Sektor yang akan mengungguli kinerja IHSG adalah teknologi, transportasi, dan konsumer non-siklikal. Sebaliknya, sektor energi, infrastruktur, properti, dan industri dasar menjadi sektor yang berkinerja di bawah IHSG.

Kinerja pasar modal Indonesia sepanjang 2022 masih terus diwarnai gejolak fluktuasi pasar yang diikuti pelemahan bursa secara global.

Saham yang paling banyak dilepaskan antara lain saham PT Bank Central Asia Tbk (BCA) dengan nilai penjualan bersih Rp 2,6 triliun. Dalam pekan ini, saham BCA melemah 3,65 persen ditutup pada harga Rp 8.575.

Sepanjang pekan ini, dalam setiap hari perdagangan saham Goto turun menyentuh level ARB. Dari Senin hingga Jumat, harga saham Goto turun 28,65 persen. Sementara dalam enam bulan terakhir, turun 61,63 persen.

Pasar keuangan, pasar obligasi, dan kurs rupiah akan terpengaruh oleh langkah The Fed. Namun, investor ritel masih berkesempatan mendapatkan keuntungan dari pasar. Sektor perbankan dan komoditas dapat diperhatikan.

Indonesia berpotensi mencetak surplus neraca berjalan untuk pertama kali dalam satu dekade terakhir sebesar 4,5 miliar dollar AS. Surplus ini ditopang oleh naiknya harga-harga komoditas global.

Mulai pulihnya perekonomian, meredanya kasus Covid-19, serta naiknya harga komoditas dapat meningkatkan optimisme investor. Katalis ini dapat mendorong IHSG mencetak rekor tertinggi.

Pergerakan di bursa saham Indonesia pada masa pandemi mencatat sejarah dan prestasi. Indeks Harga Saham Gabungan berfluktuasi, cenderung naik.