Industri Makanan-Minuman Terbebani Kenaikan Harga Gula
Lonjakan harga gula mentah dunia menyebabkan harga gula rafinasi di dalam negeri naik dari sebelumnya di bawah Rp 10.000 per kg menjadi Rp 11.000-Rp 12.000 per kg. Harga itu mendekati harga acuan penjualan gula konsumsi.
Oleh
Hendriyo Widi
·5 menit baca
FAKHRI FADLURROHMAN
Dua pekerja menumpuk karung berisi gula yang akan dibawa menuju gudang di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara, Sabtu (1/4/2023).
JAKARTA, KOMPAS — Lonjakan harga gula mentah dunia memengaruhi kenaikan harga gula rafinasi di Indonesia. Hal itu membuat beban biaya produksi pada komponen bahan baku industri makanan dan minuman olahan membengkak. Keuntungan sebagian pelaku industri mulai berkurang demi mempertahankan harga jual di tingkat konsumen.
TradingEconomics mencatat, pada 10 Mei 2023, harga gula mentah berjangka diperdagangkan 26,03 sen dollar AS per pon atau sekitar Rp 1.919,19 per kilogram (kg). Harga tersebut naik 6,81 persen secara bulanan dan 40,32 persen secara tahunan. Sepanjang Januari 2023 hingga 10 Mei 2023, harga gula mentah dunia tertinggi mencapai 26,99 sen dollar AS per pon, yakni pada 27 April 2023.
Ketua Umum Gabungan Pengusaha Makanan Minuman Indonesia (Gapmmi) Adhi S Lukman, Rabu (10/5/2023), mengatakan, lonjakan harga gula mentah dunia telah menyebabkan harga gula rafinasi di dalam negeri naik. Saat ini, harga gula rafinasi Rp 11.000-Rp 12.000 per kg.
Harga tersebut mendekati harga acuan penjualan gula konsumsi atau gula kristal putih yang sebesar Rp 13.500 per kg dan Rp 14.500 per kg di Indonesia bagian timur. Pada tahun lalu, pelaku industri makanan-minuman masih bisa mendapatkan gula rafinasi seharga Rp 8.000-Rp 9.000 per kg.
”Kenaikan harga gula rafinasi tersebut memberatkan biaya produksi pada komponen bahan baku. Yang paling besar menanggung beban itu adalah pelaku usaha dan industri kecil menengah,” ujarnya ketika dihubungi di Jakarta.
Lonjakan harga gula mentah dunia telah menyebabkan harga gula rafinasi di dalam negeri naik dari Rp 8.000-Rp 9.000 per kg menjadi Rp 11.000-Rp 12.000 per kg.
SUMBER: TIM EKONOM BANK MANDIRI
Pergerakan harga gula dunia dan domestik, serta proyeksi harga gula dunia.
Adhi menjelaskan, pelaku industri menengah dan besar masih banyak yang diuntungkan dengan harga gula rafinasi lama. Ini lantaran mereka membeli dengan sistem kontrak jangka panjang. Namun, jika harga gula mentah dunia masih bertahan tinggi atau bahkan naik terus, mereka pasti akan terbebani.
Adapun pelaku usaha dan industri kecil menengah mendapatkan gula rafinasi dengan cara beli putus, sehingga harus mengikuti pergerakan harga gula dunia. Jika harga gula mentah dunia naik, mereka mau tidak mau harus membeli gula rafinasi dengan harga yang lebih tinggi.
“Hingga kini, para pelaku usaha dan industri makanan-minuman yang sudah terlanjur membeli gula rafinasi dengan harga yang lebih tinggi belum berani menaikkan harga produk. Mereka lebih memilih mengurangi keuntungan dengan menjaga harga mengingat daya beli masyarakat masih belum benar-benar pulih,” katanya.
Adhi mengaku, Gapmmi telah mendialogkan persoalan ini dengan Kementerian Perindustrian. Dalam kesempatan itu, Gapmmi mengusulkan agar pemerintah memangkas bea masuk gula mentah hingga harga gula mentah dunia kembali normal atau mencapai titik keseimbangan baru.
Gapmmi juga meminta usaha dan industri kecil menengah bisa membeli gula konsumsi apabila harga gula rafinasi sudah jauh lebih tinggi ketimbang harga gula konsumsi. Selama ini, mereka hanya diperbolehkan membeli gula rafinasi.
Sejumlah hasil produksi pembuatan kue kering di tempat usaha kue kering rumahan Pusaka Kwitang, Jakarta, yang siap dijual, Selasa (4/4/2023). Selain melayani pesanan langsung dari konsumen, usaha kecil menengah ini memasok sejumlah pasar antara lain Pasar Senen, Pasar Jatinegara, dan Pasar Anyar Bogor, dan melayani permintaan dari Jambi dan Batam.
Di tengah perkembangan perdagangan bebas, Indonesia telah menurunkan bea masuk gula mentah yang diimpor dari sejumlah negara. Bea masuk gula mentah impor dari India, misalnya, sudah berubah dari 10 persen menjadi 5 persen. Kebijakan itu diatur dalam dalam Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 96 Tahun 2019 tentang Penetapan Tarif Bea Masuk dalam Rangka ASEAN-India Free Trade Area yang diundangkan pada 24 Juni 2019.
Indonesia juga telah memangkas bea masuk gula mentah impor asal Australia dan Selandia Baru dari 8 persen menjadi 5 persen. Hal itu diatur dalam PMK Nomor 129 Tahun 2019 tentang Penetapan Tarif Bea Masuk dalam Rangka Kawasan Perdagangan Bebas ASEAN-Australia-Selandia Baru (AANZFTA).
Vice President for Industry and Regional Research PT Bank Mandiri (Persero) Tbk Dendi Ramdani menuturkan, harga gula mentah dunia mulai meningkat pesat sejak awal Januari 2023. Pada Januari-April 2023, harga rata-rata gula mentah dunia mencapai 20,5 sen dollar AS per pon.
Harga gula mentah tersebut lebih tinggi dibandingkan harga rata-rata pada Januari-April 2022 yang sebesar 17,6 sen dollar AS per pon. Harga gula mentah dunia sepanjang empat bulan pertama tahun ini tertinggi sejak 11 tahun terakhir lantaran mendekati harga rata-rata tahunan pada 2012 yang sebesar 21,6 sen dollar AS per ton.
“Kenaikan harga gula tersebut dipengaruhi oleh gangguan produksi gula di sejumlah negara produsen gula antara lain Brasil, India, dan Thailand. Berdasarkan konsensus Bloomberg, harga rata-rata gula mentah pada 2023 diperkirakan masih tinggi, yakni 20 sen dollar AS per pon. Harga tersebut diperkirakan turun menjadi 19 sen dollar AS per pon pada 2024,” tuturnya.
Berdasarkan konsensus Bloomberg, harga rata-rata gula mentah pada 2023 diperkirakan masih tinggi, yakni 20 sen dollar AS per pon. Harga tersebut diperkirakan turun menjadi 19 sen dollar AS per pon pada 2024.
KOMPAS/ALBERTUS HENDRIYO WIDI
Membongkar Muatan Tebu Sejumlah karyaw an membongkar muatan tebu di kompleks Pabrik Gula Rendeng, Kabupaten Kudus, Jawa Tengah, Jumat (21/9/12). Pada musim giling tahun ini, Pabrik Gula Rendeng telah menyerap 2,6 juta kuintal tebu petani dan memproduksi gula kristal putih dengan rendemen rata-rata 7,15 persen.
Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO) menyebutkan, kenaikan harga gula itu terjadi lantaran pasar khawatir terhadap persediaan gula dunia yang diperkirakan turun pada musim 2022/2023. Hal itu disebabkan produksi gula di India, China, Thailand, dan sejumlah negara di Uni Eropa turun.
Di India, misalnya, produksi gula negara tersebut pada tahun pemasaran 2022/2023 diperkirakan sebesar 32,8 juta ton, turun 3,5 persen akibat dampak gelombang panas ekstrem berkepanjangan. Selain itu, awal panen tebu di Brasil diperkirakan lebih lambat karena curah hujan di atas rata-rata. Brasil juga mengenakan pajak bensin cukup tinggi, sehingga konsumen beralih ke biofuel etanol dari tetes tebu.
Menurut Dendi, Indonesia sebagai negara pengimpor gula mentah dan gula konsumsi tentu saja akan terpengaruh kenaikan harga gula tersebut. Jika kenaikan harga gula dunia berlangsung lama, industri dan konsumen yang membutuhkan gula tersebut akan semakin terbebani.
Di sisi lain, harga gula konsumsi di dalam negeri juga naik. Namun, setidaknya kenaikan harga gula konsumsi di dalam negeri akan berdampak signifikan terhadap kesejahteraan petani dan memicu mereka untuk meningkatkan produksi.
“Di tengah kondisi itu, pemerintah tetap harus mendorong produksi gula domestik, sehingga ketergantungan terhadap impor gula bisa semakin berkurang,” katanya.
SUMBER: TIM EKONOM BANK MANDIRI
Perkembangan impor gula Indonesia
Pada 2023, Indonesia akan mengimpor gula sebanyak 4,641 juta ton. Kuota impor gula itu terdiri dari impor gula mentah bahan baku industri rafinasi sebanyak 3,6 juta ton, 991.000 ton gula kristal putih, dan 50.000 ton gula untuk kebutuhan khusus.
Khusus gula kristal putih, Badan Pangan Nasional (NFA) melalui ID Food berencana merealisasikan impor komoditas tersebut sebanyak 107.900 ton pada Maret-Mei 2023. Gula impor itu didatangkan melalui tiga pelabuhan, yaitu Tanjung Priok di Jakarta sebanyak 32.500 ton, Tanjung Perak di Surabaya 25.000 ton, dan Belawan di Medan 37.900 ton.
Sementara itu, Badan Pangan Nasional (NFA) berencana menyesuaikan harga acuan pembelian gula konsumsi di tingkat produsen dan harga acuan penjualan gula konsumsi di tingkat konsumen. Langkah itu diambil lantaran harga gula di dalam negeri meningkat seiring dengan kenaikan harga pupuk, bahan bakar minyak, dan sejumlah komponen lain.
Berdasarkan data Panel Harga Pangan NFA per 10 Mei 2023, harga rata-rata nasional gula konsumsi di tingkat pedagang eceran Rp 14.420 per kg. Harga rata-rata gula tertinggi berada wilayah Papua, yakni sebesar Rp 16.100 per kg, sedangkan terendah di Jawa Timur, yakni Rp 13.330 per kg.