Terbatasnya pasokan beras di pasar dunia dapat menaikkan harga. Dengan situasi ini, penguatan produksi dalam negeri harus dilakukan demi meningkatkan cadangan beras.
Oleh
M PASCHALIA JUDITH J
·2 menit baca
KOMPAS/TOTOK WIJAYANTO (TOK)
Buruh tani memanen padi di kawasan Pebedilan, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, Jumat (31/3/2023). Pemerintah menaksir produksi beras pada Januari-April 2023 sebesar 13,37 juta ton. Angka ini lebih rendah daripada periode sama tahun lalu yang 13,71 juta ton.
JAKARTA, KOMPAS — Realisasi produksi beras nasional sepanjang Januari-April 2023 berpotensi merosot 4,3 persen dibandingkan dengan periode sama di 2022. Penurunan itu terjadi di tengah potensi terjadinya El Nino yang dapat menyebabkan kekeringan serta ancaman tergerusnya produksi beras dunia sepanjang 2023 dan 2024.
Data Badan Pangan Nasional (Bapanas) yang diolah dari Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan, realisasi produksi beras pada Maret 2023 sebanyak 5,12 juta ton. Jumlah ini lebih rendah dibandingkan dengan proyeksi yang sebanyak 5,38 juta ton. Koreksi realisasi produksi beras pada Maret 2023 merupakan yang kedua kalinya. Sebelumnya, pada Februari 2023, realisasi produksi beras sebanyak 2,86 juta ton, sedangkan proyeksinya 3,68 juta ton.
Menurut data hasil pengamatan terbaru tersebut, produksi beras pada April 2023 diproyeksikan sebanyak 3,81 juta ton. Dengan demikian, jumlah produksi beras nasional sepanjang Januari-April 2023 diperkirakan 13,12 juta ton. Angka tersebut lebih rendah 4,3 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
Sejalan dengan data tersebut, Departemen Pertanian Amerika Serikat (USDA) merilis laporan yang memproyeksikan produksi beras global sepanjang 2022-2023 sebanyak 509,4 juta ton pada pertengahan April lalu. Jumlah ini lebih rendah 400.000 ton dibandingkan proyeksi sebelumnya. Dibandingkan realisasi produksi 2021-2022, proyeksi tersebut lebih rendah 1 persen. Proyeksi tersebut dipengaruhi penurunan produksi yang diprediksi terjadi di Brasil, Indonesia, dan Malaysia.
Oleh sebab itu, Kepala Bapanas Arief Prasetyo Adi menggarisbawahi terbatasnya pasokan beras di pasar dunia dapat meningkatkan harga di tingkat internasional. ”Dengan situasi ini, penguatan produksi dalam negeri harus dilakukan (demi meningkatkan cadangan beras pemerintah/CBP). Per kemarin (Selasa, 2/5/2023), posisi serapan (beras) dari dalam negeri mencapai 312.000 ton, sedangkan penyaluran untuk program stabilisasi pasokan dan harga pangan sebanyak 572.000 ton dan bantuan pangan 182.000 ton,” tuturnya saat dihubungi, Rabu (3/5/2023).
Pemerintah juga telah mengalokasikan kuota impor beras sebanyak 2 juta ton sepanjang 2023 kepada Perum Bulog. Sebanyak 500.000 ton di antaranya bakal direalisasikan hingga Mei 2023. Menurut Arief, situasi pasar beras internasional sedang menantang karena negara produsen cenderung mengamankan stoknya untuk antisipasi dampak El Nino.
Dalam jangka pendek, anggota Dewan Penasihat Perhimpunan Ekonomi Pertanian Indonesia (Perhepi), Bayu Krisnamurthi, berpendapat, pemerintah dan Perum Bulog perlu mengoptimalkan realisasi alokasi impor tersebut. Sumber impor perlu diperluas ke India, tidak hanya pasar tradisional seperti Thailand.
Secara jangka menengah, lanjut Bayu, pemerintah perlu menggencarkan pemanfaatan varietas padi yang dapat bertahan di lahan kering, seperti Inpari dan Inpago, demi memperkuat pasokan untuk kebutuhan beras akhir 2023 hingga awal 2024. ”Potensi El Nino yang akan terjadi dapat menurunkan produktivitas karena jumlah air menurun dan serangan hama mungkin meningkat,” ujarnya.
Sebelumnya, Direktur Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian Kementerian Pertanian Ali Jamil menyatakan, pihaknya mengoptimalkan kegiatan rehabilitasi jaringan irigasi tersier (RJIT) serta pembangunan embung, irigasi perpipaan, dan irigasi perpompaan. ”Kementerian Pertanian mengalokasikan 500 unit embung, perpompaan 629 unit, perpipaan 250 unit, dan RJIT 3.213 unit sebagai salah satu bentuk antisipasi (dampak) El Nino,” katanya melalui siaran pers.
KOMPAS/TOTOK WIJAYANTO (TOK)
Pekerja di penggilingan beras milik Koperasi Serba Usaha (KSU) Citra Kinaraya sedang mengemas beras khusus di Desa Mlatiharjo, Gajah, Demak, Jawa Tengah, Jumat (3/3/2023). Kapasitas produksi penggilingan milik KSU Citra Kinaraya ini berkisar 8-10 ton per hari.
Harga naik
Penurunan produksi itu turut berimbas pada kenaikan harga gabah kering panen (GKP) di tingkat petani dan beras di tingkat eceran. Data BPS yang dirilis Selasa (2/5/2023) menunjukkan, rata-rata nasional harga GKP di tingkat petani pada April 2023 Rp 5.401 per kilogram (kg) atau naik 2,4 persen dibandingkan dengan bulan sebelumnya. Angka itu juga lebih tinggi 23,63 persen dibandingkan dengan April 2022. Rata-rata nasional harga beras di tingkat eceran Rp 12.857 per kg, meningkat 0,48 persen dibandingkan dengan bulan sebelumnya dan melesat 11,34 persen dibandingkan dengan April 2022.
Menurut Kepala BPS Margo Yuwono, April 2023 merupakan akhir musim panen raya sehingga produksi beras lebih sedikit. Selain itu, surplus dari produksi pun menurun. Data BPS menunjukkan, potensi surplus beras pada April 2023 sebanyak 1,27 juta ton, lebih rendah dibandingkan dengan Maret 2023 yang sebanyak 2,58 juta ton dan April 2022 yang mencapai 1,94 juta ton.
Oleh sebab itu, untuk menjaga pasokan beras, permasalahan distribusi sebaiknya tak terjadi. Di sisi lain, Arief menilai, kenaikan harga gabah dan beras pada April 2023 merupakan bentuk keseimbangan dan kewajaran baru.