Prangko dan pangan mengisahkan jejak satu abad dan perkembangan metrologi legal Indonesia. Metrologi membantu setiap kelas masyarakat di berbagai sektor kehidupan tanpa pandang bulu.
Oleh
Hendriyo Widi
·4 menit baca
Tahun ini, metrologi legal di Indonesia telah berusia seabad. Jejak ilmu tentang ukuran, timbangan, dan takaran itu masih lestari hingga kini. Beberapa ”potret” perjalanannya terpatri dalam prangko dan pangan.
Pada 20 Mei lalu, dunia merayakan Hari Metrologi Dunia. Usianya kini mengginjak 148 tahun atau hampir satu setengah abad. Kelahirannya ditandai dengan penandatanganan Konvensi Meter pada 20 Mei 1875 oleh perwakilan dari 17 negara. Konvensi tersebut penting untuk menciptakan keseragaman dan harmonisasi pengukuran di seluruh dunia.
Di Indonesia, sejarah metrologi legal dimulai pada 1923 dengan diundangkannya Ordonansi Tera (Ijkordonnastie) Staatsblad No 57. Langkah itu dibarengi pembentukan Dienst van het Ijkwezen atau Djawatan Tera. Institusi Pemerintah Hindia Belanda itu merupakan cikal bakal Direktorat Metrologi saat ini.
Untuk mengabadikan seabad perjalanan metrologi Indonesia, PT Pos Indonesia (Persero) meluncurkan seri prangko seabad metrologi legal di Indonesia, Selasa (23/5/2023). Prangko tersebut bergambar timbangan surat tahun 1930, prototipe nasional meter tahun 1934, dan prototipe nasional kilogram tahun 1939.
Timbangan surat merupakan timbangan pos antik dari zaman Hindia Belłanda yang digunakan sejak 1930. Timbangan itu berfungsi untuk menimbang berat dokumen, surat, atau benda-benda pos ringan berkapasitas maksimal 1 kilogram.
Prototipe Nasional Meter merupakan standar panjang yang dibuat sebagai ukuran garis penampang lintang berbentuk ”x” sehingga kerap disebut sebagai ”eks meter”. Prototipe yang berasal dari Belanda itu menjadi basis berbagai alat ukur panjang, antara lain jangka sorong, mikrometer sekrup, meteran pita, roll meter, bahkan penggaris.
Adapun Prototipe Nasional Kilogram merupakan standar massa dan berat. Prototipe berkode K46 itu dibeli dari Biro Internasional Ukuran dan Timbangan (Bureu International des Poids et Measures/BIPM) pada 1938. Prototipe itu menjadi dasar berbagai alat ukur massa dan berat, antara lain neraca lengan gantung dan sama lengan, timbangan analog (termasuk timbangan kodok, datar, dan badan), serta neraca ohauss dan pegas.
Melalui seri prangko seabad metrologi indonesia, Pos Indonesia tidak sekadar menyasar para kolektor prangko. Perusahaan milik negara yang pada 26 Agustus 2023 berusia 277 tahun itu juga ingin mengedukasi tentang metrologi yang bermanfaat bagi kepentingan umum dan kebenaran pengukuran di berbagai sektor kehidupan di Indonesia.
Manfaat metrologi legal tersebut menjangkau setiap lapisan masyarakat. Tanpa pandang bulu, metrologi membantu perdagangan-bisnis pengusaha besar, menengah, dan kecil. Metrologi juga membantu pengembangan pendidikan; kesehatan, termasuk takaran obat-obatan; serta infrastruktur dan konstruksi.
Metrologi juga turut andil menopang ketahanan dan inovasi pangan, baik mentah maupun olahan. Hal itu mulai dari takaran pemupukan, penimbangan hasil panen dan transaksi dagang pangan, serta kandungan bahan baku dan gizi makanan-minuman olahan.
Metrologi juga turut andil menopang ketahanan dan inovasi pangan, baik mentah maupun olahan. Hal itu mulai dari takaran pemupukan, penimbangan hasil panen dan transaksi dagang pangan, serta kandungan bahan baku dan gizi makanan-minuman olahan.
Pada tahun ini, peringatan Hari Metrologi Dunia dan Seabad Metrologi Legal Indonesia mengambil tema yang kurang lebih sama. Dunia mengusung ”Metrologi Mendukung Sistem Pangan Global”, sedangkan Indonesia fokus pada ”Metrologi Mendukung Ketahanan Pangan Nasional”.
Wakil Menteri Perdagangan Jerry Sambuaga mengatakan, dalam konteks ketahanan pangan, metrologi memberikan kerangka regulasi, baik standar maupun persyaratan teknis yang diperlukan untuk memastikan kualitas dan keamanan produk pangan. Kerangka regulasi itu antara lain mencakup standar produksi, penyimpanan, distribusi, dan perdagangan sesuai persyaratan yang ditetapkan, penggunaan alat ukur, alat takar, dan alat timbang.
”Kita bisa mengelola pangan beserta perdagangannya karena ada standar dan tolok ukur yang sesuai,” katanya dalam seminar hibrida peringatan Hari Pangan Dunia dan Seabad Metrologi Legal Indonesia bertajuk ”Metrologi Mendukung Ketahanan Pangan” di Jakarta, Selasa (23/5/2023).
Pelaksana Tugas Direktur Jenderal Perlindungan Konsumen dan Tertib Niaga Kementerian Perdagangan Moga Simatupang mencontohkan, dalam proses produksi, metrologi digunakan untuk mengukur dan memantau berbagai parameter yang memengaruhi kualitas dan keamanan pangan. Beberapa parameter itu seperti kadar air, derajat keasaman (pH), kandungan gizi, kontaminan, residu pestisida, dan mikroba patogenik.
”Pengukuran itu guna memastikan pemenuhan regulasi, konsistensi produk, masa simpan, dan cita rasa. Pengukuran yang akurat dan terpercaya sangat penting untuk memastikan produk pangan memenuhi standar keamanan dan kualitas yang diterapkan,” kata Moga.
Pengukuran yang akurat dan terpercaya sangat penting untuk memastikan produk pangan memenuhi standar keamanan dan kualitas yang diterapkan.
Sementara itu, Kepala Badan Standardisasi Nasional (BSN) Kukuh S Achmad menuturkan, BSN berperan penting memastikan kompetensi laboratorium-laboratorium penguji hasil pertanian dan pangan olahan. Banyak parameter yang harus dipastikan validitasnya.
Parameter itu tidak hanya menyangkut fisika, tetapi juga biologi, cemaran mikroba, dan kontaminasi bahan kimia. Semua itu dipastikan dengan pengembangan laboratorium Standar Nasional Satuan Ukuran (SNSU). ”Hal itu untuk memastikan semua pengukuran, baik berat, suhu, dan dimensi, kandungan kadar suatu zat, dapat tertelusur secara persyaratan internasional,” tuturnya.
Upaya tersebut, kata Kukuh, termasuk pula penentuan standar kadar dan komposisi produk-produk penopang pangan. Pupuk, misalnya, harus dipastikan kualitasnya melalui laboratorium-laboratorium yang kompeten.
Alat ukur, timbang, dan takar, termasuk yang digunakan di sektor pangan, akan ditera secara berkala. Hal itu guna memastikan akurasi sekaligus perlindungan produsen dan konsumen pangan, serta keamanan pangan.
Parameter itu tidak hanya menyangkut fisika, tetapi juga biologi, cemaran mikroba, dan kontaminasi bahan kimia.
Pada 2022, Organisasi Pengembangan Industri Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNIDO) menempatkan infrastruktur mutu Indonesia pada peringkat ke-34 dari 137 negara yang disurvei. Di tingkat ASEAN dan Forum Kerja Sama Ekonomi Asia Pasifik (APEC), Indonesia berada di peringkat ke-2 dan ke-10.
Survei UNIDO tersebut mencakup 36 indikator dari lima elemen. Elemen metrologi sebanyak sembilan indikator, standardisasi tujuh indikator, penilaian kesesuaian lima indikator, akreditasi empat indikator, dan kebijakan 11 indikator.
Prangko dan pangan menyibak berbagai protret jejak metrologi yang terus berkembang hingga kini. Sebaliknya, di balik sebuah timbangan, kisah keamanan dan ketahanan pangan Nusantara terus bergulir dari lahan, pabrik, pasar tradisional dan modern, toko-toko kelontong dan rumahan, hingga ke konsumen.