Harga Pangan Menuju Keseimbangan Baru
Proses pembentukan harga baru sejumlah pangan pokok tengah terjadi di dalam negeri. Hal itu terjadi ketika sebagian besar masyarakat tengah memulihkan pendapatan akibat dampak pandemi Covid-19 dan kenaikan harga BBM.

Pedagang beras menunggu pembeli di Pasar Grogol, Jakarta Barat, Rabu (3/5/2023).
Harga sejumlah bahan pangan pokok tengah menuju keseimbangan baru. Pembentukan harga baru akan lebih tinggi daripada harga sebelumnya. Situasi itu membuat pemerintah dihadapkan pada dilema menjaga keseimbangan harga pangan di tingkat produsen dan konsumen.
Jika harga pangan naik, beban konsumen bakal semakin berat karena masih ada kelompok masyarakat yang daya belinya belum benar-benar pulih. Sebaliknya, jika harga pangan tidak naik, produsenlah yang terbebani karena biaya produksi sudah naik.
Minyak goreng mengawali entakan kenaikan harga pada Februari 2022. Buntutnya, Kementerian Perdagangan mengubah harga eceran tertinggi (HET) minyak goreng curah dari Rp 11.500 per liter menjadi Rp 14.000 per liter. Hingga kini, HET itu masih berlaku.
Pada Oktober 2022, giliran harga beras yang naik. Badan Pangan Nasional (NFA) mencatat, beras medium yang pada Mei 2022 bisa diperoleh dengan harga rata-rata Rp 10.770 per kilogram, pada 20 Mei 2023 telah naik menjadi Rp 11.880 per kg.
NFA juga telah menaikkan HET beras medium menjadi Rp 10.900-Rp 11.900 per kg bergantung zonasi pada Maret 2023. Selain beras, harga gabah kering panen (GKP) di tingkat petani ditetapkan Rp 5.000 per kg. Sebelumnya, HET beras medium Rp 9.450 per kg dan harga GKP di tingkat petani Rp 4.200 per kg.
Jika harga pangan naik, beban konsumen bakal semakin berat karena masih ada kelompok masyarakat yang daya belinya belum benar-benar pulih. Sebaliknya, jika harga pangan tidak naik, produsenlah yang terbebani karena biaya produksi sudah naik.

Dalam waktu dekat ini, NFA juga akan membuat harga acuan pembelian dan penjualan gula di tingkat petani dan konsumen. Upaya itu dilakukan lantaran harga gula konsumsi terus merangkak naik dari rata-rata Rp 13.880 per kg pada Januari 2023 menjadi Rp 14.420 per kg per 20 Mei 2023.
Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia (APTRI) telah mengusulkan harga pokok penjualan (HPP) gula petani Rp 15.014 per kg. HPP itu lebih tinggi dari usulan tahun lalu yang sebesar Rp 12.000 per kg dan HPP yang ditetapkan pemerintah Rp 11.500 per kg. Usulan HPP itu lebih tinggi lantaran biaya pokok produksi meningkat seiring lonjakan harga pupuk serta kenaikan harga bahan bakar minyak dan biaya tebang-angkut tebu.
”Saat ini, kami masih menanti keputusan pemerintah tentang HPP baru. HPP tersebut perlu segera ditetapkan agar harga gula petani tidak anjlok pada musim giling tebu yang tengah berlangsung,” kata Ketua Umum Dewan Pimpinan Nasional APTRI Soemitro Samadikoen, Sabtu (20/5/2023).
Saat ini, kami masih menanti keputusan pemerintah tentang HPP baru. HPP tersebut perlu segera ditetapkan agar harga gula petani tidak anjlok pada musim giling tebu yang tengah berlangsung.
Baca juga: APTRI Usulkan HPP Gula 2023 Rp 15.014 Per Kilogram

Pedagang menyiapkan telur ayam negeri pesanan pelanggan di Pasar Senen, Jakarta Pusat, Senin (15/5/2023). Saat ini harga telur ayam di tempat itu berkisar Rp 32.000 per kilogram, naik terus secara bertahap. Padahal, saat Lebaran lalu, harganya hanya Rp 27.000 per kg.
Selain gula, harga telur ayam ras juga terus naik sejak Februari 2023. Per 20 Mei 2023, harga rata-rata nasional telur ayam ras Rp 29.390 per kg. Harga telur tersebut lebih tinggi dibandingkan harga rata-rata pada Mei 2020 yang sebesar Rp 26.870 per kg.
Kenaikannya disebabkan oleh kenaikan harga pakan dan tingginya permintaan. Tingginya permintaan telur itu dipicu oleh program bantuan sosial bagi 1,4 juta keluarga risiko stunting yang digulirkan pemerintah pada April, Mei, dan Juni 2023.
Berdasarkan data NFA, per 18 Mei 2023, penyaluran tahap pertama bantuan pangan telur dan daging ayam mencapai 995.000 paket atau 69 persen. Penyaluran telah dilakukan di tingkat provinsi, yaitu Banten sebanyak 51.000 paket (79 persen), Jawa Barat 338.000 paket (82 persen), Jawa Tengah 308.000 paket (95 pesen), Jawa Timur 252.000 paket (67 persen), serta Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Barat, dan Sumatera Utara dengan 46.000 paket (33 persen).
”Selain untuk menurunkan angka stunting, bansos itu juga bertujuan menekan lonjakan harga telur dan daging ayam di tingkat konsumen agar inflasi terkendali,” kata Kepala NFA Arief Prasetyo Adi melalui siaran pers, Jumat (19/5/2023).
Baca juga: Permintaan dan Populasi Ayam Petelur di Blitar yang Tak Normal Picu Harga Telur Tinggi

Bahan pangan impor, seperti kedelai, gula mentah, dan gandum, juga lebih tinggi dibandingkan tahun lalu. Kedelai impor, misalnya, harga rata-rata nasional bahan baku tahu-tempe itu per 20 Mei 2023 Rp 13. 820 per kg. Angka itu telah turun dari harga awal tahun yang Rp 14.910 per kg. Namun, harganya masih lebih tinggi dibandingkan Januari dan Mei 2022 yang masing-masing sebesar Rp 11.980 per kg dan Rp 13.520 per kg.
Daya beli
Kepala Badan Kebijakan Perdagangan (BKPerdag) Kementerian Perdagangan Kasan Muhri menuturkan, harga komoditas global pada tahun ini cenderung turun, tetapi masih lebih tinggi dibandingkan sebelum pandemi Covid-19. Namun, salah satu komoditas global, yakni gula mentah, harganya naik hampir dua kali lipat akibat berkurangnya pasokan dari India dan Brasil.
Kemendag bersama NFA terus memonitor pergerakan harga komoditas tersebut. Ia optimistis harga gula mentah dunia berangsur turun seiring dengan tambahan pasokan. ”Kita justru beruntung karena (kenaikan harga gula itu terjadi saat) memasuki musim giling tebu pada Mei-Oktober 2023. Hal ini diharapkan dapat meredam kenaikan harga gula di dalam negeri,” tuturnya dalam Diseminasi Hasil Analisis BKPerdag Kementerian Perdagangan 2023 pada 17 Mei.
Ketua Umum Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia (Gapmmi) Adhi S Lukman mengaku, kenaikan harga gula mentah dunia menyebabkan harga gula rafinasi naik dari Rp 8.000-Rp 9.000 per kg menjadi Rp 11.000-Rp 12.000 per kg. Jika berlangsung lama, kenaikan harga bahan baku ini akan berdampak pada kenaikan harga makanan-minuman olahan.
Harga komoditas global pada tahun ini cenderung turun, tetapi masih lebih tinggi dibandingkan sebelum pandemi Covid-19. Namun, salah satu komoditas global, yakni gula, mentah, harganya justru naik hampir dua kali lipat.
Baca juga: Mewaspadai ”Sugarflation”

Badut mickey mouse berjalan gontai menunggu belas kasihan pengguna jalan di Jalan MT Haryono, Jakarta, Rabu (8/7/2020). Hasil kajian sejumlah lembaga memproyeksikan ledakan pengangguran.
Ia mencontohkan, harga sirop dengan kandungan gula 35 persen diperkirakan naik 7 persen. Namun, saat ini sebagian besar pelaku usaha dan industri makanan-minuman belum menaikkan harga lantaran mempertimbangkan daya beli masyarakat.
Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics Indonesia Mohammad Faisal, Jumat, mengatakan, kenaikan harga pangan akibat faktor eksternal dan internal itu tak terhindarkan. Keseimbangan harga pangan akan terjadi. Pembentukan harga baru akan lebih tinggi dari tahun-tahun sebelumnya.
Baca juga: Industri Makanan-Minuman Terbebani Kenaikan Harga Gula
Di tengah kondisi itu, daya beli sebagian masyarakat belum benar-benar pulih dari dampak pandemi. Mereka yang kehilangan pekerjaan formal dan beralih ke pekerjaan informal masih harus beradaptasi dengan penghasilan dan pengeluaran. ”Mereka yang masih bekerja secara formal dan informal juga harus menyesuaikan penghasilan dengan pengeluaran yang relatif lebih besar dibandingkan sebelumnya,” katanya.
Selama ini, kata Faisal, mereka telah terbebani harga pangan yang tengah menuju pembentukan harga baru. Tanpa ada perbaikan daya beli, mereka tetap akan terbebani oleh harga pangan baru yang lebih tinggi dibandingkan tahun lalu atau bahkan sebelum pandemi. Untuk itu, pemerintah perlu mencermati dan mengambil langkah terkait persoalan itu.

Beberapa langkah yang dapat dilakukan adalah pendistribusian stok pangan secara merata untuk mengendalikan harga serta melanjutkan program bansos bagi masyarakat tidak mampu dan menciptakan lapangan kerja untuk mengurangi pengangguran.
Selain itu, evaluasi dan susun kembali strategi finansial baik dari sisi pajak atau pendapatan maupun belanja berdasarkan skala prioritas. Pengenaan pajak bisa diatur lebih fleksibel berdasarkan sektor usaha yang sudah pulih atau belum pulih dari dampak pandemi atau pelemahan permintaan global. Sektor usaha atau industri padat karya, termasuk yang berorientasi ekspor, perlu diprioritaskan.
Selama ini, mereka telah terbebani harga pangan yang tengah menuju pembentukan harga baru. Tanpa ada perbaikan daya beli, mereka juga tetap akan terbebani oleh harga pangan baru yang lebih tinggi dibandingkan tahun lalu atau bahkan sebelum pandemi.
Dari sisi belanja, pemerintah dapat meninjau kembali kebijakan subsidi kendaraan listrik. ”Di tengah kondisi masyarakat saat ini, kebijakan itu sebaiknya ditunda terlebih dahulu karena justru memberikan subsidi bagi kalangan mampu,” kata Faisal.
Baca juga: Indeks Harga Pangan Dunia Naik Lagi Setelah Setahun Turun

Perkembangan indeks harga pangan yang dirilis Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO) di Roma, Italia, 5 Mei 2023.