Terlebih lagi, saat musim ikan dan banyak kapal mengantre untuk bongkar muatan, waktu tunggu di pelabuhan bisa lebih lama.
”Kalau sampai lima malam di pelabuhan, kami harus mengeluarkan Rp 500.000 untuk operasional listrik. Dengan pakai alma, kami cuma keluar uang Rp 175.000 untuk lima malam. Jadi, jauh lebih hemat,” ujarnya.
Dibandingkan dengan pakai genset, pakai alma ternyata jauh lebih nyaman karena tidak bising, aliran listriknya stabil dan tentu saja lebih ekonomis.
Jaya mengatakan, berkurangnya biaya operasional untuk listrik akan menambah penghasilan nelayan dan pemilik kapal. Sebab, semua hasil penjualan ikan akan dibagi 50:50 antara pemilik kapal dan nelayan atau anak buah kapal (ABK) setelah dipotong biaya listrik dan biaya lainnya. Kalau penghasilannya Rp 20 juta, Rp 10 juta buat pemilik kapal dan Rp 10 juta buat ABK.
”Kami dari PAPI Kalsel sudah lama menantikan penerangan listrik yang memadai di Pelabuhan Perikanan Banjarmasin. Alhamdulillah, PLN (Perusahaan Listrik Negara) bersama Pemerintah Provinsi Kalsel akhirnya bisa menghadirkan alma untuk menunjang kegiatan kami,” katanya.
Transisi energi
General Manager PT PLN (Persero) Unit Induk Wilayah Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah (UIW Kalselteng) Tonny Bellamy mengatakan, pendirian alma merupakan bentuk konkret pelaksanaan program electrifying marine dari PLN. Tujuannya, untuk menjawab kebutuhan pelaku usaha di bidang kelautan dan perikanan guna memenuhi kebutuhan layanan listrik temporer, seperti penerangan kapal, cold storage, serta kebutuhan listrik lainnya di lokasi dermaga, pelabuhan, hingga tempat pelelangan ikan.
”Implementasi alma menjadi inovasi PLN, yang merupakan wujud dari transformasi pilar customer focus (fokus pada pelanggan) dan inovatif guna meningkatkan pelayanan listrik yang lebih mudah, terjangkau, dan andal,” katanya.
PLN optimistis kehadiran alma di Pelabuhan Perikanan Banjarmasin dapat menjadi pionir transisi energi, khususnya pada sektor transportasi laut dan perikanan. Dengan total daya terpasang sebesar 27.500 VA, diharapkan alma dapat memenuhi kebutuhan para pelaku usaha di pelabuhan atupun dermaga untuk mengakses layanan listrik serta menggantikan genset berbahan bakar fosil.
”Masa depan menuntut penggunaan energi yang ramah lingkungan. Energi yang bersifat fosil lambat laun akan tersisih dan digantikan dengan energi hijau yang efisien dan ramah lingkungan sesuai dengan program Borneo Green Environment dari Bapak Gubernur Kalsel (Sahbirin Noor),” kata Tonny.
Menurut Tonny, alma memiliki sejumlah kelebihan, antara lain tidak menimbulkan polusi udara dan polusi suara, aliran listrik lebih stabil, serta lebih efisien. Jika dibandingkan dengan penggunaan genset berbahan bakar solar, penggunaan alma lebih hemat biaya sekitar 30-40 persen. ”PLN berkomitmen untuk selalu mendukung kegiatan ekonomi dengan menghadirkan alma sebagai pemenuhan energi listrik yang ramah lingkungan dan efisien,” ujarnya.
Sangat prima
Tonny juga menyampaikan bahwa kondisi sistem kelistrikan PLN UIW Kalselteng saat ini sangat prima karena sudah terinterkoneksi dengan Kalimantan Timur dan Kalimantan Utara. Sistem kelistrikan Barito-Mahakam atau sistem Kalimantan memiliki cadangan listrik lebih kurang 475 megawatt (MW).
”Kami pastikan bahwa listrik di Kalimantan andal, sudah surplus, dan tidak akan terjadi defisit. Kesiapan PLN dalam melayani kebutuhan listrik ini diharapkan jadi daya tarik bagi investor untuk berinvestasi di Kalsel guna meningkatkan dan mendorong perekonomian Kalsel,” katanya.
Gubernur Kalsel Sahbirin Noor dalam sambutan tertulis yang disampaikan Asisten II Bidang Perekonomian dan Pembangunan Sekretariat Daerah Provinsi Kalsel Syaiful Azhari mengapresiasi pelayanan prima PLN UIW Kalselteng, terlebih karena telah membangun alma docking station kapal pertama di Kalsel.
”Semoga kehadiran alma ini dapat memberikan manfaat bagi masyarakat, khususnya bagi para pemilik kapal yang bersandar dan melakukan aktivitas bongkar muat di Pelabuhan Perikanan Banjarmasin,” katanya.
Menurut Sahbirin, kehadiran alma docking station memang patut diapresiasi karena alma dibangun dengan semangat untuk mengurangi polusi, go green, dan mendukung program Borneo Green Environment. Kehadiran alma dapat menghemat pemakaian bahan bakar minyak serta dapat membuat aktivitas bongkar muat di pelabuhan lebih ramah lingkungan dan lebih efisien.
”Kehadiran alma ini juga merupakan wujud sinergisitas dan kolaborasi dalam pelaksanaan pembangunan di Kalsel. Mudah-mudahan alma docking station yang pertama ini menjadi embrio untuk pembangunan alma lainnya di Kalsel,” katanya.