KSP: Bank Dunia Apresiasi Transformasi Ekonomi Hijau Indonesia
Laju produksi emisi karbon di Indonesia disebut tidak sepesat pertumbuhan pendapatan per kapitanya.
Oleh
CYPRIANUS ANTO SAPTOWALYONO
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Bank Dunia mengapresiasi komitmen dan upaya transformasi ekonomi Indonesia menuju ekonomi hijau dan berkelanjutan. Ekonomi Indonesia dapat terus bertumbuh dan pada saat sama diupayakan pengurangan emisi karbon.
Siaran pers Kantor Staf Presiden, Rabu (17/5/2023), menyebutkan, apresiasi tersebut disampaikan langsung oleh Kepala Perwakilan Bank Dunia untuk Indonesia dan Timor Leste Satu Kahkonen kepada Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko di Gedung Bina Graha Jakarta, Selasa (16/5/2023) sore.
Sama seperti yang terjadi di negara-negara berkembang lainnya, pertumbuhan ekonomi Indonesia juga berdampak pada produksi emisi karbon. ”Namun, kabar gembiranya, laju produksi emisi karbon di Indonesia tidak sepesat pertumbuhan pendapatan per kapitanya. Intinya, ekonomi Indonesia dapat terus tumbuh, tetapi di waktu yang bersamaan, Indonesia juga mengurangi produksi emisi karbon,” kata Kahkonen.
Menurut data dari The Indonesia Country Climate and Development Report (CCDR), angka pertumbuhan ekonomi Indonesia konsisten mengalami peningkatan, tetapi angka emisi karbon di Indonesia justru menunjukkan tren penurunan.
Berbagai kebijakan pemerintah yang berkaitan dengan pemulihan lahan rusak, pencegahan deforestasi, perbaikan pemetaan lahan, dan pembentukan lembaga khusus untuk pengelolaan lahan pun dinilai membuahkan hasil signifikan untuk menurunkan produksi emisi karbon.
Pada kesempatan tersebut, Moeldoko mengapresiasi Bank Dunia yang telah menghasilkan riset independen CCDR. Riset tersebut menjelaskan hubungan antara pertumbuhan ekonomi dan perubahan iklim sekaligus memotret profil pertumbuhan ekonomi dan upaya-upayanya mengatasi perubahan iklim.
Namun, kabar gembiranya, laju produksi emisi karbon di Indonesia tidak sepesat pertumbuhan pendapatan per kapitanya. Intinya, ekonomi Indonesia dapat terus tumbuh, tetapi di waktu yang bersamaan, Indonesia juga mengurangi produksi emisi karbon.
Menurut Moeldoko, pemerintahan Presiden Joko Widodo memberikan perhatian yang sangat besar terkait dengan isu perubahan iklim. Indonesia dalam jangka panjang, misalnya, telah berkomitmen untuk menargetkan netral karbon di tahun 2060 mengikuti mandat Paris Agreement.
”Bahkan, saat Indonesia menjabat Presidensi G20 tahun lalu, salah satu tema bahasan besar dalam pertemuan-pertemuan pentingnya adalah tentang green economy dan transisi energi,” kata Moeldoko.
Moeldoko juga menyebutkan beberapa kebijakan Presiden Jokowi yang dianggap efektif mengurangi angka deforestasi di Indonesia. Salah satu di antaranya adalah Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 8 Tahun 2018 tentang Penundaan dan Evaluasi Perizinan Perkebunan Kelapa Sawit atau inpres moratorium sawit.
Secara terpisah, ajakan mengembangkan ekonomi hijau pun disampaikan Wakil Presiden Ma’ruf Amin saat menerima pimpinan PT Ajinomoto Indonesia, di kediaman resmi Wapres, Jalan Diponegoro Nomor 2, Jakarta Pusat, Selasa. ”Indonesia ingin menjadi pusat halal dunia. Kita harapkan partisipasi dari Ajinomoto, termasuk untuk mengembangkan ekonomi hijau,” kata Wapres Amin.
Direktur PT Ajinomoto Indonesia Yudho Koesbandryo menuturkan komitmen perusahaannya dalam mendukung visi Indonesia sebagai pemain utama di industri halal pada tingkat global. Komitmen ini diwujudkan melalui produk-produk keluaran PT Ajinomoto Indonesia yang tersertifikat halal.
Berkaitan dengan ekonomi hijau, Yudho menuturkan, PT Ajinomoto Indonesia telah mulai mengarah ke industri hijau melalui kebijakan pengurangan pemakaian material plastik sebesar 30 persen pada produksi monosodium glutamat. ”Kami mulai pendekatan environmental social governance dan menuju ke green industry,” ujarnya.