Pada akhir April ini, semakin banyak emiten yang melaporkan kinerja keuangan triwulan pertama. Sebagian besar membukukan kinerja yang baik. Beberapa lainnya membukukan kinerja kurang baik.
Oleh
ANASTASIA JOICE TAURIS SANTI
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Sebagian emiten di Bursa Efek Indonesia telah memaparkan kinerja pada triwulan pertama tahun ini. Analis meyakini, emiten dengan fundamental kuat akan mengalahkan kinerja Indeks Harga Saham Gabungan atau IHSG pada 2023 ini.
Pada akhir April ini, semakin banyak emiten yang melaporkan kinerja keuangan pada triwulan pertama. Sebagian besar membukukan kinerja yang baik. Hanya ada beberapa saja yang membukukan kinerja kurang baik.
Produsen komponen otomotif PT Dharma Polimetal Tbk, misalnya, mencatatkan penjualan bersih sebesar Rp 1,4 triliun pada tiga bulan pertama tahun ini. Penjualan tersebut meningkat 57,4 persen dibanding penjualan periode sebelumnya yang sebesar Rp 915,8 miliar, demikian keterangan dari manajemen Dharma di Jakarta, Jumat (28/4/2023).
Pertumbuhan penjualan ini ditopang oleh kenaikan penjualan komponen kendaraan roda empat dan peningkatan pangsa pasar. Dengan demikian, laba yang diperoleh sebesar Rp 258 miliar atau naik 85,3 persen dari triwulan pertama 2022 lalu. Laba bersih juga naik 86,5 persen menjadi Rp 216,1 miliar.
Dari sektor properti, emiten properti dari kelompok usaha Sinarmas, PT Bumi Serpong Damai Tbk, membukukan angka prapenjualan sebesar Rp 2,1 triliun hingga akhir Maret lalu. “Perolehan pada triwulan pertama ini setara dengan 24 persen dari target tahunan sebesar Rp 8,8 triliun,” jelas Direktur Bumi Serpong Damai Hermawan Wijaya dalam keterangannya, Jumat.
Prapenjualan dari segmen perumahan memberikan sumbangan terbesar, yakni senilai Rp 1,5 triliun atau 69 persen dari total prapenjualan. Segmen unit bisnis komersial termasuk lahan komersial dan apartemen serta ruko menyumbangkan Rp 661 miliar, setara 31 persen dari totap prapenjualan.
Dari sektor perbankan, bank-bank besar juga sudah memaparkan kinerja solid pada awal tahun ini. Bank dengan aset lebih kecil juga mulai melaporkan pencapaian pada triwulan pertama ini. Bank digital Bank Jago Tbk melaporkan berhasil membukukan laba bersih sepanjang tiga bulan pertama 2023 sebesar Rp 17,5 miliar. Laba bersih ini turun 8 persen jika dibanding pencapaian periode sama tahun lalu yang sebesar Rp 18,93 miliar. Penurunan ini disebabkan oleh kerugian nilai aset keuangan yang naik 123 persen dari Rp 59,87 miliar menjadi Rp 133,48 miliar.
Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga Bank Jago melonjak 120 persen dari Rp 4,21 triliun pada akhir Maret 2022 menjadi Rp 9,28 triliun pada akhir Maret 2023 lalu. Menurut Direktur Utama Bank Jago Kharim Siregar, pertumbuhan ini sejalan dengan pertumbuhan nasabah funding dari 5,8 juta menjadi 7,5 juta akhir Maret lalu.
Emiten pakan ternak PT Japfa Compfeed Tbk membukukan kerugian sebesar Rp 249,92 miliar pada triwulan pertama tahun ini. Pada periode sama tahun lalu, Japfa masih membukukan laba sebesar Rp 603,73 miliar. Penjualan bersih Japfa tercatat sebesar Rp 11,76 triliun pada tiga bulan pertama 2023, turun tipis 3,22 persen dari Rp 12,25 triliun pada tahun sebelumnya.
Direktur Japfa Leo Handoko Laksono dalam keterbukaan informasi di Bursa Efek Indonesia menjelaskan, ada tiga faktor yang menyebabkan kerugian, yaitu tingginya harga bahan baku pakan, penyesuaian harga jual produk yang terbatas mengingat penurunan daya beli masyarakat, juga kelebihan pasokan day old chicken dan ayam broiler yang berkepanjangan. Bahan baku pakan ternak seperti jagung melonjak tahun lalu.
Tim riset Samuel Sekuritas meyakini, saham dengan fundamental dan prospek laba yang kuat akan mengungguli kinerja IHSG. “Menurut kami, sektor perbankan akan tetap menjadi pendorong utama pertumbuhan pendapatan IHSG pada tahun 2023, karena kami percaya bank-bank yang kami cermati dapat menyerap potensi risiko kenaikan non performing loan serta meningkatkan net interest margin-nya pada tahun 2023, terutama bank besar di tengah lingkungan suku bunga tinggi,” demikian riset tersebut.
Selain perbankan, emiten consumer staples (sektor yang memproduksi barang-barang kebutuhan harian) juga diperkirakan akan terus mencetak marjin solid, meskipun mereka harus lebih berhati-hati dalam menaikkan harga untuk mempertahakankan pangsa pasarnya. “Kami juga masih menyukai sektor telekomunikasi karena melihat potensi katalis positif dari efek tricle-down terkait pemilu pada semester kedua 2023, serta persaingan yang lebih matang,” kata tim riset Samuel.
Samuel Sekuritas memperkirakan IHSG akan bertumbuh 10,5 persen, setelah melihat kinerja emiten sepanjang 2022 lalu. Dengan pertumbuhan tersebut, indeks diperkirakan akan mencapai 7.600 pada tahun ini dengan price to earning ratio sebesar 15 kali.