Listrik Menyala 24 Jam, Kado Manis Akhir Tahun bagi Enam Desa di Kalsel
Enam desa di sekitar Waduk Riam Kanan, Kalimantan Selatan, mulai menikmati nyala listrik 24 jam setelah bertahun-tahun listrik hanya menyala pada malam hari. Hal itu diharapkan mendorong pertumbuhan ekonomi lokal.
Oleh
JUMARTO YULIANUS
·5 menit baca
BANJARBARU, KOMPAS — Enam desa di sekitar Waduk Riam Kanan, Kalimantan Selatan, mulai menikmati nyala listrik selama 24 jam setelah bertahun-tahun lamanya listrik hanya menyala pada malam hari. Penyalaan listrik 24 jam itu menjadi kado manis di akhir tahun 2021 serta diharapkan mendorong pertumbuhan ekonomi warga dan perkembangan wilayah desa.
Peresmian penyalaan listrik 24 jam di enam desa yang terletak di sekitar Waduk Riam Kanan, Kecamatan Aranio, Kabupaten Banjar dilakukan secara simbolis bersamaan dengan peresmian Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU) terbesar di Kalimantan, di Kota Banjarbaru, Kamis (30/12/2021).
Keenam desa yang mulai menikmati nyala listrik 24 jam, yaitu Desa Apuai, Artain, Belangian, Benua Riam, Kalaan, dan Paau. Acara peresmian penyalaan listrik 24 jam di Banjarbaru turut dihadiri Gubernur Kalsel Sahbirin Noor, Ketua DPRD Kalsel Supian HK, dan para kepala desa dari enam desa tersebut.
Sekarang terbukti lagi bahwa PLN telah memberikan kelistrikan dan penerangan ke desa-desa yang ada di ujung-ujung Banua (Kalsel)
Kepala Desa Artain, Asmadi yang mewakili para kepala desa untuk memberikan testimoni, mengatakan, penyalaan listrik 24 jam menjadi kado manis akhir tahun 2021 bagi warga di enam desa. Sebelumnya, warga hanya bisa menikmati listrik pada malam hari karena listrik baru menyala pada sore hari dan padam pada pagi hari.
”Kami mengucapkan terima kasih kepada PLN karena pada tahun ini bisa menyambung jaringan listrik ke desa-desa kami,” katanya.
Penyalaan listrik 24 jam itu, ujar Asmadi, akan menghidupkan kegiatan masyarakat dan kegiatan pemerintahan desa. ”Kami tentunya bisa bekerja dengan nyaman pada siang hari. Tidak ada kendala lagi bekerja pakai komputer untuk memasukkan data-data, yang sekarang sistemnya sudah online (daring) semua,” tuturnya.
Menurut Asmadi, warga di desanya juga terlihat bersemangat mengembangkan usaha rumah tangga karena listrik sudah menyala siang dan malam. Sebagian di antaranya mulai menambah ataupun mengganti peralatan elektronik, seperti kulkas dan mesin cuci untuk menunjang kegiatan usahanya. ”Penyalaan listrik 24 jam itu benar-benar menghidupkan perekonomian warga,” katanya.
General Manager PT PLN (Persero) Unit Induk Wilayah Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah (UIW Kalselteng) Tonny Bellamy mengatakan, penyalaan listrik 24 jam menjadi sejarah bagi enam desa di Aranio. Desa-desa yang sebelumnya terisolasi sekarang sudah tersambung jaringan listrik sehingga sekitar 600 pelanggan di sana bisa menikmati listrik 24 jam.
”Tentunya ini berkat dukungan gubernur dan jajaran forum koordinasi pimpinan daerah, wali kota dan bupati, serta semua pemangku kepentingan masyarakat yang telah bersinergi dan memberikan dukungan penuh kepada kami, sehingga kami dapat mewujudkan keadilan energi hingga pelosok negeri, khususnya di provinsi Kalimantan Selatan,” katanya.
Tidak mudah
Menurut Tonny, upaya membangun jaringan listrik ke enam desa tersebut tidaklah mudah karena kondisi alam yang berbukit-bukit di sekitar Waduk Riam Kanan. PLN Kalselteng harus membangun jaringan sirkuit sepanjang 16 kilometer untuk menyambungkan listrik ke enam desa tersebut, sekaligus menghentikan operasional Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) Benua Riam.
”Penghentian operasional PLTD Benua Riam bertujuan untuk menekan biaya produksi sehingga lebih efisien, serta mendukung komitmen pemerintah untuk mencapai Nationally Determined Contribution (NDC) pada 2030 dan net zero emission atau emisi nol pada tahun 2060,” katanya.
Tonny mengatakan, kehadiran listrik 24 jam tidak hanya dalam rangka memenuhi kebutuhan masyarakat akan energi listrik, akan tetapi jauh lebih penting adalah mendorong pertumbuhan ekonomi dan perkembangan wilayah, khususnya di Kalsel. ”Kami berharap dengan adanya listrik di rumah-rumah selama 24 jam, warga dapat meningkatkan produktivitas,” ujarnya.
Saat ini, menurut Tonny, rasio elektrifikasi di Kalsel sudah mencapai 99,10 persen. PLN Kalselteng juga dalam posisi surplus energi listrik. Daya yang terpasang pada sistem kelistrikan Kalselteng sebesar 1.679 Megawatt (MW), sedangkan beban puncaknya hanya 1.233 MW, sehingga masih ada surplus daya sebesar 400-500 MW. ”Target kami dalam 1-2 tahun ke depan, rasio elektrifikasi di Kalsel bisa mencapai 100 persen. Semua desa sudah berlistrik,” katanya.
Gubernur Kalsel Sahbirin Noor berterima kasih kepada PLN Kalselteng yang terus meningkatkan pelayanannya bagi masyarakat Kalsel, terkhusus dengan memperluas jangkauan distribusi energi listrik di Kalsel. Ia berharap semua masyarakat Kalsel bisa terlayani dengan pasokan listrik yang cukup dan keterjangkauan pelayanan hingga ke pelosok perdesaan.
”Sekarang terbukti lagi bahwa PLN telah memberikan kelistrikan dan penerangan ke desa-desa yang ada di ujung-ujung Banua (Kalsel),” katanya.
Kebutuhan dasar
Menurut Sahbirin, energi listrik merupakan kebutuhan dasar yang diperlukan oleh manusia di mana pun mereka berada. Terlebih di era modern sekarang ini, banyak sekali kebutuhan hidup yang ditentukan oleh ketersediaan energi listrik. Tak hanya hanya di wilayah perkotaan dan perkantoran, tetapi juga di wilayah-wilayah perdesaan.
”Kami bersyukur karena saat ini rasio elektrifikasi di Kalsel sudah mencapai 99 persen. Ini sebuah angka yang sungguh luar biasa. Kami berharap dalam waktu 1-2 tahun ke depan, rasio elektrifikasi di Kalsel bisa mencapai 100 persen. Dengan kata lain, kami ingin seluruh masyarakat Kalsel bisa menikmati pasokan listrik secara maksimal meski berada di wilayah terpencil sekalipun,” tuturnya.
Sahbirin mengatakan, daya saing suatu daerah juga ditentukan oleh kemampuan pasokan listrik, khususnya daya saing di sektor investasi dan produksi. Kalsel berupaya terus bergerak maju untuk menjadi daerah yang memiliki daya saing yang kuat, apalagi menyongsong perpindahan ibu kota negara dan perkembangan food estate di Kalimantan.
”Pasokan energi listrik yang cukup tentunya akan mendorong perkembangan ekonomi, proses produksi, dan sekaligus meningkatkan mutu kehidupan masyarakat. Energi listrik tak hanya menjadi sumber penerangan, tetapi juga menjadi sumber kemakmuran dan kesejahteraan,” katanya.