Kian Marak, Kolaborasi Dorong Penjualan Kendaraan Listrik
Operator telekomunikasi Telkomsel bekerja sama dengan produsen motor listrik Volta untuk memasarkan penjualan. Selain itu, keduanya juga bekerja sama pengembangan IoT untuk disematkan di motor listrik.
Oleh
MEDIANA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Adopsi kendaraan listrik dinilai relatif rendah. Berbagai upaya dilakukan baik dari sisi pemerintah maupun swasta untuk meningkatkan penetrasi, mulai dari subsidi hingga kolaborasi pemasaran yang dilakukan oleh antarpelaku industri.
Chief Executive Officer Volta Iwan Suryaputra mengatakan, berdasarkan pengalaman Volta, penjualan motor listrik masih berkisar 10.000 unit per tahun. Namun, dia optimistis, kesadaran masyarakat terhadap kendaraan listrik akan meningkat seiring maraknya edukasi yang dilakukan pemerintah ataupun pelaku industri.
”Dua tahun lalu, kami cek penjualan motor listrik Volta masih 10.000 unit per tahun. Tahun ini, kami harap bisa tembus 30.000–50.000 unit per tahun. Pemerintah telah menyediakan program subsidi dan juga kami kerja sama pemasaran dengan pelaku industri lain,” ujar Iwan yang ditemui seusai peluncuran program paket Volta-Telkomsel, Senin (20/3/2023) sore, di Jakarta.
Dengan adanya program paket Volta-Telkomsel, setiap warga yang ingin membeli motor listrik Volta Lite dengan baterai tambahan akan mendapatkan paket kuota data 1 gigabit (GB) per bulan selama enam bulan. Kemudian, khusus bagi para pekerja ojek daring dan kurir pengiriman yang menyewa motor listrik Volta, mereka akan memperoleh kuota data 800 megabit (MB) hingga 2 GB.
Iwan mengakui, pihaknya sebenarnya masih menunggu ketentuan teknis yang lebih detail terhadap program subsidi kendaraan listrik dari pemerintah. Kendati demikian, kapasitas produksi di pabrik Volta sudah siap ditingkatkan untuk mendukung program itu. Selama ini, rata-rata produksi per tahun mencapai 100.000 unit.
”Kami akan mengutamakan (produksi dan penjualan) motor listrik Volta untuk mendukung program subsidi kendaraan listrik pemerintah. Apalagi, kalau permintaannya ternyata banyak,” katanya.
Iwan menambahkan, sejalan dengan produksi, Volta juga memperbanyak titik-titik lokasi pemasaran beserta Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU) dan Stasiun Penukaran Baterai Kendaraan Listrik Umum (SPBKLU). Setiap dealer Volta dilengkapi dengan penukaran baterai.
Direktur Sales PT Telekomunikasi Selular (Telkomsel), Adiwinahyu Basuki Sigit,mengatakan,program paket Telkomsel-Volta merupakan salah satu upaya konkret perusahaan untuk menyukseskan kebijakan pemerintah mendorong lebih tinggi adopsi kendaraan listrik. Program kerja sama ini juga diharapkan bisa berkontribusi mengurangi emisi karbon. Selain pemasaran, Telkomsel juga mendukung teknologi benda terhubung internet atau IoT untuk dikembangkan di motor listrik Volta.
Sebelumnya, pemerintah telah mengumumkan akan menyalurkan subsidi untuk pembelian kendaraan listrik, baik motor listrik baru, hasil konversi, maupun mobil listrik baru. Pemerintah juga telah menetapkan tiga produsen motor yang produknya dapat memperoleh subsidi, yaitu Gesits, Volta, dan Selis. Sementara untuk mobil listrik, pemerintah telah menentukan Wuling Air EV dan Hyundai Ioniq.
Subsidi ini hanya berlaku bagi kendaraan listrik yang diproduksi di Indonesia dengan tingkat kandungan dalam negeri (TKDN) sebesar 40 persen. Sifat penyaluran subsidi juga terbatas.
Subkoordinator Perencanaan Aneka Energi Baru Terbarukan dan Analis Kebijakan Ahli Muda Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Hery Ferdiansyah, mengatakan, pemerintah sebenarnya menyiapkan beberapa regulasi lain untuk mempercepat adopsi kendaraan listrik di masyarakat. Sebagai contoh, Peraturan Presiden Nomor 55 Tahun 2019 tentang Percepatan Program Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai untuk Transportasi Jalan dan Peraturan Menteri ESDM Nomor 13 Tahun 2020 tentang Penyediaan Infrastruktur Pengisian Listrik untuk Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai.
”Kami juga sedang menyiapkan peraturan mengenai bantuan pemerintah untuk konversi motor listrik,” ujarnya.
Selain itu, Hery mengatakan, tarif isi daya di SPKLU juga telah dibuat lebih terjangkau. Harapannya bisa turut memikat penetrasi kendaraan listrik yang lebih masif.
Dia menambahkan, tantangannya sekarang adalah memeratakan SPKLU dan SPBKLU ke seluruh Jawa dan luar Jawa. Pemerintah sendiri telah menargetkan, pada 2030 terdapat sekitar 31.800 SPKLU dan 60.000 SPBKLU.