Program pengembangan kendaraan listrik di dalam negeri membutuhkan investasi besar mulai dari hulu ke hilir. Upaya untuk menarik investasi sangat penting.
Oleh
ADITYA PUTRA PERDANA
·2 menit baca
KOMPAS/AGUS SUSANTO
Ojek daring bersiap mengendarai motor listrik Gesits G1 setelah di servis di kawasan The Hive, Jakarta Timur, Kamis (9/3/2023). Electrum, perusahaan sepeda motor listrik joint-venture dari perusahaan energi TBS Energi dan perusahaan teknologi GoTo menjalankan proyek percontohan (pilot project) pengujian dua tipe sepeda motor listrik, yakni Gogoro 2 Plus dan Gesits, sebagai armada untuk pengendara ojek daring Gojek.
JAKARTA, KOMPAS — Dengan sumber daya nikel yang melimpah, Indonesia masih belum mampu memproduksi sendiri baterai di dalam negeri. Kebutuhan investasi mulai level penambangan hingga pengolahan dan pemurnian nikel menjadi sel baterai akan menentukan cepatnya pengembangan ekosistem kendaraan listrik nasional.
Ketua Wilayah Eropa pada Asosiasi Penambang Nikel Indonesia (APNI) Osco Olfriady Letunggamu mengatakan, proses pengolahan dari bijih nikel hingga menjadi sel baterai sebenarnya tak butuh waktu lama. Secara proses pun sudah terbukti bisa dilakukan. Tinggal bagaimana investasi masuk hingga prosesnya meningkat ke level produksi.
”(Produksi hingga menjadi baterai) bisa, tinggal proses di tengahnya ini. Butuh investasi, salah satunya karena butuh energi (untuk pengolahan) yang besar dengan biaya produksi tinggi,” kata Osco di sela-sela jumpa pers menjelang ajang Indonesia International Auto Parts, Accessories, and Equip Exhibiton (Inapa) 2023, di Jakarta, Rabu (10/5/2023).
Osco membenarkan, saat ini investasi sektor industri smelter nikel memang masif di Indonesia. Investor tersebut rata-rata dari China. Namun, smelter yang beroperasi di Indonesia saat ini baru empat unit dan lainnya masih dalam proses konstruksi. Diharapkan semua segera tahap produksi sehingga ada akselerasi.
Baterai, yang berkontribusi 35 persen terhadap biaya produksi kendaraan listrik, nantinya diharapkan semakin ekonomis dan akan memengaruhi harga kendaraan listrik. ”Pemerintah juga berkontribusi di sini lewat kebijakan subsidi. Ini juga ujungnya untuk mencapai target emisi nol-bersih (net zero emission/NZE),” ujarnya.
Osco menuturkan, berdasarkan data APNI, kini ada 239 perusahaan tambang nikel yang memiliki izin usaha operasi di Indonesia. Adapun jumlah cadangan bijih nikel di Indonesia sebanyak 4,56 miliar metrik ton. Nikel kadar rendah (di bawah 1,7 persen) amat dominan sehingga nikel dengan kadar tinggi diperkirakan sulit dicari dalam beberapa tahun ke depan.
Menurut Osco, nilai tambah yang didapat dari bijih nikel menjadi nikel sulfat, yakni 11,4 kali. Dari nikel sulfat menjadi prekursor 19,4 kali, sedangkan dari prekursor menjadi katoda 37,5 kali. Sementara itu, nilai tambah dari katoda menjadi sel baterai sebesar 67,7 kali.
Pendiri Komunitas Sepeda Motor Listrik, Peter Kho, menambahkan, kendaraan listrik menjadi jawaban terhadap masalah polusi udara yang selama ini mendera berbagai negara, termasuk Indonesia. Namun, ke depan, sumber listrik untuk memproduksi baterai kendaraan listrik pun juga mesti dipastikan harus berasal dari energi yang bersih (energi terbarukan).
KOMPAS/FERGANATA INDRA RIATMOKO
Teknisi menyetel mesin bertenaga listrik untuk menggantikan mesin konvensional pada kendaraan skuter klasik di Elders Elettrico Jogja, Depok, Sleman, DI Yogyakarta, Jumat (31/3/2023). Layanan konversi mesin pada skuter klasik dengan harga berkisar Rp 20 juta hingga Rp 27,3 juta tersebut diminati oleh penggemar otomotif yang tertarik menggunakan mesin ramah lingkungan pada kendaraan klasik mereka.
Upaya pemerintah melalui pemberian insentif untuk pembelian sepeda motor listrik baru dan konversi sepeda motor berbahan bakar minyak ke tenaga listrik menjadi hal positif. Akan tetapi, imbuh Peter, masih banyak warga yang belum mengetahuinya sehingga perlu disosialisasikan lebih luas.
Sebelumnya, pemerintah resmi memberlakukan insentif kendaraan bermotor listrik berbasis baterai yang dimulai pada 20 Maret 2023. Insentif yang diberikan sebesar Rp 7 juta untuk pembelian 1 juta sepeda motor listrik baru dan konversi. Insentif berlaku hingga 2024.
Tahun ini, program tersebut diberikan untuk pembelian 200.000 sepeda motor listrik baru dan 50.000 sepeda motor konversi dengan anggaran Rp 1,75 triliun.